Sunday, May 26th 2013
Dear Diary
Tadi pagi Mom menyuruh ku
datang ke rumah Justin untuk mengantarkan makanan pada Mom Pattie, padahal aku
sudah lama sekali tidak pernah datang ke rumah Justin lagi. Bahkan aku pun
sudah tidak ingat kapan terakhir kali aku menapakkan kaki di sana. Aku tidak
bisa menolak perintah mom meski pun aku tidak mau. Aku taku jika harus bertemu
dengan Justin di rumahnya, sekarang keadaan telah berubah. Pada akhirnya aku
datang ke rumah Justin dengan kaos dan celana pendek has baju rumah dan rambut
panjang ku yang ku biarkan tergerai. Aku memang tidak pernah mengepang rambut
ku jika berada di rumah, semua dandanan itu memang hanya khusus saat berada di
sekolah saja.
Saat telah sapai di depan pintu rumahnya aku sangat takut
untuk masuk kedalam, aku tidak siap jika Justin lah yang membukakan pintu
untukku. Tapi untungnya Dad Jeremy lah yang membukakan pintu untukku, aku pun
langsung di suruh pergi ke dapur menemui Mom Pattie yg sedang memasak. Aku kira
saat itu aku bisa langsung pulang dari rumah itu, tapi ternyata Mom Pattie
menyuruh ku menunggu masakannya matang untuk di berikan pada Mom ku. Pada
akhirnya aku hanya bisa pasrah menunggu. aku teringat akan satu tempat saat
itu, pohon rindang yang ada di halaman belakang rumah Justin. Dulu aku sering
sekali bermain di sana bersama Justin, banyak kenangan kami di sana. Tapi
sekarang semua itu memang hny tinggal kenangan. Aku pun memutuskan untuk duduk
di bawah pohon itu sambi mulai mengingat-ingat kenangan lama kami hingg tidak
terasa aku menangis. Tiba-tiba saja Jazmy dan Jaxon muncul di hadapan ku dan
menanyakan kenapa aku menangis, tanpa ku sadari Justin juga ada di dekat sana.
Orang yang tidak mau aku temui malah melihat ku menangis.
***
Pagi yang cerah di hari Minggu, aku telah terbangun
pagi-pag sekali. Setelah mandi aku pun turun ke bawah dari kamar ku yang berada
di lantai atas menuju meja makan. Saat tiba di bawah aku sudah bisa melihat Dad
yang sedang meminum kopi sambil membaca koran paginya di sofa dan Mom yang
tengah sibuk memasak makan pagi di dapur. Wangi roti bakar dan pancake dapat
tercium ke seluruh penjuru ruangan ini.
“Pagi Mom, Dad”, sapaku pada mereka berdua dengan ceria.
“Pagi sayang”, jawab Dad yang sedikit mnggeser korannya
untu melihat ku.
“Pagi sayang, tumben sekali sudah bangun sepagi ini”, ucap
Mom yang masih sedang sibuk memasak.
“aku tidur cepat semalam, jadi pagi ini aku trbangun
cepat juga dan tidak bisa memejamkan ata kembali. Ada yang bisa ku bantu Mom?”
“Ah ya kebetulan sekali, bisa tolong kamu kirimkan kue
bikinan mom kemari ke rumah Pattie, hitung-hitung kamu bermain ke sana. Sudah
lama sekali bukan dari terakhir kali kamu pergi ke sana?”, perintah Mom itu
membuat ku agak kaget. Datang ke rumah Mom Pattie berarti datang juga ke ruah
Justin. Aku memang sudah sangat lama sekali tidak pernah datang bermain kerumah
Justin lagi, saking lamanya bahkan aku sudah tidak dapat mengingat kapan
terakhir kali aku menjejakkan kaki di sana. Aku sangat sedang tidak mau bertemu
Justin saat ini tapi aku tidak bisa mengabaikan permintaan Mom. Pada akhirnya
dengan amat sangat terpaksa aku harus datang ke rumah Justin.
Aku telah sampai di depan pintu rumah Justin sejak
beberapa menit yang lalu tapi sampai saat ini aku belum juga memencet tombol
bel yang berada di samping pintu tersebut. Aku tidak siap jikalau Justin yang
nantinya membukakan pintu untukku, aku benar-benar belum siap untuk bertemu
dengannya. Tapi au tidak bisa hanya berdiri di sini saja, aku pun menarik
nafasku dalam-dalam sebelum menekan bel tersebut.
“TING NONG”, bel tersebut telah kutekan dan sekarang aku
sedang berdiri menunggu seseorang di dalam membukakan pintu untukku. Tak lama
aku mendengar suara orang dari berjalan mndekat dr dalam pintu dan suara kenop
pintu d putar. Aku menhan nafasku hingga orang dari balik pintu itu muncul.
“Oh, Jessy rupanya. Ada apa?”, tanya penghuni rumah
tersebut yang ternyata Dad jeremy.
“Hi Dad, my Mom asked me to deliver this cake”, jawabku
sambil menunjukkan kotak kue yang ku bawa di taganku.
“oh ya silakan masuk. letakkan saja di meja dekat dapur,
Di sana ada Pettie”, aku pun masuk kedalam rumah tersebut dan berjalan menuju
tempat yang di maksud. Sesampai di dapur aku dapat mlihat seorang wanita cantik
yang sudah agak berumur yang sedang sibuk memasak. Itu Mom Pattie, dia tetap
terlihat canti di umurnya yang sudah terbilang tidak muda lagi.
“Hi Mom”, sapa ku ada Mom Pattie yg tidak sadar akan
kehadiranku.
“oh hi Jessy! sudah lama sekali kamu tidak berrmain ke
sini sayang. Ada apa?”, ucap Mom Pattie yg kemudian mematikan kompornya karena
masakannya juga sudah matang. Dia pun menghampiriku dan memelukku. Aku memang
sudah sangat dekat dengan keluarga Justin, Dad Jeremy dan Mom Pattie pun sudah
ku anggap seperti ibu kedua ku.
“Mom asked me to deliver this cake for you”, jawabku
menunjukkan kue yg ku bawa.
“Ah terimakasih. Dan apa kabar dengan mu? Kamu tumbuh
menjadi gadis yang sangat cantik sekarang, sudah lama sekali kamu tidak pernah
bermain ke sini lagi.”, Mom Pattie mengabil kue yg ku bawa dan meletakkanya di
meja makan.
“Aku baik Mom, bagaimana dengan mu sendiri? Maaf karena
aku baru bisa datang kembali sekarang, aku tau ini sudah 7 tahun semenjak
kedatangan ku terakhir ke sini”, ya, sudah 7 tahun berlalu aku tidak pernah
menapakkan kaki ku ke rumah ini. Aku terlalu takut untuk bertemu Jutin yang
sekarang sudah sangat berubah.
“I’m good too. It’s ok, aku sudah senang karena kamu mau
datang ke mari lagi. Oh ya, bisa kamu tunggu sebentar di sini, aku sedang
memanggang ayam. Kebetulan aku mau memberinanya pada Clara”, Clara adalah nama
Mom ku.
“Baiklah, aku menunggu di halaman belakang saja ya Mom”,
ucapku dan di jawab anggukan dari Mom Pattie. Aku pun segera pergi menuju
halaman yang berada di belakang rumah Justin. Aku bersyukur karena sepertinya
Justin belum bangun, jadi aku tidak akan bertemu dengannya.
Begitu sampa di halaman belakang tersebut aku pun
mendudukkan diri di bawah pohon rindang yang ada di halaman tersebut. Dulu aku
sering sekali bermain di bawah pohon ini dengan Justin. Ah, aku benar-benar
merindukan masa-masa kecil ku dulu. Begitu damai dan membahagiakan. Tapi
sekarang semua telah berbeda. Hidup memang tidak pernah bisa di tebak. Aku
kembali melamun di bawah pohon rindang itu dtemani dengan tiupan angin
sepoy-sepoy. Semua memori kenangan bahagia masa kecil kembali terlintas di
otakku, berputar seperti sebuag film. Tidak terasa air mata mengalir melewati
kedua pipiku. Aku menangis?
“Kaka kenapa menangis?”, Suara anak kecil mengagetkan ku
yang masih terlamun.
“Ah, rupanya kamu Jaz. Mengagetkan ku saja.”, ucapku
sambil menghapus air mata di pipi ku dan tersenyum.
“Kaka tadi menangis kan? Ada apa? Apa kaka sakit? Atau
ada yang mengganggu kaka?”, tanya gadis kecil itu lagi.
“yeah, kenapa kaka menangis? Kalau ada yang nakal akan
aku beri pelajaran.”, saut Jaxon yg juga datang bersama Jazmyn tadi.
Kata-katanya membuat aku terkekeh. Anak kecil memang sangat polos.
“I’m ok J, i just—miss my past memories”, jawabku dengan suara yang
semakin kecil di akhir kalimat karena melihat Justin yang berada tidak jauh
dari ku. Dia berdiri di sana, menatap ke arah ku. Dia melihat ku menangis tadi?
***
Aku baru saja akan mengabil sarapanku ketika tiba-tiba
Mom memintaku untuk memanggil Jassy di halaman belakang. Jassy ada di sini?
Sejak kapan dia datang? Sudah lama sekali dia tidak pernah datang ke rumah ini
lagi, mungkin sudah 7 tahun.
Aku pun pergi
menuju halaman belakang untuk memanggilnya. Sudah sangat lama aku tidak pernah
berbcara akrab dengannya, sekalinya aku berbicara dengannya hanya kata-kata
kejam yang ku lontarkan untuknya. Aku agak menyesal dengan semua itu, tapi aku
tida tau harus berbuat apa. Semua sudah berubah, tidak sama lagi seperti dulu
ketika masih kecil. Entah sejak kapan semua itu berubah, tapi sekarang aku
hanya bisa menlanjutkan semua yang telah terjadi.
Aku telah
sampai di halaman belakang rumah ku, tempat yang mom katakan kalau Jassy ada di
sana. Baru saja aku mau memanggil namanya ketika aku melihat dia menanggis, air
mata jatuh dari kedua mata hijaunya. Tidak lama setelah itu Jazmyn dan Jaxon yg
berada tida jauh dari sana berlari kearahnya. Aku bisa mendengar semua
percakapan mereka dari sini karena jarakku yang memang tidak begitu jauh dari
tempatya. Aku bisa mendengar Jazmyn yang bertanya mengapa Jassy menangis dan
Jaxon yg mencoba menghibur Jassy dah—ah dia tertawa. Gezzz manis sekali. Apa
lagi dia tidak berpakaian seperti pakaian dan gayanya di sekolah. Dia menggera
rabmbut panjangnya yang indah, dan dia memakai pakaian santai layaknya remaja
wanita sewajarnya. Aku memang sadar kalau sebenarnya dia sangat cantik tapi
entah kenapa aku tidak suka jika dia memperlihatkan kecantikkannya kepada orang
lain di luar sana. Ada apa dengan diriku sebenarnya?
Tidak lama aku
kembai mendangar suara Jassy yang menjawab pertanyaan Jazmyn dan Jaxon.
“I’m ok J, i
just—miss my past memories”, ucapnya dengan nada yang
semakin kecil ketika dia menyadari keberadaan ku. Apa yg tadi dia katakan? Miss
the past memories? Gezz aku bisa langsung menebak apa yang dia lakukan sejak
tadi di halaman belakang ini, dia pasti mengingat kenangan masa kecil kamii
dulu dan dia menangis..
Aku masih
terdiam memandanginya yang kaget dengan keberadaanku. Hingga akhirnya kau
teringat dengan perintah Mom tadi.
“Mom memanggil
mu”, ucapku singkat dan dia hanya membalas dengan anggukan dan dengan cepat dia
pergi masuk menemui Mom.
Setelah
terdiam beberapa lama aku pun ikut masuk kedalam. Tapi aku tidak dapat
menemukannya di dalam. Apa dia sudah pulag?
“Jassy sudah
pulang Mom?”, tanyaku pada Mom yang berada di menja makan.
“Ya, dia
bilang dia maih punya urusan di rumah.padahal Mom sudah mengajaknya untuk ikut
akan di sini dahulu, lagi pula sudh lama sekali dia tidak main ke sini lagi.
Mom masih rindu dengannya.”
“Minta saja
dia untuk kembali bermain lagi ke sini, kalau tidak ada urusan pasti dia mau
datang ke mari”, usulku dan di balas anggukan oleh Mom. Aku pun mendudukkan
diriku di kursi meja makan dan segera melahap makanan ku. Tapi tba-tiba aku
kembali tringat dn senyum dan tawa Jessy barusan. Dia sangat—cantik.
***
Wednesday, May 31st
2013
Dear Diary
Hari ini aku harus
datang lagi ke rumah Justin karena mom Pattie memintaku untu datang, aku tidak
mungkin menolak permintaan Mom pattie yang sudah ku anggap seperti Mom ku
sendiri. Sepulang sekolah aku langsung berganti baju dan pergi ke rumah Justin.
Satu hal yang awalnya ku senangkan adalah, Justin belum pulang. Mungkin dia
sibuk bermain dengan para gadis-gadis di sekolah atau sibuk bermain dengan
teman-tema laki-lainya, siapa lagi kalau bukan Ryan, Chaz dan Christian. 3
laki-laki itu adalah sahabat dekat Justin dar SMP. Yah meski aku sudah tidak
dekat lagi dengan Justin aku tetap tau banyak hal tentangnya, termaksud siapa
saja gadis yang pernah mejadi mantan kekasihnya. Ah tetusaja hal itu tidk akan
pernah terlupakan oleh ku, sebab itu adalah masa-masa di mana aku sangat
terpuruk. Bagai mana tidak? Aku mendapatkan kabar kalau orang yg ku suka tengah
berpacaran dengan seorang gadis. Itu sangat menyakitkan! Tapi sekarang Justin
tidak sedang menjalin hubungan dengan siapa pun. Terakhir kali Justin berpacaran
dengan Catlin Beadles, kaka dari seoarng Christian Beadles sahabat Justin. Aku
tidk tau jelas alasan mengapa mereka putus, tapi yang jelas aku sanngat senang
saat mereka putus.
Kembali ke topik awal. Aku
datang ke rumah Justin dan langsung menemui Mom pattie. Mom sedang sibuk
membuat sebuah kue, aku pun bergabung bersamanya untuk membuat kue tersebut.
Setelah kue jadi kami pin duduk bersantai bersama sambil memakan kue tersebut
dan bercerita banyak hal. Lama tidak bertemu dengan Mom Pattie membuat banyak cerita
yang bisa aku ceritakan padanya. Aku memang sering bercerita banyak hal
padanya, tapi tidak tentang perasaan ku pada Justin tentunya. Setelah selesai
bercrita aku kembali bermain di halaman belakang rumah Justin. Di sana ada
Jaxon dan Jazmyn yang sedang bermain ber dua. Aku bergabung bermain bersama
mereka hingga Jazmyn menceritakan tentang sahabatnya di sekolah dan tentang
sebuah janjinya pada sahabat itu. Ceritanya membuatku teringat kembali akan
janji masa kecil Justin. Saat aku sedang menasehatinya Justin muncul. Dia
benar-benar seperti hantu yang bisa tiba-tiba muncul begitu saja. Dan apa dia
mendengar kata-kata ku tadi?
***
Hari ini sepulang sekolah aku langsung mengganti
pakaianku dan pergi menuju rumah Justin. Sebenarnya aku tidak mau kebali
kerumah itu arena tidak mau lagi bertemu dengan Justin, tapi apa boleh buat.
Mom Pattie memintaku untuk datang dan membantunya membuat kue bersamanya. Aku
tdak bisa menolak prmintaannya yang sudaah ku anggap seperti orang tua sendiri.
Pada akhirnya disinilah aku, di dapur rumah Justin bersama Mom Pattie membat
kue. Kami sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing. Mom Pattie mencampurkan
adonan sedangkan aku mencetak adonan kue yg sudah jai menjadi bentuk-betuk
lucu. Setelah selesai dengan semua itu kami pun memanggang kue tersebut. Tidak
lama kue un telah matang dan dapat di makan. Mom Pattie kembali mengajakku
untuk memakan ue tersebut bersama susu hangat di ruang tamu sambil bercerita
banyak hal. Dulu aku memang sering sekali bercerita berbagai hal padanya oleh
sebab itu dia senang sekali berbicara dengaku. Berbeda dengan Jutsin yang tidk
pernah mau menceritakan apa pun pada Mom Patt dengan alasan anak lai-laki
menyimpan masalah sendiri. Anak-anak Mom Patt yanglain pun masih terlalu kecil
untuk di ajak bercerita dan bertukar pikiran, dan itulah alasan Mom Pattie
begitu senang jika aku sering bermain kembali ke rumahnya. Aku bercerita banyak
hal pada Mom pattie, kami berbincang-bincang sanngat seru dengan terkadang di
selingi dengan ledekan, candaan dan tawa. Senang bisa berincang dengan Mom
Pattie. Selesai berbincang-bincang aku memutuskan untuk pergi ke halaman
belakang. Aku bisa menemukan Jazmyn dan Joxon di sana yang sedang asyik bermain
berdua. Aku pun menyapanya dan meminta untuk gabung bermain.
“Hai doble J, may i join with you two?”
“of course Jessy”, jawab Jazmyn dengan suara khas anak
kecilnya.
“Sedang main apa kalian berdua?”
“kami sedang bermain rumah-rumahan, aku jadi ibu, Jaxon
jadi adik bersama dengan boneka-boneka ku.”
“Hemmm.. kalau begitu aku ikut menajadi teman mu,
bagaimana?”
“tentu saja, ayo kita bermain”
Kami pun mulai bermain. Permainan ini terlihat konyo jika
di mainkan oleh aku yang telah berumur 16 tahun, tapi kami tetap bermain dengan
sangat seru. Aku pun menikmati bermain bersamma mereka berdua. Lagi pula aku
memang sangat suka dengan anak kecil, terlebih lagi aku adalah anak tunggal
yang tidak mempunyai kaka atau pun adik. Jazmyn dan Jaxon sudah ku anggap
seperi adik ku sendiri meski kami jarang bertemu. Aku memang jarang bermain ke
rumah Justin tapi Jazmyn dan Jaxon sering datang ke rumahku untuk bermain
dengan ku.
Setelah lelah
bermain kami pun beristirahat dengan duduk bersender di bawah pohon rindang
yanng ada di halaman tersebut. Selama beristirahat Jazmyn sibuk bercerita
dengan ku tentang teman-temannya di sekolah hingga tiba ke satu cerita yang
mengingatkan ku akan janji masa kecil.
“Äku punya
sahabat di sekolah, kam membuat janji akan selalu berteman selamanya, tidak
boleh ada berantem-berantema.”, cerita Jazmyn. Aku terdiam melamun sambil
mendengar cerita tersebut. Janji masa kecil... Tiba-tiba aku di kagetkan oleh
Jazmyn yang memanggil nama ku berkali-kali.
“Ka, kaka kok
melamun? Sedang ada masalah?”
“Tidak, Aku
hanya teringat suatu hal. Oh ya Jaz aku hanya ingin memberitau mu, kamu boleh
membuat sebuah janji apa saja tapi aku berharap kamu akan menepati janji itu.
Jangan pernah membuat sebuah janji yang tidak mungkin bisa kamu tepati.”,
ucapku lembut dan di jawab anggukan oleh Jazmyn.
“Justin!!!”,
teriak Jaxon tiba-tiba mengagetkan ku. Aku sangat terkejut begitu melihat
Justin sudah berada tidak jauh dari ku. Apa dia mendengar ucapan ku barusan?
Aku hanya terdiam mematung di tempat sedangkan Jaxon dan Jazmyn berlari ke arah
Justin dan mengajak Justin untuk bergabung bermain bersama kami. Mati aku!
***
Aku baru saja pulang dari bermain bersama Ryan, Chaz dan
Christian sebelum aku mendapatan pesan dari Mom kala da telah selesai membuat
kue bersama Jessy. Begitu mendapat pesan itu aku langsung pamit kepada ketiga teman
ku tersebut untuk pulang kerumah. Entah kenapa aku ingin sekali bisa bertemu
dengan Jessy di rumah ku. Senyum dan tawanya yang ku lihat sabtu itu membuatku
merndukannya. Tawa dan senyumnya itu seperti narkoba yang membuat ku ingin
terus melihatnya. Begitu sampai di rumah aku malah mendapatkan Mom yag sedang
sibuk bertelfonan dengan seseorang. Kemana Jessy? Apa dia sudah pulang? Tapi
tidak lama aku mendengar teriakan dan tawanya bersama Jazmyn dan Jaxon dari
halaman belakang. Ah rupanya dia sedang bermain dengan kedua adikku itu. Aku
langsung pergi ke kamarku untuk mengganti baju dan pergi menuju halaman
belakang.
Setiba di depan pintu halaman belakang aku melihat mereka
sedang duduk bersantai di bawah pohon rindang sambil bersender di dahan pohon
tersebut. Jazmyn dan Jessy terlihat sedang asyik berbincang berdua, dari yang
kulihat sepertinya jazmyn yang sedang bercerita kepad Jessy karena Jessy
terlihat hanya berbicara sedikit dan menganggukan kepala saja. Aku pun mencoba
mendekat ke mereka hingga aku mendengar kata-kata Jessy.
“Oh ya Jaz aku hanya ingin memberitau mu, kamu boleh
membuat sebuah janji apa saja tapi aku berharap kamu akan menepati janji itu.
Jangan pernah membuat sebuah janji yang tidak mungkin bisa kamu tepati.”, aku
menelan ludah ku saat mendengar ucapan itu. Ingatan ku langsung melayang ke 13
tahun yang lalu saat aku masih berumur 5 tahun.
“Kamu tidak akan kesepian, masih ada aku yang akan selalu
menjadi teman mu. Aku akan datang saat kamu kesepian”
“kamu janji akan selalu menjadi teman ku dan akan
menemaniku saat kesepian selamanya Justin?”
“Aku Janji!”
Ya, aku baru
saja teringat dengan janji masa kecil ku pada Jessy dan dia baru saja
menyindirku yang tidak menepati janji itu. Aku menjauh darinya, aku membuatnya
sedih, dn aku tidk pernah menemani dia saat dia kesepian. Aku mengingkari janji
ku itu. Aku tau itu memang hanya sebuah janj yang di buat oleh seorang bocah
umur 5 tahun, tapi janji teta lah janji. Janji tidak memandang umur, berapa pun
umur kita, selama janji itu bisa di tepati kta harus selal menepati janji itu.
Tiba-tiba Jaxon berteria memangil ku membuat aku yang sedang melamun terkaget.
“Justin!!!”,
aku segera melihat kearah Jessy yang juga kaget dengan keberadaan ku sedangkan
Jaxon dan Jazmny berlari menghampiriku.
“Boo kamu
sudah pulang ternyata, ayo bermain bersama kami”, aja Jazmyn mebuatku cukup
kaget. Kami? Maksudnya Jazmyn, Jaxon, Jessy dan aku? Holly Crap! Aku menatap
kearah Jessy yang hanya diam mematung di tempatnya. Terlihat dar raut mukanya
kalau dia juga kaget dengan ucapan Jazmyn tadi. Apa yang harus aku perbuat di
suasana yang canggung ini?
Tiba-tiba
dering suara Hp terdengar dri arah Jessy dan sedetik kemmudan dia terlihat
membuka Iphonenya dan menarik nafas lega. Lega?
“Hey kid, i’m
sorry because i can’t playing with you again. My Mom told me to go home now.”,, ucapnya membuat Jazmyn dan
Jaxon bersorak kecewa.
“I willl
playing with you again on Sunday, i’m promise.”, wajah kedua adikku masih terlihat kecewa mendengar
jawaban Jessy tersebut.
“it’s ok kid,
i will playing with you two. Jessy must go home now. not
she
had promised
to play
again on
Sunday?”, ucapku membantu Jessy yang kesusahan karena kedua
adikku yang tidak mau di tinggal olehnya.
“Ii’m promise”, saut Jessy.
“Ya sudah deh Jessy boleh pulang, tapi benar kan hari
minggu akan datang lagi?”, tanya Jaxon
“yes buddy”,
jawab Jessy sambil mengecup jidat Jaxon dan tersenyum kepadaya. Ah lagi-lagi
senyum manis itu berhasil membuat jantungku berdebar lebih cepat dar biasanya.
Ada apa dengan ku?
Jessy pun juga
mencium pipi Jazmyn dan sebelum pergi dia berterimakasih pada ku dan tersenyum
simpul kemudian pergi begitu saja meninggalkan aku yang masih terdiam kaku.
Lucy Hale as Jessica Athena Jhonson (Anggep aja rambunya di kepang dua)
Justin Bieber
Jazmyn Bieber and Jaxon Bieber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar