Title :
Dear Diary
Author : Nabila Kholisoh
Genre : Romance, Angst, Hurt/Confort, True Love, Bullying, Popularity, Hostility, Sacrifice, Alternative Universe
Length : Not completed yet
Kind : Multi Chapters/Series
Casts : Lucy Hale as Jessica Athena Jhonson, Justin Bieber, David Henrie as Steven Clark Onson, Lily Collins as Ruby Alison Mcconnell, Ryan Butler, Chaz Somers, Christian Beadles, and the other.
Author : Nabila Kholisoh
Genre : Romance, Angst, Hurt/Confort, True Love, Bullying, Popularity, Hostility, Sacrifice, Alternative Universe
Length : Not completed yet
Kind : Multi Chapters/Series
Casts : Lucy Hale as Jessica Athena Jhonson, Justin Bieber, David Henrie as Steven Clark Onson, Lily Collins as Ruby Alison Mcconnell, Ryan Butler, Chaz Somers, Christian Beadles, and the other.
Disclaimer :
All the characters, the story line, the quotes and the ideas are belong to me.
Think twice before copying. Don't break all your dreams to be areal fan fiction
author by copying this very amateur story. Grow up and respec other creativity
Author's notes : Thanks to google, google translate and Wikipedia for their help. Thank so much. Just for warning, this fan fiction contains of many bad words that should not be imitated, abalism, gajeness, typos, and any other imperfect factors. I'm just an amateur author, and i hope you can understand that. Accept all critics and advices but no flames nor flammers and silent readers (sider). Be a good reader isn't hard, guys. At last but not least, happy reading..
Author's notes : Thanks to google, google translate and Wikipedia for their help. Thank so much. Just for warning, this fan fiction contains of many bad words that should not be imitated, abalism, gajeness, typos, and any other imperfect factors. I'm just an amateur author, and i hope you can understand that. Accept all critics and advices but no flames nor flammers and silent readers (sider). Be a good reader isn't hard, guys. At last but not least, happy reading..
***
“Life like a roller coaster, for a minute we were up, but the next we were
falling down. You will never know how life will pass, you just need to keep
moving forward..”
Saturday, April 1st 2013
Dear Diary
Nama ku Jessica Athena
Jhonson dari Canada dan aku adalah gadis yang buruk rupa, Itu lah orang-orang
mengenalku. Memang sudah terlihat jelas sih dari bagaimana caraku berpakaian
dan gaya rambut ku. Rambut panjang ku yang ikal selalu di kuncir bergaya anak
desa dan aku selalu memakai pakaian yang tekesan seorang kutu buku dan
kampungan. Itu lah penyebabnya kenapa aku tidak mempunyai teman dan selalu di
bully di sekolah. Mungkin sorakan, caci makian dan ejekan sudah menjadi makanan
sehari-hari ku karena itu semua selalu kurasakan dari ketika aku berada di
Sekolah dasar hingga sekarang aku telah menginjak bangku SMA. Biarpun di bilang
biasa aku tetap tidak bisa menahan tangis dan sedih saat aku merasa ingin
sekali menjalan hidup yang normal, tapi semua itu hanya bisa ku tulis di sini,
di dalam buku diary ku ini. Tapi bukan hanya tangisan karena bosan selalu di
bully saja yang akan ku ceritakan di buku ini, aku juga akan bercerita
bagaimana senang, bahagia, sedih, sakit hati, dan cemburunya aku pada seorang
lelaki bernama Justin Drew Bieber. Dia adalah laki-laki yg populer di SMA ku,
tapi bukan hanya populer di SMA, tapi dia juga populer di SMP dan SD ku dulu.
Ya aku sudah 10 tahun terus bersama di sekolah yang sama denganya dan
sebenarnya Justin adalah teman masa kecilku karena keluarga kami bersahabat.
Tapi semenjak SD dia berubah, di menjah dari ku, tidak menganggap ku sebagai
tean masa kecilnya lagi dan bahkan dia ikut membully ku bersama yang lain.
padahal dulu Justin ada lah anak yang baik dan lembut padaku, dia adalah cinta
pertamaku. Dulu ketika kami masih kecil Justin pernah memberikan ku sebuah
kalung ber inisial “J.J” padaku, J.J bukanlah kepanjangan dari Jessica Jhonson
tapi adalah kepanjangan dari Justin dan Jessica. Kalung itu masih ku pakai
hingga sekarang, kalung yang sangat berharga untukku.
***
Seorang gadis
manis berumur 5 tahun tengah menangis di bawah pohon rindang karena kematian
seekor anjing kesayangannya, kemudian datang seorang anak laki-laki seumurannya
yang mencoba untuk menghibur gadis kecil itu.
“Jangan
menangis lagi Jessy”
“Hiks..Ta—tapi
Rocky mati. aku tidak punya teman bermain lagi, aku pasti akan kesepian.
Hiks..”, ucap gadis kecil itu dengan suara khas anak kecilnya sambil menangis.
“Kamu tidak
akan kesepian, masih ada aku yang akan selalu menjadi teman mu. Aku akan datang
saat kamu kesepian”
“kamu janji
akan selalu menjadi teman ku dan akan menemaniku saat kesepian selamanya?”,
tanya gadis itu sambil menjulurkan jari kelingkingnya untum tanda sebuah
perjanjian.
“Aku Janji!”,
jawab laki-laki kecil bernama Justin itu sambil mengaitkan jari kelingkingnya
ke kelingking milik gadis kecil yg biasa ia panggil Jessy itu. Jessy pun
menghapus air matanya dan tersenyum lugu pada Justin teman kecilnya itu.
Kemudian Justin terlihat mengeluarkan sebuah kalung ber liontin “J.J”.
“Aku punya
sebuah kalung untuk kamu. Kalung ini kuberikan sebagai teman mu di malam hari,
karena aku tidak bisa datang menemani mu saat malam dan kalung itu sebagai
bukti kalau kamu akan menjadi teman ku selamanya”
“Kalung yang
cantik, di mana kamu mendapatkannya?”
“Aku meminta
mom membelinya untuk ku berikan pada mu saat aku pergi ke pasar malam. “J.J”
adalah kepanjangan dari Justin dan Jessy”
“Aku akan
menjagga kalung ini, aku janji!”, ucap Jessy sambil kemudian memasang kalung
berinisial “J.J” yang kebesaran itu kelehernya yang kecil.
***
Monday, April 13rd 2013
Dear Diary
Aku menjalani hari-hari ku
yang buruk seperti biasanya, di caci maki di sekolah. Aku sudah terbiasa dengan
semua itu, tapi entah aku tidak pernah bisa biasa saat Justin ikut mengejekku.
Aku berharap bisa bertemu dengan Justin yang dulu, Justin yang berjanji untuk
menjadi teman ku selamanya, Justin yang berjanji akan menemaniku di saat aku
kesepian. Justin yang sekarang tidak pernah ingat akan janji masa kecil kami
itu, dan mungkin dia pun tidak akan pernah ingat dengan kaung yang pernh dia
berikan padaku dulu. Sampai sekarang aku masih terus memakai kalung pemberian
Justin itu, hanya itu sisa kenangan ku dengan Justin yang masih ada.
Hari ini Justin dan
anak-anak lainnya yang sebagian besar adalah gadis-gadis populer megejekku.
Mungkin aku memang pantas mendapat ejekan dari mereka yang cantik, jika di
bandingkan degan aku yang buruk rua dan selalu bergaya kampungan. Bukan aku
tidak mmau menguba gaya ku yang kampungan ini, tapi aku sadar jika wanita buruk
rupa akan tetap buruk rupa meski di permak seperti apa pun. Aku pernah mencoba
merubah gaya ku dan berdandan layaknya gadi-gadis lainnya, tapi hasilnya tidak
pernah terjadi seperti yang aku inginkan. Awalnya aku merasa aku tidak sejelek
yang mereka bilang setelah berdandan, tapi aku sadar semua itu salah saat aku
mendengar ejekan yang semakin pedas terlontar dari bibir Justin. “walaupun berdandan gadis jelek akan tetap jelek
selamanya”, ya, kata itu yang dia katakan padaku di ikut dengan ejekan-ejekan
lainnya yang tidak kalah pedasnya. Semenjak itu aku membuang semua make up ku
dan kembali ke gayaku bisanya. Yeah, memang benar, gadis buruk rupa akan tetap
buruk rupa meski telah berdandan.
***
Entah ada angin apa hari ini aku membuka perlengkapan
make up ku yang telah lama ku beli dan mendandani diriku sendiri. Aku ingin
menjadi cantik di depan Justin, aku ingin mebuatnya memujiku cantik meski hanya
sekali. Untuk dandanan hari ini aku hanya menggunakan bedak tipis dan lips
gloss pink. Aku juga menggerai rambut ku yang biasa ku kepang, dan aku
menggunakan seragam seperti anak-anak lainnya. Aku berharap orang-orang akan
memberi tanggapan yang baik padaku dan ku erharap Justn akan sedikit saja
memuji ku. Setelah siap aku pun pergi ke sekolah menggunakan mobil yang biasa
ku pakai.
Setelah perjalanan beberapa lama akhirnya aku un sampai
di skolah ku. Sebelum melangkahkan kaki keluar dari mobil aku menarik nafasku
dalam-dalam terlebih dahulu dan membangnya kebali, setelah itu aku pun keluar
dari mobilku dan berjalan masuk ke gedung sekolah. Saat berjalan ada beberapa
anak yang memandangku dengan tatapan yang tidak dapat aku mengerti tai aku
hanya mengacuhkannya. Sebelum menuju ke kelas aku pergi ke lokerku terlebih
dahulu untuk mengambil beberapa buku pelajaran untuk hari ini, dan tepat di
depan loker ku aku sudah dapat melihat Justin yang di kerubungi beberapa
gadis-gadis cantik di depan lokernya yang berada tidak jauh dari loker ku.
Awalnya mereka tidak menyadari keberadaan ku hingga ahirnya Justin pun
memandang ku dan kemudian pergi menuju ke arah ku di ikuti gadis-gadis lainnya.
Saat itu aku sangat berharap kalau dia akan memujiku, tapi ternyata aku salah.
Dia berdiri di depan ku dan memandangku dari atas sampai bawah dengan muka
datarnya.
“Berdandan hari ini?”, tanya Justin dengan nada datar.
“I—iya”, jawabku dengan suara kecil.
“Kamu hari ini—sama saja seperti gaya Nerd mu biasanya! walaupun
berdandan gadis jelek akan tetap jelek selamanya. Percumah berdandan, tidak
akan ada yang tertarik dengan nerd seperti mu. Sadar diri saja, atau kamu tidak
punya kaca di rumah?”, kata-kata Justin itu langsung tepat menusuk ke ulu hati
ku. Aku ingin menangis saat ini tapi sebisa mungkn aku menahannya. Aku tidak
mau terlihat lemah di depannya
Tawa dan ejekan lainnya dari gadi-gadis yang brada di
sekeliling Justin mulai terdengar setelah Justin berhenti berbicara. Mendengar
semua itu aku hanya bisa terdiam dan menunduk. Kata-kata yang terlontar dari
mulut Justin itu sangat menyakitkan, ingin rasanya aku segera menghilang dari
dunia ini. Sebegitu buruknya kah aku di mata Justin.
Hari yang buru telah ku lewati dengan terus melamun dan
terdiam, aku tidak bisa berkonsentrasi belajar sama sekali setelah mendengar
ucapan justin tadi. Mungkin ada benarnya kata-kata Justin tadi, “walaupun berdandan gadis jelek akan tetap jelek
selamanya”. Ada akhirnya aku memutuskan untuk membuang semua perlengkapan make
up ku dan tidak pernah berdandan lagi. Tidak ada gunanya juga kan.
***
Aku sedang mengobrol dengan beberaa gadis di depan loker
ku dan saat itu pandangan ku langsung teralih kepada seorang gadis cantik yang
tengah berjalan mendekat. Senyuman manis terukir di wajahnya membuat banyak
mata laki-laki yang dilewatinya menatapnya terkagum-kagum. Aku baru saja
tersadar kalau gadis cantik itu adalah Jessy, aku tau itu karena gadis itu
tapak berdiri di depan loker Jessy dan membuka pintu loker tersebut. Ada apa
dengan gadis itu hari ini? Kenapa dia mengganti gayanya yang biasanya seperti
gadis kutu buku dan malah berdandan? Dan apa-apaan senyum itu? Dia sengaja
berdandan untuk menarik perhatian laki-laki di sekolah ini? Tidak terasa aku
melangkahkan kaki ku mendekat ke arahnya, berhenti tepat di depannya dan
memandangnya dari atas hingga bawah. Wanita memang tidak bisa di tebak, Jessy
yang biasanya bergaya kutu buku bisa mnjadi cantik seprti ini.
“Berdandan hari ini?”, pertanyaan itu keluar begitu saja
dar mulut ku.
“I—iya ”, jawabnya dengan suara kecil.
Sayup-sayup aku dapat mendengar pujian-pujian mengagumi
Jessy dari para laki-laki yang ada di sekitar ku. Entah kenapa aku merasa kesal
dan jijik mendengar semmua pujian itu.
“Kamu hari ini—sama saja seperti gaya Nerd mu biasanya! walaupun berdandan gadis jelek akan tetap jelek
selamanya.”, kata-kata itu terucap begitu saja. Aku cukup kaget juga dengan
kata-kata yang baru saja ku ucappkan tadi, tapi begitu mndengar suara
pujian-pujian para laki-laki untuk Jessy entah kenapa amarah ku memuncak,
membuat kata-kata kejam lainnya terlontar dari bbirku ini.
“Percumah berdandan, tidak akan ada yang tertarik dengan
nerd seperti mu. Sadar diri saja, atau kamu tidak punya kaca di rumah?’
Setelah ucapan kejam itu terontar aku hanya dapat terdam
memandangi Jessy yang kini hanya terdiam menunduk di hadapan ku, aku dapat
melihat raut kecewa dan sedih dari wajahnya itu. Tak beberapa lama kemudian dia
berbalik dan pergi menjauh dari ku tanpa berkata apa-apa.
Semenjak kejadian itu Jessy kembali ke gayanya yang
biasa, gaya kutu bukunya. Dia tidak pernah terlihat berdandan lagi meski pergi
dengan keluarganya ke acara formal sekali pun. Aku akui kata-kata ku waktu itu
memang sangat kejam, tapi entah kenapa au merasa jauh lebih senang saat dia
kembali ke gayanya yang biasa. Ada apa dengan ku sebenarnya?
-To Be Continue-
Little Jessy And Justin
Baby Jessy And Justin
Pinkie Promise
Tidak ada komentar:
Posting Komentar