Dedaunan berwarna kuning yang berjatuhan dari pohon
tertiup oleh angin masuk kedalam kamar melalui sebuah Jendela kamar yang
sedikit terbuka. Sekarang adalah hari minggu terakhir di bulan November dan
dalam beberapa hari lagi bulan akan berganti. Jessy tengah duduk di kamarnya
sambil memainkan gitarnya, membuat nada-nada baru untuk lagu-lagunya yang
sedang ia buat. Gadis itu memang sedang dalam mood yang tepat untuk membuat
sebuah lagu. Entah kenapa belakangan ini gadis itu bisa dengan mudah membuat beberapa
lagu hanya dengan mengingat seorang justin Bieber, lelaki yang pernah
mematahkan hatinya itu. Rasa sesak di dadanya telah bekurang sekarang, gadis
itu tidak lagi sesedih dulu saat mengingat nama itu. Mungkin itu semua di
karenakan dia telah berhasil mencurahkan perasaannya ke bentuk sebuah lagu, dan
saat rasa sedih itu kembali datang gadis itu akan menyanyikan lagu itu sebagai
pelampiasannya. Belum. Gadis itu belum bisa menghilangkan semua rasa dan
kenangannya terhadap lelaki itu. Bahkan gadis itu belum bisa mendapatkan
seseorang yang mampu menggeser laki-laki itu dari hatinya. Gadis itu masih saja
mencintai lelaki itu. Cinta yang teramat dalam.
Goresan demi goresan lirik lagu telah gadis itu tulis
dalam sebuah kertas yang kini telah penuh dengan tulisan dan coretan. Jessy
cukup bersemangat kali ini untuk membuat sebuah lagu yang lebih semangat dari
lagunya yang sebelumnya telah dia nyanyikan di kelas musik satu bulan yang
lalu. Sambil menulis lagunya, gadis itu juga berusaha mencari nada yang tepat untuk
lagunya itu. Jessy menepuk-nepukan jarinya ke meja belajarnya membentuk sebuah
nada.
“I'll make you believe in me. I can be what you want me to be. Tonight is the night. There i make
you see. That i can be anything, anything ~ Hemm.. Nada beat sepertinya bagus. Argh! Tapi aku tidak
dapat ide untuk lanjutannya!!”, Gadis itu bernyanyi dan berguma sendiri. Jessy berniat
membuat lagu yang jauh berbeda dari lagu sebelumnya. Dia ingin membuang jauh
karakter lembutnya yang tergambar jelas dari lagu pertamanya. Lagu keduanya ini
harus menjadi lagu yang hebat. Pikir gadis itu.
Setelah lama bergelut dalam fikirannya sendiri demi
menemukan lanjutan lagunya yang masih belum dapat ia lanjutkan akhirnya gadis
itu menyerah. Jessy melempar penanya yang ia gunakan untuk menulis ke mejanya.
Jessy kesal karena belum berhasil membuat lagu barunya, tetapi gadis itu yakin
kalau lagu itu akan menjadi sebuah lagu yang hebat oleh sebab itu gadis itu
tidak meremas kertas itu dan membuangnya ke tong sampah seperti yang biasa ia
lakukan saat tidak mendapatkan lanjutan lagunya. Gadis itu pun memutuskan untuk
melanjutkan membuat lau itu kapan-kapan saat ia telah mendapatkan ide.
Jessy meraih iphonenya yang berada di atas kasur dan
mulai mencari nomor seseorang untuk dia hubungi. Setelah berhasil
mendapatkannya, gadis itu pun menakan tombol call. Hanya perlu menunggu
beberapa lama sampai akhirnya sang pemilik nomor mengangkat panggilan dari
gadis tersebut.
“Hallo”, ucap seseorang di sebrang sana.
“Hei Tristan. apa kau tidak sibuk sekarang? Aku bosan di
rumah. Kau bisa kan menemaniku jalan-jalan di luar. Terserah kau saja mau ke
mana, asal aku bisa keluar dari rumah ini sekarang.”, ucap Jessy panjang
membuat Tristan yang mendengarnya hanya bisa menggeleng di sebrang sana.
“kau pasti gagal menciptakan lagu baru mu? Ah! Aku sudah
tau sifat mu itu. Baiklah, kebetulan aku sedang senggang. Aku akan bersiap, aku
akan segera ke rumah mu.”, ucap Tristan dan setelah jessy menyetujuinya lelaki
itu pun memutus panggilan tersebut. Jessy pun segera bersiap-siap. Gadis itu
memang tidak tau akan pergi kemana nantinya, tetapi dia merasa harus mencari
udara di luar sekarang.
Setelah cukup lama menunggu akhirnya Tristan datang
menjemput Jessy. Jessy segera naik ke mobil dan Tristan langsung menancapkan
mobilnya menuju tempat yang Jessy tidak ketaui akan ke mana. Lelaki itu sudah
sering menghadapi situasi seperti ini, gadis yang berada di sebelahnya sekarang
memang selalu seperti ini jika tidak mendapatkan ide untuk lagu barunya, oleh
karena itu lelaki itu telah memiliki beberapa tempat yang bisa di datangi
bersama gadis itu. Tristan adalah satu-satunya lelaki yang paling dekat dengan
Jessy di paris. Jessy memang memiliki banyak teman lelaki dang penggemar
lelaki, tetapi hanya Tristan lah yang paling bisa untuk di jadikan seorang
sahabat dekat. Lelaki itu cukup pendiam di awal pertemuan, tetapi setelah
saling mengenal lebih jauh ternyata mereka memiliki banyak kecocokan. Kecocokan
sebagai teman tentunya. Jessy tidak mencintai Tristan lebih dari seorang
sahabat, bahkan Jessy belum mampu menhilangkan perasaannya pada Justin sampai
detik ini. Jessy sering pergi berdua bersama Tristan. Biasanya hal itu di
lakukan saat Jessy butuh teman untuk membantunya mencari ide atau menenangkan
fikiran karena Tristanlah yang paling normal di antara kedua sahabat wanitanya
yang lain. Bukan berarti Jade dan megan tidak normal, hanya sanya kedua gadis
itu agak cerewet dan berlebihan. Jika Jessy pergi dengan mereka berdua dalam
keadaan mood yang tidak baik mungkin itu hanya akan membuat moodnya semakin
buruk saja. Oleh karena itu Jessy jau lebih memilih pergi berdua saja dengan
Tristan.
“Jadi kau mau membuat lagu seperti apa kali ini?”, tanya
Tristan membuka pembicaraan.
“Hemm.. aku berniat membuat lagu yang sedikit berbeda
dari lagu ku yang sebelumnya. Aku ingin membuat lagu yang lebih bersemangat.
Lagu yang bisa membuat pendengarnya menggerakkan badannya saat mendengar lagu
tersebut, seperti mereka sedang berada di Clab. Kau tau kan yang ku maksud?”
“Ya, aku mengerti. Begini-begini aku jago men DJ. Aku
pernah menjadi DJ di salah satu club tidak lama. Mungkin aku bisa membantumu
mencari musiknya?”
“Benarkah? Wah itu kabar baik. Itu akan sangat
membantuku.”
“Yeah. Jadi sudah seberapa banyak lirik yang kau dapat?”
“Tidak banyak. Mungkin hanya bagian reff yang sudah dapat
aku fikirkan musiknya. Sisanya masih buram. Ah! Dan aku belum berhasil
mendapatkan awalan dan judul untuk laguku.”
“Kamu harus lebih banyak melakukan sesuatu yang baru
untuk bisa mendapatkan ide. Tenang saja, aku yakin kamu akan segera mendapatkan
lanjutan dari lagu mu itu. Lebih baik hari ini kita bersenang-senang”, aku
mengangguk dan tersenyum lebar mendengar ucapan Tristan itu. OK, saatnya
bersenang-senang! Guma ku.
Hari itu benar-benar mereka habiskan dengan
bersenang-senang. Jessy banyak melakukan hal-hal baru dah menyenangkan hari itu
bersama Tristan. Gadis itu masuk ke dalam Club untuk yang pertama kalinya dan
berjoget mengikuti irama musik beat yang menggema di ruangan club itu. Gadis
itu juga menonton opera bersama tristan, bahkan gadis itu sempat di minta untuk
berperan di opera tersebut. Lalu gadis itu juga menyanyi di tengah jalan untuk
membantu pengamen tua yang tidak mendapatkan banyak penghasilan. Mereka juga
hampir di tangkap oleh security karena menerobos masuk secara diam-diam ke
studio yang sedang di pakai syuting sebuah filem. Banyak hal menyenangkan dan
gila yang mereka lakukan hari ini. Jessy bahkan belum pernah melanggar
peraturan sebelumnya, dia gadis yang baik-baik, gadis yang patu. Tapi pada hari
ini dia banyak melakukan hal-hal yang melanggar peraturan, hal gila yang bisa
membuatnya tertawa senang. Pergi bersama Tristan hari ini benar-benar pilihan
yang tepat untuknya. Sahabat lelakinya yang satu itu memang paling bisal mengembalikan
moodnya yang buruk menjadi kembali normal.
Setelah lelah melalui hari yang gila dan menyenangkan,
mereka pun memutuskan untuk beristirahat sekaligus mengisi perut mereka di
sebuah restoran cepat saji yang berada di pusat kota paris. Mereka memakan
makanan mereka sambil bercanda tawa membicarakan hal-hal gila yang telah mereka
lakukan hari ini.
“Kau lihat bagaimana security tadi terjatuh saat akan
menangkap kita? Hahaha.. harusnya kamu lihat bagaimana cara dia terjatuh tadi,
sangat lucu.”, Jessy tertawa begitu mengingat kejadian saat mereka di
kejar-kejar oleh seorang security karena ketahuan menerobos ke sebuah studio
tempat berlangsungnya sebuah syuting filem.
“Bagai mana aku bisa melihat hal itu di saat aku sedang
sibuk mencari jalan agar kita tidak tertangkap. Ah tapi aku yakin itu sangat
lucu. Hahaha... aku bisa mendengar bunyi jatuhnya yang sangat kencang itu. Itu
pasti sangat menyakitkan. hahaha”, Tristan ikut tertawa mengingat kejadian itu.
“Oh aku yakin sekali itu sangat sakit. Bahkan aku ikut
meringis saat melihatnya terjatuh. Ah tapi aku bersyukur dia terjatuh, kita
jadi tidak tertangkap karena hal itu.”
“iya aku setuju dengan hal itu. Dia mengganggu saja!
Padahal aku sedang asyik memperhatikan Artis wanita yang sexy di sana sedang berakting.
Ah, dia sexy sekali.”
“Dasar pikiran laki-laki”, ucap Jessy mendengus kesal
lalu menempeleng kepala Tristan.
“Haha... aku hanya bercanda. Tapi aku masih waras karena
menyukain wanita bertubuh sexy seperti wanita tadi dari pada...”, Tristan melirik
kearah Jessy dengan tatapan menyindir membuat Jessy yang menyadarinya hanya
bisa memelototi lelaki tersebut.
“Enak saja, begini-begini aku mempunyai banyak penggemar
di Kampus dan sekolah kita dulu.”, balas Jessy sangat percaya diri. Tapi itu
memang kenyataan.
“Aku rasa mereka semua itu memiliki selera yang buruk.
Bisa-bisanya mereka menyukai gadis seperti dirimu. Belum saja mereka melihat mu
saat berjoget di club tadi, mereka pasti akan langsung berubah pikiran”, ledek
Tristan lagi membuat Jessy memanyunkan bibirnya.
“Lihat, lihat! Apa lagi jika mereka melihat muka mu saat
ini, pasti mereka akan benar-benar merubah pikiran mereka. hahaha..”, lanjut
Trsitan membuat Jessy semakin kesal. Gadis itu melipat tangannya di dada masih
dengan mulutnya yang ia manyunkan membuat Tristan yang melihatnya tertawa
terbahak-bahak.
“Ahahaha... ok, ok. Aku hanya bercanda. Hentikan tampang
aneh mu itu. Kau membuat ku tidak bisa berhenti untuk tertawa.”, jessy hanya
memutar matanya mendengar omongan Tristan.
“Ok jangan mengambek lagi. Kau tau kan kalau aku hanya
bercanda.”
“Terdengan seperti sungguhan”, ucap Jessy dengan nada
kesalnya.
“Oh ayolah. Itu tidak benar. Kau taukan kalau mereka
tidak mungkin merubah pikiran mereka saat melihat mu memasang muka seperti tadi
atau saat kamu berjoget tadi. Mereka justru akan semakin menyukai mu. Mereka
itu itu seperti sudah terlamapu tergila-gila padamu. Dan oh ya, bahkan kamu
punya fans club mu sendiri saat di sekolah dulu. Hebat bukan.”, Jessy kembali
memutar matanya mendengar omongan Tristan yang terdengar sangat berlebihan.
Tapi memang benar soal jessy memiliki fans club saat di sekolah dulu, dan
bahkan sebentar lagi hal itu akan terjadi juga di kampusnya sekarang.
“Kau berlebihan!”
“Hei, itu kenyataan.
Mereka terlihat sangat menggilai mu. Ah bahkan aku ingat dengan seoarang
lelaki yang selalu mengikutimu kemana pun kamu pergi.”
“Itu menyeramkan, kau tau. Lelaki itu seperti stalker.
Untung dia tidak mengikutiku sampai kedalam kamar mandi, kalau iya mungkin aku
akan berteriak histeris membuat satu kampus ribut.”
“Hahaha... dan mungkin setelah itu lelaki itu akan habis
di tangan penggemarmu yang lainnya. Haha..”
“kau tau? Semua hal itu masih terasa aneh buat ku. Aku
belum pernah merasakan hal seperti itu di Kanada. Bahkan aku hanya memiliki
satu orang yang mau bersama ku dan berbicara derbicara dengan ku di sekolah.
Itu sangat aneh saat kamu harus merasakan hal yang sangat bertolak belakang
dengan kehidupanmu sebelumnya.”, Jessy membuang nafas berat saat kembali
mengingat kenangannya di kanada.
“Kau tau? Hidup itu seperti roda, terus berputar.
Terkadang kamu akan merasakan di bawah dan kamu juga akan merasakan di atas di
lain harinya. Kita hanya perlu mengambil pelajaran saat sedang berada di bawah
dan menjadi orang yang rendah hati saat berada di atas. Semua ada hikmahnya
yang bisa kamu ambil.”, ucap Tristan yang kemudian berdiri dan mengelus kepala
Jessy.
“Aku mau membeli minuman lagi terlebih dahulu”, lanjut
Tristan yang di balas anggukan oleh Jessy. Tristan pergi dari meja mereka
meninggalkan Gadis itu yang sekarang tersenyum mengingat kata-kata bijak yang
baru saja di ucapkan Tristan tadi.
“Hidup itu seperti
roda, terus berputar. Terkadang kamu akan merasakan di bawah dan kamu juga akan
merasakan di atas di lain harinya. Kita hanya perlu mengambil pelajaran saat
sedang berada di bawah dan menjadi orang yang rendah hati saat berada di atas”
Ya, benar apa yang di katakan Tristan itu. Hidup seperti
roda yg berputar. Kita tidak akan tau kapan kita akan berada di atas dan kapan
kita akan berada di bawah. Kita hanya perlu mengambil pelajaran dari apa yang
telah terjadi dan bersiap untuk apa yang akan terjadi nantinya. Hidup itu penuh
dengan misteri. Hanya tuhan yang tau bagai mana jalan hidup kita selanjutnya.
***
Justin tengah makan sendirian di Mcdonald ketika dia
melihat seorang yang dia kenal. Jessy tengah duduk di meja di restoran yg sama
dengannya. Gadis itu tidak sendirian, gadis duduk satu meja dengan seorang
lelaki yang sama ketika Justin melihat Jessy di kelas musik satu bulan yang
lalu. Justin tidak tau jelas siapa lelaki yang bersama Jessy itu dan apa
hubungan mereka, tapi yang justin bisa lihat sekarang ada lah mereka terlihat
sangat akrab dengan bercanda dan tertawa bersama. Rasa cemburu lagi-lagi muncul
dalam diri Justin. Justin memang selalu merasa cemburu jika melihat Jessy
dengan lelaki lain, itu wajar karena Justin mencintai gadis itu, tapi tidak
juga cukup wajar karena Jessy bukan miliknya. Justin terus memperhatikan kedua
orang itu yang terlihat asyik dengang percakapannya. Justin bisa melihat
berbagai eksperi yang Jessy tampilkan pada lelaki di depan gadis itu, Ekspresi
yang bahkan belum pernah Justin lihat dari wajah gadis itu. Gadis itu lebih
memiliki banyak ekspresi sekarang, ketimbang dulu yang selalu terlihat sedih
dan kesepian. Gadis itu ternyata benar-benar merasa bahagia sekarang. Justin
cukup terpukul saat berfikir kalau gadis itu bahagia karena tidak ada lagi
dirinya lagi di sekitar gadis itu. Hai ingin itu cukup membuat Justin hampir
mengurungkan niatnya untuk kembali menampakkan dirinya pada gadis itu, tapi
Justin tetap ingin mencoba. Lelaki itu tetap berharap akan ada kesempatan kedua
untuknya.
Justin melihat Lelaki yang bersama Jessy pergi menuju
kasir untuk membeli sebuah minuman setelah mengelus pucuk kepala Jessy. Jessy
sendirian sekarang, di meja itu dengan bibirnya yang tersenyum. Justin mulai
menebak-nebak hubungan yang terjadi di antara mereka berdua. Curiga. Justin
curiga kalau lelaki itu adalah kekasih Jessy yang baru setelah Steven. Saat
Jessy berpacaran dengan Steven sudah cukup membuat hati Justin sakit dan merasa
sangat cemburu dan sekarang Justin belum siap melihat Jessy bersama lelaki
lain, terlebih lagi setelah mengetahui kalau ternyata gadis itu juga
mencintainya dulu. Dulu. Justin tidak yakin dengan perasaan Jessy sekarang. Apa
kah perasaan gadis itu masih sama terhadapnya, atau gadis itu telah
melupakannya dan memiliki penggantinya di hati gadis itu. Justin tidak kuat
memikirkan hal itu. Bahkan dengan memikirkannya saja sudah membuat dada Justin
terasa sesak. Tidak! Semua itu tidak akan
terjadi! Jessy masih memiliki perasaan yang sama. Gadis itu tidak membenci ku!
Masih ada kesempatan kedua untukku. Ya masih ada. Guma Justin dalam hati
demi meyakinkan dirinya sendiri.
Tidak ingin berlama-lama di sana dan melihat pemandangan
yang menyakitkan hati itu, Justin pun segera menghabiskan burgernya dan pergi
meninggalkan restoran cepat saji itu. Justin pergi ke arah taman yang berada
tidak jauh dari restoran itu dan melangkah ke bawah pohon yang kini hampir
kehilangan seluruh daunnya karena telah gugur. Justin mendudukkan diri di atas
tumpukkan daun berwarna kekuningan yang gugur dari pohon besar yang sekarang tengah lelaki itu
sandari. Justin memamang berniat untuk pergi ke taman ini sebelum akhirnya dia
pergi ke Mcdonald terlebih dahulu untuk mengisi perutnya yang kosong. Lelaki
itu berniat membuat musik untuk lagu yang telah berhasil dia ciptakan. Hanya
tinggal sedikit lagi memang, tapi Justin butuh tempat yang mendukung untuk
membantunya mengeluarkan ide dari otaknya itu. Justin mulai mengeluarkan buku
nya yang sudah berisi lirik sebuah lagu dengan coretan di mana-mana. Justin pun
mulai memainkan gitarnya, memetik beberapa kunci nada secara acak dan tida
jelas demi mendapatkan satu buah musik yang indah yang cocok dengan lagu yang
telah berhasil ia buat. Sudah beberapa nada yang berhasil lelaki itu dapat
untuk lagunya. Saat sedang terhanyut dalam kesibukannya itu Tiba-tiba seorang
gadis menghampiri lelaki itu. Gadis itu merasa mengenal Justin dan tertarik
untuk melihat lebih jelas apa yang tengah lelaki itu lakukan.
“Hai. Sedang mencari nada untuk lagu mu?”, tanya gadis
itu pada Justin yang segera mengalihkan kepalanya ke arah gadis yang menyapanya
itu.
“Emm.. yeah. Seperti yang bisa kau lihat.”, ucap Justin
singkat.
“Boleh aku duduk di sini? Namaku Megan. Aku—mengenal mu.
Kau pasti Justin dari jurusan kesenian di University of Paris I: Panthéon-Sorbonne? Aku juga berkuliah di sana
di jurusan yang sama dengan mu.”, ucap Gadis berdarah filipina itu panjang.
“Silahkan saja. Ini tempat umum dan kau bisa duduk
sesukamu.”, balas Justin bersikap cuek. Penggemar
ku yang lainnya. Guma lelaki itu mengomentari gadis di sebelahnya yang
mengaku bernama Megan itu. Gadis itu pun duduk di sebelah Justin yang masih
tengah asyik memainkan gitarnya demi mendapatkan sebuah nada yang selaras
dengan lagu ciptaannya.
“Kau membuat lagu tentang cinta? Emm.. apa aku boleh
melihat lagu ciptaan mu itu?”, tanya Megan dengan cerewet. Justin yang merasa terganggu
hanya bisa mendengus kesal tapi tetap menyodorkan bukunya kepada Gadis di
sebelahnya itu. Toh lelaki itu telah hafal dengan lirik lagu buatannya itu.
“Woah, lagu buatan mu ini—Bagus sekali! Maknanya dalam
sekali. Kau pasti membuatnya dengan segenap perasaan mu. Pasti kau benar-benar
mencintai gadis itu.”
Justin menghentikan permainan gitarnya yang tidak jelas
itu dan kemudian membuang nafas berat. “Ya, aku—sangat mencintainya.”, ucap
Justin pelan tapi masih dapat terdengar oleh Megan.
“Gadis yang beruntung.”
“Tidak! Aku yang merasa sangat beruntung jika bisa
mendapatkannya. Tapi—itu terasa mustahil”
“Kenapa Mustahil? Bukankah dia sahabatmu? A—aku tau dari
lagu mu ini. Dia pasti telah tau banyak tentang mu.”
“Dia memang sahabatku, tapi dulu! Dulu sekali.. Sebelum
aku melukai hatinya dengan mengingkari janjiku padanya.”, cerita Justin pada
Megan. Justin tidak mengerti kenapa dia bisa-bisanya menceritakan tentang masa
lalunya itu pada gadis di sebelahnya yang baru saja ia temui. Tapi Justin merasa
dia memang harus menceritakan semua hal yang mengganjal hatinya itu pada orang
lain. Setidaknya gadis di sebelahnya tidak mengetahui siapa gadis yang di
maksud Justin itu.
“Kenapa kamu melukai hatinya? Ah! Maaf jika aku terlampau
ingin tau. Aku tidak memaksamu untuk bercerita--”
“Tidak apa. Aku tidak keberatan bercerita kepadamu.”,
ucap justin sambil tersenyum tipis membuat Megan di sebelahnya cukup tersipu
melihat senyuman Justin itu. Tampan. Guma gadis itu.
“Aku—pernah membuat janji pada sahabatku itu sewaktu
kecil..”
“Kamu tidak akan kesepian,
masih ada aku yang akan selalu menjadi teman mu. Aku akan datang saat kamu
kesepian. Aku berjanji!”
Ingatan tentang Janji masalalunya kembali terngiang di
kepala Justin. Kenangan Masa lalu dan Janji masa kecil yang telah ia ingkari.
Semu hal itu membuat dada Justin kembali bedesis.
“Berjanji untuk selalu menjadi temannya, dan menemaninya
di saat dia kesepian..”, Justin melanjutkan ceritanyanya yang sedikit terpotong
karena ingatannya tentang memori saat ia membuat janjinya itu. “Janji itu aku
buat ketika kami berumur 5 tahun. Janji seorang bocah kecil tepatnya. Ketika
aku berumur 9 tahun—aku membuat kesalahan yang sangat fatal dengan mengingkari
janji itu.”, dada Justin terasa sesak saat ia menceritakan bagian saat pertama
kali ia mengingkari Jessy dengan meninggalkan gadis itu sendirian, membuat
Jessy di bully oleh teman-temannya yang lain. “Aku meninggalkannya karena
sebuah alasan bodoh yang membuatku menyesal hingga sekarang. Aku membiarkannya
sendirian, tidak memiliki teman. Aku menyakiti hatinya, aku membuatnya bersedih
dan menangis. Aku benar-benar mengingkari janji ku itu.”, air mata mulai keluar
membasahi mata Justin saat lelaki itu kembali mengingat hal-hal buruk dan kejam
yang telah ia lakukan pada Jessy. “Semua terus terjadi seperti itu selama 7
tahun. Kami tidak pernah lagi saling berbicara. Aku berlaku selayaknya orang
yang tidak mengenalnya di depannya. Membiarkannya sendirian dan terus di Bully
oleh orang-orang di sekitarku. Waktuitu aku belum menyadari perasaan ku padanya
sampai akhirnya—dia berpacaran dengan seorang lelaki.”
“kedatangan Orang ketiga. Itu memang selalu menjadi
penjelas semuanya.”, komentar Megan membuat Justin menghentikan ceritanya
sejenak.
“Aku merasa sangat kesal saat melihat dia bersama lelaki
itu. Tersenyum untuknya, tertawa bersamanya. Aku—Cemburu! Kecemburuanku itu
membuatku melakukan hal yang jauh lebih kejam lagi padanya. Aku cemburu dan aku
tidak mau mengakuinya sehingga aku mencari pelampiasan kepada seorang gadis populer
yang dekat dengan ku. Gadis yang cukup cantik. Tapi tidak lebih cantik dari
pada dia menurutku. Aku memacari gadis populer itu. Bermesraan dengan gadis itu
di depannya, berusaha membuatnya cemburu meski aku tidak yakin dia akan
cemburu. Aku tidak tau perasaannya padaku. Sampai pada dia pergi meninggalkan
ku. Aku tidak mengetahui hal itu sampai aku tau dari ibuku. Dia telah pergi
meninggalkan ku. Membuatku sangat terpukul. Aku pergi menuju rumahnya yang
kosong dan aku menemukan Diarynya di sana. Aku memba diary itu. aku merasa
sangat bodoh setela membacanya. Aku merasakan penyesalan yang sangat mendalam
begitu aku tau kalau ternayat dia juga—Mencintaiku.”, Air mata yang tadinya
telah terhenti kembali mengalir dari mata Justin. Justin meremas dadanya begitu
merasakan sakit saat kembali mengingat isi dari Diary Jessy. Diary yang berisis
seluruh perasaan Jessy padanya.
“Itu alasanku kenapa aku berada di sini sekarang, di
paris, aku berencana untuk mengejarnya dan menemuinya kembali. Tapii—aku telah
terlambat. Aku telah terlambat bukan?
Aku terlambat untuk mendapatkannya. Aku terlambat untuk menyatakan perasaan ku
padanya karena mungkin sekarang dia telah membenciku.”
“Tidak ada yang terlambat Justin. Aku yakin masih ada
kesempatan untukmu. Aku memang tidak tau seperti apa gadis itu dan bagaimana
sifatnya, tapi entah kenapa aku merasa yakin kalau dia pasti akan memaafkan mu.
Dia pasti memiliki perasaan padamu. Kau punya masalalu yang indah dengannya
dulu, dan gunakan itu sebagai penyemangatmu. Dia pasti menunggu kedatanganmu,
dia pasti menunggumu untuk mengejarnya. Dan kau sudah melakukannya sekarang.
Maka nampakkan dirimu di hadapannya dan tunjukkan kalau kamu menyesal dengan
semua yang telah kamu lakukan padanya. Dia pasti mengerti. Dia masti memaafkan
mu.”, Megan memberikan kata-kata semangat untuk Justin. Gadis itu bisa melihat
bagaimana dalammnya penyesalan dan rasa cinta lelaki itu pada gadis yang tidak
ia ketahui itu. Megan bisa merasakan rasa sakit Justin saat lelaki itu
bercerita padanya. Megan cukup merasa takjub dengan kesabaran gadis yang Justin
cintai setelah mendengar cerita lelaki di sebelahnya itu. Gadis itu memendam
kesedihan dan kesendiriannya selama 7 tahun dan tetap mencintai Justin. Kalau
Megan jadi gadis itu, mungkin dia telah pergi meninggalkan Justin di tahun
pertama laki-laki itu meninggalkannya. Entah kenapa Megan bisa merasakan kalau
gadis yang Justin cintai itu masih mencintai Justin. Ia tidak tau siapa gadis
itu, dan tidak mengenalnya, tetapi dari beberapa hal yang telah megan dengar
dari cerita Justin tadi, dia yakin kalau gadis itu pasti tidak akan mudah
melupakan dan membenci justin begitu saja.
Justin membuang nafas berat dan kemudian tersenyum ke
arah gadis di sebelahnya. Gadis yang bahkan tidak ia kenal dengan jelas tapi berhasil
membuat hatinya lebih lega sekarang. Justin telah menceritakan semua yang
mengganjal hatinya pada gadis itu dan sekarang Justin merasa yakin untuk
menemui Jessy. Justin yakin kalau dia masih punya kesempatan kedua. Justin
yakin kalau Jessy masih memiliki perasaan padanya jauh di dalam lubuk hati
gadis itu. Justin yakin dan dia harus membuktikannta. Justin akan menemui gadis
itu. Secepatnya. Di waktu yang tepat tentunya.
“Terimakasih karena mau mendengarkan ceritaku yang
membosankan itu. Aku harap kau tidak mengganggap ku lelaki yang berengsek
setelah mendengar semua itu. Ah, tapi aku memang pantas mendapatkan julukan
berengsek setelah apa yang ku lakukan padanya.”
“Sama-sama. Tidak, ceritamu tidak membosankan. justru
ceritamu malah membuatku sekaan berada di sana saat itu. Terasanyata.
Ngomong-ngomong soal berengsek. Aku dan teman-temanku telah memberikan julukan
itu pada seorang laki-laki yang telah melukai salah seorang sahabatku. Jdai
tenang saja, kamu tidak akan mendapatkan
Julukan itu. Lagi pula kamu tidak cukup brengsek karena kamu telah menyesal
dengan tindakan mu itu.”
“Ok, sekali lagi terimakasih. Kau membuatku merasa lega
sekarang. Dan—aku akan menemuinya. Aku akan mencari waktu yang tepat untuk
menemuinya.”
“Semoga beruntung.”, Ucap Megan yang kemudian di sela
dengan bunyi dari ponsel gadis tersebut. Megan mengangkat panggilan dari
telfonnya setelah meminta izin pada Justin. Dans setelah gadis itu mengakhiri
panggilannya ia langsung pamit pergi kepada Justin karena dia mempunyai urusan
lain. Justin hanya menggangguk dan kembali berterimakasih pada Megan dan
kemudian Gadis itu pergi dari sana dan kembali membuat Justin sendirian. Justin
kembali meneruskan aktifitas awalnya yang sempat tertunda karena bercerita pada
Megan tadi. Lelaki itu kembali memetikkan senar gitarnya mencari sebuah nada
yang tepat untuk lagunya hingga malam menjelang.
***
Musim gugur telah berganti menjadi musim dingin. Natal
semakin dekat dan tandanya liburan musim dingin segera menanti. Para siswa di
Universitas of Paris I: Panthéon-Sorbonne tengah sibuk mempersiapkan acara prom yang akan di adakan sebelum Natal.
Sebenarnya Jessy, Tristan, dan Megan tidak memiliki urusan dengan acara
tersebut, berbeda dengan Jade yang yang sangat sibuk karena dia di tunjuk
menjadi panitia dalam acara tersebut. Itu sebabnya kenapa Jessy, Tristan dan
Megan berada di Ball kampus mereka sekarang. Mereka memang tidak melakukan
apa-apa selain duduk diam memperhatikan Jade yang sibuk kesana-kemari untuk
mengurusi acara tersebut. Acara Prom tersebut berlagsung 2 hari lagi dan itu
sebabnya kenapa Para Siswa masih banyak berada di kampus meski malam menjelang.
Beberapa siswa yang tidak menjadi panitia pun masih berada di kampus entah
untuk sekedar menonton persiapan Prom atau melakukan hal lainnya. Kampus masih
tampak ramai sperti siang hari, dan itu membuat Jessy sedikit lega karena dia
tidak hanya harus duduk memperhatikan satu sahabatnya yang sedang bekerja tanpa
bisa berkeliaran ketempat lain karena sepinya kampus. Gadis itu sebenarnya agak
merasa bingung dengan para siswa yang masih berada di kampus hingga malam meski
tidak ada urusan di sini, kalau dia menjadi mereka tentunya gadis itu akan
segera pulang ke rumah untuk beristirahat dari pada harus duduk tak jelas
menunggu Jade seperti sekarang. Ah, tapi kebetulan gadis itu tidak hanya duduk
diam karena Jessy tengah melanjutkan membuat lagunya yang sempat tertunda
karena ketiadaan ide. Jessy sibuk dengan pena dan kertasnya sambil sesekali
memperhatikan sekitarnya untuk mencari beberapa ide tambahan untuk melengkapi
lirik yang kurang dalam lagunya. Gadis itu tampaknya belum menemukan awalan
untuk lagunya yang dia beri judul ‘Make You Believe’ itu. Suara melengking dari
mic yang di nyalakan terdengar nyaring membuat kupi orang-orang yang ada di
ball room itu kesakit. Suara keributabisan yang lainnya juga dapat terdengar di
ball room itu mengingat kesibukan para panitia promnite yang sedang mengejar
waktu untuk membuat acara yang bagus. Jessy dapat melihat beberapa siswa yang
menjadi panitia yang tengah kelelahan, kesal, dan beberapa yang lainnya telah
bosan sendiri. Tiba-tiba ada ide gila yang terfikir dalam otak gadis itu. Tanpa
menjelaskan apa-apa gadis itu segera menarik lengan kedua sahabat yang ada di
sebelahnya untuk mengikutinya ke arah belakang panggung yang ada di Ball room
itu. Begitu sampai di sana gadis itu hanya tersenyum membuat kedua orang yang
di tariknya itu kebingungan.
“Apa?”, tanya kedua orang itu bersamaan.
“Aku punya ide yang cukup gila dan aku mau kalian untuk
membantuku.”, ucap gadis itu yang justru membuat kedua orang itu semakin
bingung.
“Ide gila apa?”, tanya Megan mengerutkan dahinya.
“Aku sudah berhasil membuat laguku dan aku akan
menyanyikannya disini secara perdana. Aku mau mu, Tristan untuk memainkan
musiknya. Aku akan mendengarkan padamu musiknya sekali. Sedangkan kamu Megan,
aku—mau kamu menarik mic yang ada di panggung tadi ke dalam sini, dan menarik
tali untuk membuka tirai ini saat aku akan mulai menyanyi.”
“Apa kamu yakin akan melakukan hal ini di tengah kesibukan
mereka? Mereka akan marah jika kau mengganggu mereka.”, ucap Jade ragu dengan
hal gila yang akan di lakukan Sahabatnya itu.
“Tenang saja. Serahkan saja semuanya padaku.”, jawab
Jessy sambil mengedipkan sebelah matanya. Mereka pun segera melakukan hal yang
telah Gadis itu perintah tadi dan tanpa berlama-lama semua telah berada di
posisi yang pas.
Jessy sedikit mengintip ke balik tirai yang menutupi
belakang panggung sebelum memulai aksinya. Gadis itu berniat memberikan sebuah
pertunjukkan penyemangat untuk orang-orang di luar sana. Dan dia jugab berniat
memperdengarkan lagu barunya kepada orang-orang di luar sana.
“Cukup ramai. Ok, ini akan menjadi pertunjukan yang
hebat!”, guma gadis itu kemudian kembali ke posisi awalnya, berdiri di
tengah-tengah panggung di balik tirai tersebut. Kemudian Gadis itu memberi
aba-aba pada Tristan untuk menyalakan mic yang tengah gadis itu pegang
sekarang. Suara melengking kembali terdengar membuat orang-orang di luar sana
menutup kupingnnya dan beberapa yang lainnya mencari asal suara itu. Kemudian
Musik pun di mainkan oleh Tristan membuat orang-orang yang sedang bekerja di
ball room itu terhenti dan menatap ke arah panggu, asal dari musik tersebut.
Jessy pun mulai menyanyi begitu sampai di musik yang tepat.
“Plug in the mic, open the curtain”
Tirai Terbuka
menampakkan gadis itu yang tengah bernyanyi di balik tirai tersebut. Semua mata
langsung menata ke arah gadis yang tengah bernyanyi itu dan beberapa yang
lainnya mulai mendekat ke arah panggung untuk melihat lebih dekat. Jessy
bernyanyi sambil berjoget-joget menyesuai kan dengan lirik lagunya tersebut.
“Turn on the lights, I'm through rehearsing
The feeling ignites, I'm in control
The crowds in the palm of my hands
All my fans stand, what is the truth?
What's an illusion?
You're searching for proof
But are you certain?
Whatever you see is what you get
If words paint a picture then
I betcha I can getcha yet”
The feeling ignites, I'm in control
The crowds in the palm of my hands
All my fans stand, what is the truth?
What's an illusion?
You're searching for proof
But are you certain?
Whatever you see is what you get
If words paint a picture then
I betcha I can getcha yet”
Gadis di
panggung itu terus bernyanyi tanpa memperdulikan bagaimana pendapat orang-orang
yang melihatnya sekarang, tapi gadis itu cukup senang karena banyak siswa yang
juga senang dengan keberadaannya menyanyi di panggung sekarang, bahkan beberapa
dari mereka terlihat ikut berjoget mengikuti irama musik beat yang mengiringi
nyanyian gadis tersebut.
“I'll make you believe in me
I can be what you want me to be
Tonight is the night
Where I make you see
I can be what you want me to be
Tonight is the night
Where I make you see
That I can be anything
Anything, anything
I'll make you believe in me
I can be what you want me to be
Anything, anything
I'll make you believe in me
I can be what you want me to be
Tonight is the night
Where I make you see
That I can be anything
Anything, anything”
Where I make you see
That I can be anything
Anything, anything”
Suara teriakan menyerukan nama
Jessy mulai terdengar membuat orang-orang di luar Ball room yang mendengarnya
pun ikut bergabung mendekat ke arah panggung. Seketika ruangan Ball Room itu menjadi
ramai di penuhi para siswa yang menonton pertunjukan Jessy tersebut.
Justin berada di antara kerumunan orang itu
sekarang, lelaki itu baru saja akan pulang ketika mendengar suara nyanyian dari
arah Ball room. Tentu saja lelaki itu mengetahui siapa pemilik suara itu
sehingga dia langsung melangkahkan kakinya ke arah ruangan ini. Tetapi
nampaknya tidak hanya dia saja yang terhipnotis oleh suara gadis itu karena
ternyata banyak siswa dari luar ruangan yang langsung berlari menuju ball room
ini untuk melihat gadis itu bernyanyi.
Justin tengah
terpukau dengan gadis yang tengah menyanyi di atas panggung itu. Gadis itu
menyanyi sambil berjoget menggerakkan seluruh badannya mengikuti irama musik
beat lagu tersebut. Baru kali ini Justin melihat Jessy seperti itu. Gadis itu
terkesan polos dan pendiam selama ini, tapi ternyata tinggal di paris berhasil
merubah sifat gadis tersebut. Dan lagu yang di nyanyikan oleh gadis itu sangta
berbeda jauh dengan lagu sebelumnya yang terkesan lebih lembut. Lagu yang di
nyanyikannya sekarang terdengar seperti lagu-lagu di sebuah club yang dapat
membuat pendengarnya berjoget mengikuti irama musik. Jessy benar-benar gadis
yang luar biasa. Guma Justin.
“I've got nothing to lose, I've been exposed
I'm paying my dues, playing the role
I'm breaking the rules, flowing the flow
I've got the whole world nodding "yes"
Like some bobble heads
I'll break a sweat, if you wanna
Confess all your sins, you know you got 'em
The rooms in a spin, the fever's pitched
I swear there's no doubt I'm legit
I'm no counterfeit”
I'm paying my dues, playing the role
I'm breaking the rules, flowing the flow
I've got the whole world nodding "yes"
Like some bobble heads
I'll break a sweat, if you wanna
Confess all your sins, you know you got 'em
The rooms in a spin, the fever's pitched
I swear there's no doubt I'm legit
I'm no counterfeit”
Jessy tampak menikmati
menyanyikan lagu buatannya tersebut sambil berjoget-joget. Gadis itu
menyanyikan bait lagu yang sekarang ia nyanyikan sambil mengingat beberapa
kejadian yang menginspirasikannya pada lagu ini. Gadis itu mengingat ketika ia
bermain sebuar peran dalam sebuah opera di kota. Gadis itu mengingat ketika ia
melanggar peraturan, menerobos masuk secara diam-diam kesebuah studio tempat
syuting sebuah filem sedang berlangsung. Gadis itu mengerlingkan matanya ketika
menyanyikan baik ‘I've got the whole world nodding
"yes"’ di lagunya itu, membuat
beberapa orang berteriak histeris melihat kelakuan genit gadis itu. Justin yang
melihat tingkah gadis itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis itu
nampaknya telah berubah sekarang.
“I'll
make you believe in me
I can be what you want me to be
Tonight is the night
Where I make you see
That I can be anything
Anything, anything
I'll make you believe in me
I can be what you want me to be
Tonight is the night
Where I make you see
That I can be anything
Anything, anything
You want from me”
I can be what you want me to be
Tonight is the night
Where I make you see
That I can be anything
Anything, anything
I'll make you believe in me
I can be what you want me to be
Tonight is the night
Where I make you see
That I can be anything
Anything, anything
You want from me”
Justin Mulai
memperhatikan gadis itu yang sekarang tengah menyanyikan bagian reff dalam lagu
yang gadis itu nyanyikan. Sejak tadi sebenarnya Justin tidak hanya
memperhatikan gadis itu menyanyi saja tapi lelaki itu juga memperhatikan dengan
jelas lirik dari lagu yang teng gadis itu nyanyikan. Gadis di atas panggung itu
menyanyikan lagunya dengan sangat semangat sekaan sedang mengeluarkan seluru
isi hatinya. Lagu yang gadis itu nyanyikan sekaan sebuah kata-kata yang sedang
ia ungkapkan pada seseorang, dan entah kenapa Justin merasa sangat yakin kalau
lagu itu tertuju untuknya. Gadis di atas panggung itu ingin menunjukkan kalau
dia telah berubah, kalau gadis itu bisa menjadi seseorang yang berbeda dengan
yang dulu, kalau dia bisa menjadi seperti yang Justin inginkan. Justin hanya
tersenyum sambil tetap mendengarkan gadis di atas panggung itu menyanyi. Jessy
tidak harus menunjukkan apa-apa. Dia tidak harus menjadi seperti apa yang
justin inginkan karena memang nyatanya dia telah menjadi apa yang justin sangat
inginkan. Pikir lelaki itu.
“ I'm not shy, boy
I can be what you want
Your bright shiny toy
You just have to respond
The clock never stops
But baby, it's time
There's no doubt in my mind
That I can make you believe
I can be what you want me to be
Tonight is the night
Where I make you see
That I can be anything
Anything, anything
I'll make you believe in me
I can be what you want me to be
Tonight is the night
Where I make you see
That I can be anything
Anything, anything
I'll make you believe in me
I can be what you want me to be
Tonight is the night
Where I make you see
That I can be anything
Anything, anything
I'll make you believe in me
I can be what you want me to be
Tonight is the night
Where I make you see
That I can be anything
Anything, anything
You want from me”
Jessy pun
berhasil menyelesaikan lagunya. Gadis itu terdiam dia atas panggung dengan
nafas yang terengah-enggah setelah benyanyi dan berjoget dengan sangan
bersemangat. Suara teriakan menyerukan nama gadis itu masih terdengar, menggema
di dalam ball room tersebut. Jessy hanya bisa tersenyum menatap kearah para
siswa yang berdiri di bawah panggung yang menonton pertunjukkannya. Terlihat
jelas kalau mereka menyukai penampilan Jessy tadi.
“Terimakasih
karena mau menonton ku menyanyi di sini. Tadi itu adalah lagu baru ku yang
khusus ku perdengarkan untuk kalian, untuk menghibur para panitia yang telah
lelah mempersiapkan acar Prom. Aku harap pertunjukkan ku ini tidak mengganggu
kalian yang sedang bekerja.”, ucap gadis itu masih dengan nafas yang
terengah-engah. Nampakknya dia terlalu bersemangat tadi.
Tiba-tian Jade
muncul dali balik panggung menghampiri Jessy yang masih berdiri di tengah
panggung tersebut.
“Tidak, kau
tidak mengganggu kami. Ketua panitia Justru berterimakasih padamu karena telah
membangkitkan semangat mereka kembali yang sebelumnya telah hilang karena
kelelahan. Mereka merasa terhibur karena pertunjukkan mu tadi. Terimakasih
Jessica.”, ucap Jade mewakili panitia yang lainnya untuk berterimakasih pada
Jessica. Jade pun memeluk gadis itu dengan hangat. Jade sangat beryerimakasih
pada Jessica carena sebelumnya dia melihat kalau para panitia sudah sangat
lelalah dan ingin pulang, tapi nampaknya semua keinginan itu telah hilang
berkat penampilan gadis itu yang memberikan mereka semua semangat.
“Dan, kami
akan segera melanjutkan persiapan. Jadi aku mohon untuk kalian yang tidak ada
kepentingan lagi disini bisa pulang.”, perintah jade kepada semua siswa yang
masih berkumpul di bawah panggung. Dalam sekejab kerumunan para siswa itu pergi
meninggalkan ball room tersebut dan para panitia Prom kembali meneruskan
pekerjaan mereka yang sempat tertunda karena penampilan Jessy tadi. Tristan dan
Megan yang tadinya berada di be;akang panggung pun bergabung bersama Jade dan
Jessy yang masih berada di atas panggung.
“Tadi itu
penampilan yang—Luar Biasa!”, pekik Megan.
“Kau
benar-benar gila Jessica. Aku tidak menyangka kalau kau akan melakukan semua
ini. Tapi tadi itu hebat!”, komentar Jade sedangkan Jessy hanya terkekeh.
“Aku sudah
sangat yakin kalau lagumu yang kali ini akan sangat hebat, dan kau
membuktikannya tadi. Kau berhasil membuat semua orang ikut berjoget dengan lagu
mu tadi. Aku benar-benar menyukai musik dari lagu mu yang kali ini.”, sambung
Tristan.
Mendengar
komentar-komentar dari para sahabatnya itu Jessica hanya bisa tertawa dan
tersenyum. Jauh di dalam hatinya gadis itu merasa bangga karena bisa
menciptakan sebuah lagu yang sangat berbeda dari dirinya. Lagu yang disukai
banyak orang, lagu yang dapat memberikan semangat pada orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar