Jumat, 13 Desember 2013

Dear Diary Part 1



Title : Dear Diary
Author : Nabila Kholisoh
Genre : Romance, Angst, Hurt/Confort, True Love, Bullying, Popularity, Hostility, Sacrifice, Alternative Universe
Length : Not completed yet
Kind : Multi Chapters/Series
Casts : 
Lucy Hale as Jessica Athena Jhonson, Justin Bieber, David Henrie as Steven Clark Onson, Lily Collins as Ruby Alison Mcconnell, Ryan Butler, Chaz Somers, Christian Beadles, and the other.
Disclaimer : All the characters, the story line, the quotes and the ideas are belong to me. Think twice before copying. Don't break all your dreams to be areal fan fiction author by copying this very amateur story. Grow up and respec other creativity
Author's notes : Thanks to google, google translate and Wikipedia for their help. Thank so much. Just for warning, this fan fiction contains of  many bad words
that should not be imitated, abalism, gajeness, typos, and any other imperfect factors. I'm just an amateur author, and i hope you can understand that. Accept all critics and advices but no flames nor flammers and silent readers (sider). Be a good reader isn't hard, guys. At last but not least, happy reading..


***

“Life like a roller coaster, for a minute we were up, but the next we were falling down. You will never know how life will pass, you just need to keep moving forward..”


Saturday, April 1st 2013
Dear Diary

            Nama ku Jessica Athena Jhonson dari Canada dan aku adalah gadis yang buruk rupa, Itu lah orang-orang mengenalku. Memang sudah terlihat jelas sih dari bagaimana caraku berpakaian dan gaya rambut ku. Rambut panjang ku yang ikal selalu di kuncir bergaya anak desa dan aku selalu memakai pakaian yang tekesan seorang kutu buku dan kampungan. Itu lah penyebabnya kenapa aku tidak mempunyai teman dan selalu di bully di sekolah. Mungkin sorakan, caci makian dan ejekan sudah menjadi makanan sehari-hari ku karena itu semua selalu kurasakan dari ketika aku berada di Sekolah dasar hingga sekarang aku telah menginjak bangku SMA. Biarpun di bilang biasa aku tetap tidak bisa menahan tangis dan sedih saat aku merasa ingin sekali menjalan hidup yang normal, tapi semua itu hanya bisa ku tulis di sini, di dalam buku diary ku ini. Tapi bukan hanya tangisan karena bosan selalu di bully saja yang akan ku ceritakan di buku ini, aku juga akan bercerita bagaimana senang, bahagia, sedih, sakit hati, dan cemburunya aku pada seorang lelaki bernama Justin Drew Bieber. Dia adalah laki-laki yg populer di SMA ku, tapi bukan hanya populer di SMA, tapi dia juga populer di SMP dan SD ku dulu. Ya aku sudah 10 tahun terus bersama di sekolah yang sama denganya dan sebenarnya Justin adalah teman masa kecilku karena keluarga kami bersahabat. Tapi semenjak SD dia berubah, di menjah dari ku, tidak menganggap ku sebagai tean masa kecilnya lagi dan bahkan dia ikut membully ku bersama yang lain. padahal dulu Justin ada lah anak yang baik dan lembut padaku, dia adalah cinta pertamaku. Dulu ketika kami masih kecil Justin pernah memberikan ku sebuah kalung ber inisial “J.J” padaku, J.J bukanlah kepanjangan dari Jessica Jhonson tapi adalah kepanjangan dari Justin dan Jessica. Kalung itu masih ku pakai hingga sekarang, kalung yang sangat berharga untukku.

***

Seorang gadis manis berumur 5 tahun tengah menangis di bawah pohon rindang karena kematian seekor anjing kesayangannya, kemudian datang seorang anak laki-laki seumurannya yang mencoba untuk menghibur gadis kecil itu.

“Jangan menangis lagi Jessy”
“Hiks..Ta—tapi Rocky mati. aku tidak punya teman bermain lagi, aku pasti akan kesepian. Hiks..”, ucap gadis kecil itu dengan suara khas anak kecilnya sambil menangis.
“Kamu tidak akan kesepian, masih ada aku yang akan selalu menjadi teman mu. Aku akan datang saat kamu kesepian”
“kamu janji akan selalu menjadi teman ku dan akan menemaniku saat kesepian selamanya?”, tanya gadis itu sambil menjulurkan jari kelingkingnya untum tanda sebuah perjanjian.
“Aku Janji!”, jawab laki-laki kecil bernama Justin itu sambil mengaitkan jari kelingkingnya ke kelingking milik gadis kecil yg biasa ia panggil Jessy itu. Jessy pun menghapus air matanya dan tersenyum lugu pada Justin teman kecilnya itu. Kemudian Justin terlihat mengeluarkan sebuah kalung ber liontin “J.J”.

“Aku punya sebuah kalung untuk kamu. Kalung ini kuberikan sebagai teman mu di malam hari, karena aku tidak bisa datang menemani mu saat malam dan kalung itu sebagai bukti kalau kamu akan menjadi teman ku selamanya”
“Kalung yang cantik, di mana kamu mendapatkannya?”
“Aku meminta mom membelinya untuk ku berikan pada mu saat aku pergi ke pasar malam. “J.J” adalah kepanjangan dari Justin dan Jessy”
“Aku akan menjagga kalung ini, aku janji!”, ucap Jessy sambil kemudian memasang kalung berinisial “J.J” yang kebesaran itu kelehernya yang kecil.

***

Monday, April 13rd 2013
Dear Diary

            Aku menjalani hari-hari ku yang buruk seperti biasanya, di caci maki di sekolah. Aku sudah terbiasa dengan semua itu, tapi entah aku tidak pernah bisa biasa saat Justin ikut mengejekku. Aku berharap bisa bertemu dengan Justin yang dulu, Justin yang berjanji untuk menjadi teman ku selamanya, Justin yang berjanji akan menemaniku di saat aku kesepian. Justin yang sekarang tidak pernah ingat akan janji masa kecil kami itu, dan mungkin dia pun tidak akan pernah ingat dengan kaung yang pernh dia berikan padaku dulu. Sampai sekarang aku masih terus memakai kalung pemberian Justin itu, hanya itu sisa kenangan ku dengan Justin yang masih ada.
            Hari ini Justin dan anak-anak lainnya yang sebagian besar adalah gadis-gadis populer megejekku. Mungkin aku memang pantas mendapat ejekan dari mereka yang cantik, jika di bandingkan degan aku yang buruk rua dan selalu bergaya kampungan. Bukan aku tidak mmau menguba gaya ku yang kampungan ini, tapi aku sadar jika wanita buruk rupa akan tetap buruk rupa meski di permak seperti apa pun. Aku pernah mencoba merubah gaya ku dan berdandan layaknya gadi-gadis lainnya, tapi hasilnya tidak pernah terjadi seperti yang aku inginkan. Awalnya aku merasa aku tidak sejelek yang mereka bilang setelah berdandan, tapi aku sadar semua itu salah saat aku mendengar ejekan yang semakin pedas terlontar dari bibir Justin. “walaupun  berdandan gadis jelek akan tetap jelek selamanya”, ya, kata itu yang dia katakan padaku di ikut dengan ejekan-ejekan lainnya yang tidak kalah pedasnya. Semenjak itu aku membuang semua make up ku dan kembali ke gayaku bisanya. Yeah, memang benar, gadis buruk rupa akan tetap buruk rupa meski telah berdandan.

***

            Entah ada angin apa hari ini aku membuka perlengkapan make up ku yang telah lama ku beli dan mendandani diriku sendiri. Aku ingin menjadi cantik di depan Justin, aku ingin mebuatnya memujiku cantik meski hanya sekali. Untuk dandanan hari ini aku hanya menggunakan bedak tipis dan lips gloss pink. Aku juga menggerai rambut ku yang biasa ku kepang, dan aku menggunakan seragam seperti anak-anak lainnya. Aku berharap orang-orang akan memberi tanggapan yang baik padaku dan ku erharap Justn akan sedikit saja memuji ku. Setelah siap aku pun pergi ke sekolah menggunakan mobil yang biasa ku pakai.
            Setelah perjalanan beberapa lama akhirnya aku un sampai di skolah ku. Sebelum melangkahkan kaki keluar dari mobil aku menarik nafasku dalam-dalam terlebih dahulu dan membangnya kebali, setelah itu aku pun keluar dari mobilku dan berjalan masuk ke gedung sekolah. Saat berjalan ada beberapa anak yang memandangku dengan tatapan yang tidak dapat aku mengerti tai aku hanya mengacuhkannya. Sebelum menuju ke kelas aku pergi ke lokerku terlebih dahulu untuk mengambil beberapa buku pelajaran untuk hari ini, dan tepat di depan loker ku aku sudah dapat melihat Justin yang di kerubungi beberapa gadis-gadis cantik di depan lokernya yang berada tidak jauh dari loker ku. Awalnya mereka tidak menyadari keberadaan ku hingga ahirnya Justin pun memandang ku dan kemudian pergi menuju ke arah ku di ikuti gadis-gadis lainnya. Saat itu aku sangat berharap kalau dia akan memujiku, tapi ternyata aku salah. Dia berdiri di depan ku dan memandangku dari atas sampai bawah dengan muka datarnya.

            “Berdandan hari ini?”, tanya Justin dengan nada datar.
            “I—iya”, jawabku dengan suara kecil.
            “Kamu hari ini—sama saja seperti gaya Nerd mu biasanya! walaupun berdandan gadis jelek akan tetap jelek selamanya. Percumah berdandan, tidak akan ada yang tertarik dengan nerd seperti mu. Sadar diri saja, atau kamu tidak punya kaca di rumah?”, kata-kata Justin itu langsung tepat menusuk ke ulu hati ku. Aku ingin menangis saat ini tapi sebisa mungkn aku menahannya. Aku tidak mau terlihat lemah di depannya
            Tawa dan ejekan lainnya dari gadi-gadis yang brada di sekeliling Justin mulai terdengar setelah Justin berhenti berbicara. Mendengar semua itu aku hanya bisa terdiam dan menunduk. Kata-kata yang terlontar dari mulut Justin itu sangat menyakitkan, ingin rasanya aku segera menghilang dari dunia ini. Sebegitu buruknya kah aku di mata Justin.

            Hari yang buru telah ku lewati dengan terus melamun dan terdiam, aku tidak bisa berkonsentrasi belajar sama sekali setelah mendengar ucapan justin tadi. Mungkin ada benarnya kata-kata Justin tadi, “walaupun  berdandan gadis jelek akan tetap jelek selamanya”. Ada akhirnya aku memutuskan untuk membuang semua perlengkapan make up ku dan tidak pernah berdandan lagi. Tidak ada gunanya juga kan.

***

            Aku sedang mengobrol dengan beberaa gadis di depan loker ku dan saat itu pandangan ku langsung teralih kepada seorang gadis cantik yang tengah berjalan mendekat. Senyuman manis terukir di wajahnya membuat banyak mata laki-laki yang dilewatinya menatapnya terkagum-kagum. Aku baru saja tersadar kalau gadis cantik itu adalah Jessy, aku tau itu karena gadis itu tapak berdiri di depan loker Jessy dan membuka pintu loker tersebut. Ada apa dengan gadis itu hari ini? Kenapa dia mengganti gayanya yang biasanya seperti gadis kutu buku dan malah berdandan? Dan apa-apaan senyum itu? Dia sengaja berdandan untuk menarik perhatian laki-laki di sekolah ini? Tidak terasa aku melangkahkan kaki ku mendekat ke arahnya, berhenti tepat di depannya dan memandangnya dari atas hingga bawah. Wanita memang tidak bisa di tebak, Jessy yang biasanya bergaya kutu buku bisa mnjadi cantik seprti ini.

            “Berdandan hari ini?”, pertanyaan itu keluar begitu saja dar mulut ku.
            “I—iya ”, jawabnya dengan suara kecil.

            Sayup-sayup aku dapat mendengar pujian-pujian mengagumi Jessy dari para laki-laki yang ada di sekitar ku. Entah kenapa aku merasa kesal dan jijik mendengar semmua pujian itu.

            “Kamu hari ini—sama saja seperti gaya Nerd mu biasanya! walaupun  berdandan gadis jelek akan tetap jelek selamanya.”, kata-kata itu terucap begitu saja. Aku cukup kaget juga dengan kata-kata yang baru saja ku ucappkan tadi, tapi begitu mndengar suara pujian-pujian para laki-laki untuk Jessy entah kenapa amarah ku memuncak, membuat kata-kata kejam lainnya terlontar dari bbirku ini.

            “Percumah berdandan, tidak akan ada yang tertarik dengan nerd seperti mu. Sadar diri saja, atau kamu tidak punya kaca di rumah?’
            Setelah ucapan kejam itu terontar aku hanya dapat terdam memandangi Jessy yang kini hanya terdiam menunduk di hadapan ku, aku dapat melihat raut kecewa dan sedih dari wajahnya itu. Tak beberapa lama kemudian dia berbalik dan pergi menjauh dari ku tanpa berkata apa-apa.



            Semenjak kejadian itu Jessy kembali ke gayanya yang biasa, gaya kutu bukunya. Dia tidak pernah terlihat berdandan lagi meski pergi dengan keluarganya ke acara formal sekali pun. Aku akui kata-kata ku waktu itu memang sangat kejam, tapi entah kenapa au merasa jauh lebih senang saat dia kembali ke gayanya yang biasa. Ada apa dengan ku sebenarnya?


-To Be Continue-



Little Jessy And Justin

Baby Jessy And Justin

Pinkie Promise

Tidak ada komentar:

Posting Komentar