Selasa, 18 Februari 2014

Dear Diary Part 10




            Dedaunan berwarna kuning yang berjatuhan dari pohon tertiup oleh angin masuk kedalam kamar melalui sebuah Jendela kamar yang sedikit terbuka. Sekarang adalah hari minggu terakhir di bulan November dan dalam beberapa hari lagi bulan akan berganti. Jessy tengah duduk di kamarnya sambil memainkan gitarnya, membuat nada-nada baru untuk lagu-lagunya yang sedang ia buat. Gadis itu memang sedang dalam mood yang tepat untuk membuat sebuah lagu. Entah kenapa belakangan ini gadis itu bisa dengan mudah membuat beberapa lagu hanya dengan mengingat seorang justin Bieber, lelaki yang pernah mematahkan hatinya itu. Rasa sesak di dadanya telah bekurang sekarang, gadis itu tidak lagi sesedih dulu saat mengingat nama itu. Mungkin itu semua di karenakan dia telah berhasil mencurahkan perasaannya ke bentuk sebuah lagu, dan saat rasa sedih itu kembali datang gadis itu akan menyanyikan lagu itu sebagai pelampiasannya. Belum. Gadis itu belum bisa menghilangkan semua rasa dan kenangannya terhadap lelaki itu. Bahkan gadis itu belum bisa mendapatkan seseorang yang mampu menggeser laki-laki itu dari hatinya. Gadis itu masih saja mencintai lelaki itu. Cinta yang teramat dalam.

            Goresan demi goresan lirik lagu telah gadis itu tulis dalam sebuah kertas yang kini telah penuh dengan tulisan dan coretan. Jessy cukup bersemangat kali ini untuk membuat sebuah lagu yang lebih semangat dari lagunya yang sebelumnya telah dia nyanyikan di kelas musik satu bulan yang lalu. Sambil menulis lagunya, gadis itu juga berusaha mencari nada yang tepat untuk lagunya itu. Jessy menepuk-nepukan jarinya ke meja belajarnya membentuk sebuah nada.

            “I'll make you believe in me. I can be what you want me to be. Tonight is the night. There i make you see. That i can be anything, anything ~ Hemm.. Nada beat sepertinya bagus. Argh! Tapi aku tidak dapat ide untuk lanjutannya!!”, Gadis itu bernyanyi dan berguma sendiri. Jessy berniat membuat lagu yang jauh berbeda dari lagu sebelumnya. Dia ingin membuang jauh karakter lembutnya yang tergambar jelas dari lagu pertamanya. Lagu keduanya ini harus menjadi lagu yang hebat. Pikir gadis itu.
            Setelah lama bergelut dalam fikirannya sendiri demi menemukan lanjutan lagunya yang masih belum dapat ia lanjutkan akhirnya gadis itu menyerah. Jessy melempar penanya yang ia gunakan untuk menulis ke mejanya. Jessy kesal karena belum berhasil membuat lagu barunya, tetapi gadis itu yakin kalau lagu itu akan menjadi sebuah lagu yang hebat oleh sebab itu gadis itu tidak meremas kertas itu dan membuangnya ke tong sampah seperti yang biasa ia lakukan saat tidak mendapatkan lanjutan lagunya. Gadis itu pun memutuskan untuk melanjutkan membuat lau itu kapan-kapan saat ia telah mendapatkan ide.

            Jessy meraih iphonenya yang berada di atas kasur dan mulai mencari nomor seseorang untuk dia hubungi. Setelah berhasil mendapatkannya, gadis itu pun menakan tombol call. Hanya perlu menunggu beberapa lama sampai akhirnya sang pemilik nomor mengangkat panggilan dari gadis tersebut.

            “Hallo”, ucap seseorang di sebrang sana.
            “Hei Tristan. apa kau tidak sibuk sekarang? Aku bosan di rumah. Kau bisa kan menemaniku jalan-jalan di luar. Terserah kau saja mau ke mana, asal aku bisa keluar dari rumah ini sekarang.”, ucap Jessy panjang membuat Tristan yang mendengarnya hanya bisa menggeleng di sebrang sana.
            “kau pasti gagal menciptakan lagu baru mu? Ah! Aku sudah tau sifat mu itu. Baiklah, kebetulan aku sedang senggang. Aku akan bersiap, aku akan segera ke rumah mu.”, ucap Tristan dan setelah jessy menyetujuinya lelaki itu pun memutus panggilan tersebut. Jessy pun segera bersiap-siap. Gadis itu memang tidak tau akan pergi kemana nantinya, tetapi dia merasa harus mencari udara di luar sekarang.

            Setelah cukup lama menunggu akhirnya Tristan datang menjemput Jessy. Jessy segera naik ke mobil dan Tristan langsung menancapkan mobilnya menuju tempat yang Jessy tidak ketaui akan ke mana. Lelaki itu sudah sering menghadapi situasi seperti ini, gadis yang berada di sebelahnya sekarang memang selalu seperti ini jika tidak mendapatkan ide untuk lagu barunya, oleh karena itu lelaki itu telah memiliki beberapa tempat yang bisa di datangi bersama gadis itu. Tristan adalah satu-satunya lelaki yang paling dekat dengan Jessy di paris. Jessy memang memiliki banyak teman lelaki dang penggemar lelaki, tetapi hanya Tristan lah yang paling bisa untuk di jadikan seorang sahabat dekat. Lelaki itu cukup pendiam di awal pertemuan, tetapi setelah saling mengenal lebih jauh ternyata mereka memiliki banyak kecocokan. Kecocokan sebagai teman tentunya. Jessy tidak mencintai Tristan lebih dari seorang sahabat, bahkan Jessy belum mampu menhilangkan perasaannya pada Justin sampai detik ini. Jessy sering pergi berdua bersama Tristan. Biasanya hal itu di lakukan saat Jessy butuh teman untuk membantunya mencari ide atau menenangkan fikiran karena Tristanlah yang paling normal di antara kedua sahabat wanitanya yang lain. Bukan berarti Jade dan megan tidak normal, hanya sanya kedua gadis itu agak cerewet dan berlebihan. Jika Jessy pergi dengan mereka berdua dalam keadaan mood yang tidak baik mungkin itu hanya akan membuat moodnya semakin buruk saja. Oleh karena itu Jessy jau lebih memilih pergi berdua saja dengan Tristan.

            “Jadi kau mau membuat lagu seperti apa kali ini?”, tanya Tristan membuka pembicaraan.
            “Hemm.. aku berniat membuat lagu yang sedikit berbeda dari lagu ku yang sebelumnya. Aku ingin membuat lagu yang lebih bersemangat. Lagu yang bisa membuat pendengarnya menggerakkan badannya saat mendengar lagu tersebut, seperti mereka sedang berada di Clab. Kau tau kan yang ku maksud?”
            “Ya, aku mengerti. Begini-begini aku jago men DJ. Aku pernah menjadi DJ di salah satu club tidak lama. Mungkin aku bisa membantumu mencari musiknya?”
            “Benarkah? Wah itu kabar baik. Itu akan sangat membantuku.”
            “Yeah. Jadi sudah seberapa banyak lirik yang kau dapat?”
            “Tidak banyak. Mungkin hanya bagian reff yang sudah dapat aku fikirkan musiknya. Sisanya masih buram. Ah! Dan aku belum berhasil mendapatkan awalan dan judul untuk laguku.”
            “Kamu harus lebih banyak melakukan sesuatu yang baru untuk bisa mendapatkan ide. Tenang saja, aku yakin kamu akan segera mendapatkan lanjutan dari lagu mu itu. Lebih baik hari ini kita bersenang-senang”, aku mengangguk dan tersenyum lebar mendengar ucapan Tristan itu. OK, saatnya bersenang-senang! Guma ku.


            Hari itu benar-benar mereka habiskan dengan bersenang-senang. Jessy banyak melakukan hal-hal baru dah menyenangkan hari itu bersama Tristan. Gadis itu masuk ke dalam Club untuk yang pertama kalinya dan berjoget mengikuti irama musik beat yang menggema di ruangan club itu. Gadis itu juga menonton opera bersama tristan, bahkan gadis itu sempat di minta untuk berperan di opera tersebut. Lalu gadis itu juga menyanyi di tengah jalan untuk membantu pengamen tua yang tidak mendapatkan banyak penghasilan. Mereka juga hampir di tangkap oleh security karena menerobos masuk secara diam-diam ke studio yang sedang di pakai syuting sebuah filem. Banyak hal menyenangkan dan gila yang mereka lakukan hari ini. Jessy bahkan belum pernah melanggar peraturan sebelumnya, dia gadis yang baik-baik, gadis yang patu. Tapi pada hari ini dia banyak melakukan hal-hal yang melanggar peraturan, hal gila yang bisa membuatnya tertawa senang. Pergi bersama Tristan hari ini benar-benar pilihan yang tepat untuknya. Sahabat lelakinya yang satu itu memang paling bisal mengembalikan moodnya yang buruk menjadi kembali normal.
            Setelah lelah melalui hari yang gila dan menyenangkan, mereka pun memutuskan untuk beristirahat sekaligus mengisi perut mereka di sebuah restoran cepat saji yang berada di pusat kota paris. Mereka memakan makanan mereka sambil bercanda tawa membicarakan hal-hal gila yang telah mereka lakukan hari ini.

            “Kau lihat bagaimana security tadi terjatuh saat akan menangkap kita? Hahaha.. harusnya kamu lihat bagaimana cara dia terjatuh tadi, sangat lucu.”, Jessy tertawa begitu mengingat kejadian saat mereka di kejar-kejar oleh seorang security karena ketahuan menerobos ke sebuah studio tempat berlangsungnya sebuah syuting filem.
            “Bagai mana aku bisa melihat hal itu di saat aku sedang sibuk mencari jalan agar kita tidak tertangkap. Ah tapi aku yakin itu sangat lucu. Hahaha... aku bisa mendengar bunyi jatuhnya yang sangat kencang itu. Itu pasti sangat menyakitkan. hahaha”, Tristan ikut tertawa mengingat kejadian itu.
            “Oh aku yakin sekali itu sangat sakit. Bahkan aku ikut meringis saat melihatnya terjatuh. Ah tapi aku bersyukur dia terjatuh, kita jadi tidak tertangkap karena hal itu.”
            “iya aku setuju dengan hal itu. Dia mengganggu saja! Padahal aku sedang asyik memperhatikan Artis wanita yang sexy di sana sedang berakting. Ah, dia sexy sekali.”
            “Dasar pikiran laki-laki”, ucap Jessy mendengus kesal lalu menempeleng kepala Tristan.
            “Haha... aku hanya bercanda. Tapi aku masih waras karena menyukain wanita bertubuh sexy seperti wanita tadi dari pada...”, Tristan melirik kearah Jessy dengan tatapan menyindir membuat Jessy yang menyadarinya hanya bisa memelototi lelaki tersebut.
            “Enak saja, begini-begini aku mempunyai banyak penggemar di Kampus dan sekolah kita dulu.”, balas Jessy sangat percaya diri. Tapi itu memang kenyataan.
            “Aku rasa mereka semua itu memiliki selera yang buruk. Bisa-bisanya mereka menyukai gadis seperti dirimu. Belum saja mereka melihat mu saat berjoget di club tadi, mereka pasti akan langsung berubah pikiran”, ledek Tristan lagi membuat Jessy memanyunkan bibirnya.
            “Lihat, lihat! Apa lagi jika mereka melihat muka mu saat ini, pasti mereka akan benar-benar merubah pikiran mereka. hahaha..”, lanjut Trsitan membuat Jessy semakin kesal. Gadis itu melipat tangannya di dada masih dengan mulutnya yang ia manyunkan membuat Tristan yang melihatnya tertawa terbahak-bahak.
            “Ahahaha... ok, ok. Aku hanya bercanda. Hentikan tampang aneh mu itu. Kau membuat ku tidak bisa berhenti untuk tertawa.”, jessy hanya memutar matanya mendengar omongan Tristan.
            “Ok jangan mengambek lagi. Kau tau kan kalau aku hanya bercanda.”
            “Terdengan seperti sungguhan”, ucap Jessy dengan nada kesalnya.
            “Oh ayolah. Itu tidak benar. Kau taukan kalau mereka tidak mungkin merubah pikiran mereka saat melihat mu memasang muka seperti tadi atau saat kamu berjoget tadi. Mereka justru akan semakin menyukai mu. Mereka itu itu seperti sudah terlamapu tergila-gila padamu. Dan oh ya, bahkan kamu punya fans club mu sendiri saat di sekolah dulu. Hebat bukan.”, Jessy kembali memutar matanya mendengar omongan Tristan yang terdengar sangat berlebihan. Tapi memang benar soal jessy memiliki fans club saat di sekolah dulu, dan bahkan sebentar lagi hal itu akan terjadi juga di kampusnya sekarang.
            “Kau berlebihan!”
            “Hei, itu kenyataan.  Mereka terlihat sangat menggilai mu. Ah bahkan aku ingat dengan seoarang lelaki yang selalu mengikutimu kemana pun kamu pergi.”
            “Itu menyeramkan, kau tau. Lelaki itu seperti stalker. Untung dia tidak mengikutiku sampai kedalam kamar mandi, kalau iya mungkin aku akan berteriak histeris membuat satu kampus ribut.”
            “Hahaha... dan mungkin setelah itu lelaki itu akan habis di tangan penggemarmu yang lainnya. Haha..”
            “kau tau? Semua hal itu masih terasa aneh buat ku. Aku belum pernah merasakan hal seperti itu di Kanada. Bahkan aku hanya memiliki satu orang yang mau bersama ku dan berbicara derbicara dengan ku di sekolah. Itu sangat aneh saat kamu harus merasakan hal yang sangat bertolak belakang dengan kehidupanmu sebelumnya.”, Jessy membuang nafas berat saat kembali mengingat kenangannya di kanada.
            “Kau tau? Hidup itu seperti roda, terus berputar. Terkadang kamu akan merasakan di bawah dan kamu juga akan merasakan di atas di lain harinya. Kita hanya perlu mengambil pelajaran saat sedang berada di bawah dan menjadi orang yang rendah hati saat berada di atas. Semua ada hikmahnya yang bisa kamu ambil.”, ucap Tristan yang kemudian berdiri dan mengelus kepala Jessy.
            “Aku mau membeli minuman lagi terlebih dahulu”, lanjut Tristan yang di balas anggukan oleh Jessy. Tristan pergi dari meja mereka meninggalkan Gadis itu yang sekarang tersenyum mengingat kata-kata bijak yang baru saja di ucapkan Tristan tadi.

            “Hidup itu seperti roda, terus berputar. Terkadang kamu akan merasakan di bawah dan kamu juga akan merasakan di atas di lain harinya. Kita hanya perlu mengambil pelajaran saat sedang berada di bawah dan menjadi orang yang rendah hati saat berada di atas”

            Ya, benar apa yang di katakan Tristan itu. Hidup seperti roda yg berputar. Kita tidak akan tau kapan kita akan berada di atas dan kapan kita akan berada di bawah. Kita hanya perlu mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi dan bersiap untuk apa yang akan terjadi nantinya. Hidup itu penuh dengan misteri. Hanya tuhan yang tau bagai mana jalan hidup kita selanjutnya.

***

            Justin tengah makan sendirian di Mcdonald ketika dia melihat seorang yang dia kenal. Jessy tengah duduk di meja di restoran yg sama dengannya. Gadis itu tidak sendirian, gadis duduk satu meja dengan seorang lelaki yang sama ketika Justin melihat Jessy di kelas musik satu bulan yang lalu. Justin tidak tau jelas siapa lelaki yang bersama Jessy itu dan apa hubungan mereka, tapi yang justin bisa lihat sekarang ada lah mereka terlihat sangat akrab dengan bercanda dan tertawa bersama. Rasa cemburu lagi-lagi muncul dalam diri Justin. Justin memang selalu merasa cemburu jika melihat Jessy dengan lelaki lain, itu wajar karena Justin mencintai gadis itu, tapi tidak juga cukup wajar karena Jessy bukan miliknya. Justin terus memperhatikan kedua orang itu yang terlihat asyik dengang percakapannya. Justin bisa melihat berbagai eksperi yang Jessy tampilkan pada lelaki di depan gadis itu, Ekspresi yang bahkan belum pernah Justin lihat dari wajah gadis itu. Gadis itu lebih memiliki banyak ekspresi sekarang, ketimbang dulu yang selalu terlihat sedih dan kesepian. Gadis itu ternyata benar-benar merasa bahagia sekarang. Justin cukup terpukul saat berfikir kalau gadis itu bahagia karena tidak ada lagi dirinya lagi di sekitar gadis itu. Hai ingin itu cukup membuat Justin hampir mengurungkan niatnya untuk kembali menampakkan dirinya pada gadis itu, tapi Justin tetap ingin mencoba. Lelaki itu tetap berharap akan ada kesempatan kedua untuknya.

            Justin melihat Lelaki yang bersama Jessy pergi menuju kasir untuk membeli sebuah minuman setelah mengelus pucuk kepala Jessy. Jessy sendirian sekarang, di meja itu dengan bibirnya yang tersenyum. Justin mulai menebak-nebak hubungan yang terjadi di antara mereka berdua. Curiga. Justin curiga kalau lelaki itu adalah kekasih Jessy yang baru setelah Steven. Saat Jessy berpacaran dengan Steven sudah cukup membuat hati Justin sakit dan merasa sangat cemburu dan sekarang Justin belum siap melihat Jessy bersama lelaki lain, terlebih lagi setelah mengetahui kalau ternyata gadis itu juga mencintainya dulu. Dulu. Justin tidak yakin dengan perasaan Jessy sekarang. Apa kah perasaan gadis itu masih sama terhadapnya, atau gadis itu telah melupakannya dan memiliki penggantinya di hati gadis itu. Justin tidak kuat memikirkan hal itu. Bahkan dengan memikirkannya saja sudah membuat dada Justin terasa sesak. Tidak! Semua itu tidak akan terjadi! Jessy masih memiliki perasaan yang sama. Gadis itu tidak membenci ku! Masih ada kesempatan kedua untukku. Ya masih ada. Guma Justin dalam hati demi meyakinkan dirinya sendiri.
            Tidak ingin berlama-lama di sana dan melihat pemandangan yang menyakitkan hati itu, Justin pun segera menghabiskan burgernya dan pergi meninggalkan restoran cepat saji itu. Justin pergi ke arah taman yang berada tidak jauh dari restoran itu dan melangkah ke bawah pohon yang kini hampir kehilangan seluruh daunnya karena telah gugur. Justin mendudukkan diri di atas tumpukkan daun berwarna kekuningan yang gugur dari  pohon besar yang sekarang tengah lelaki itu sandari. Justin memamang berniat untuk pergi ke taman ini sebelum akhirnya dia pergi ke Mcdonald terlebih dahulu untuk mengisi perutnya yang kosong. Lelaki itu berniat membuat musik untuk lagu yang telah berhasil dia ciptakan. Hanya tinggal sedikit lagi memang, tapi Justin butuh tempat yang mendukung untuk membantunya mengeluarkan ide dari otaknya itu. Justin mulai mengeluarkan buku nya yang sudah berisi lirik sebuah lagu dengan coretan di mana-mana. Justin pun mulai memainkan gitarnya, memetik beberapa kunci nada secara acak dan tida jelas demi mendapatkan satu buah musik yang indah yang cocok dengan lagu yang telah berhasil ia buat. Sudah beberapa nada yang berhasil lelaki itu dapat untuk lagunya. Saat sedang terhanyut dalam kesibukannya itu Tiba-tiba seorang gadis menghampiri lelaki itu. Gadis itu merasa mengenal Justin dan tertarik untuk melihat lebih jelas apa yang tengah lelaki itu lakukan.

            “Hai. Sedang mencari nada untuk lagu mu?”, tanya gadis itu pada Justin yang segera mengalihkan kepalanya ke arah gadis yang menyapanya itu.
            “Emm.. yeah. Seperti yang bisa kau lihat.”, ucap Justin singkat.
            “Boleh aku duduk di sini? Namaku Megan. Aku—mengenal mu. Kau pasti Justin dari jurusan kesenian di University of Paris I: Panthéon-Sorbonne? Aku juga berkuliah di sana di jurusan yang sama dengan mu.”, ucap Gadis berdarah filipina itu panjang.
            “Silahkan saja. Ini tempat umum dan kau bisa duduk sesukamu.”, balas Justin bersikap cuek. Penggemar ku yang lainnya. Guma lelaki itu mengomentari gadis di sebelahnya yang mengaku bernama Megan itu. Gadis itu pun duduk di sebelah Justin yang masih tengah asyik memainkan gitarnya demi mendapatkan sebuah nada yang selaras dengan lagu ciptaannya.
            “Kau membuat lagu tentang cinta? Emm.. apa aku boleh melihat lagu ciptaan mu itu?”, tanya Megan dengan cerewet. Justin yang merasa terganggu hanya bisa mendengus kesal tapi tetap menyodorkan bukunya kepada Gadis di sebelahnya itu. Toh lelaki itu telah hafal dengan lirik lagu buatannya itu.
            “Woah, lagu buatan mu ini—Bagus sekali! Maknanya dalam sekali. Kau pasti membuatnya dengan segenap perasaan mu. Pasti kau benar-benar mencintai gadis itu.”
            Justin menghentikan permainan gitarnya yang tidak jelas itu dan kemudian membuang nafas berat. “Ya, aku—sangat mencintainya.”, ucap Justin pelan tapi masih dapat terdengar oleh Megan.
            “Gadis yang beruntung.”
            “Tidak! Aku yang merasa sangat beruntung jika bisa mendapatkannya. Tapi—itu terasa mustahil”
            “Kenapa Mustahil? Bukankah dia sahabatmu? A—aku tau dari lagu mu ini. Dia pasti telah tau banyak tentang mu.”
            “Dia memang sahabatku, tapi dulu! Dulu sekali.. Sebelum aku melukai hatinya dengan mengingkari janjiku padanya.”, cerita Justin pada Megan. Justin tidak mengerti kenapa dia bisa-bisanya menceritakan tentang masa lalunya itu pada gadis di sebelahnya yang baru saja ia temui. Tapi Justin merasa dia memang harus menceritakan semua hal yang mengganjal hatinya itu pada orang lain. Setidaknya gadis di sebelahnya tidak mengetahui siapa gadis yang di maksud Justin itu.
            “Kenapa kamu melukai hatinya? Ah! Maaf jika aku terlampau ingin tau. Aku tidak memaksamu untuk bercerita--”
            “Tidak apa. Aku tidak keberatan bercerita kepadamu.”, ucap justin sambil tersenyum tipis membuat Megan di sebelahnya cukup tersipu melihat senyuman Justin itu. Tampan. Guma gadis itu.
            “Aku—pernah membuat janji pada sahabatku itu sewaktu kecil..”

            “Kamu tidak akan kesepian, masih ada aku yang akan selalu menjadi teman mu. Aku akan datang saat kamu kesepian. Aku berjanji!”

            Ingatan tentang Janji masalalunya kembali terngiang di kepala Justin. Kenangan Masa lalu dan Janji masa kecil yang telah ia ingkari. Semu hal itu membuat dada Justin kembali bedesis.

            “Berjanji untuk selalu menjadi temannya, dan menemaninya di saat dia kesepian..”, Justin melanjutkan ceritanyanya yang sedikit terpotong karena ingatannya tentang memori saat ia membuat janjinya itu. “Janji itu aku buat ketika kami berumur 5 tahun. Janji seorang bocah kecil tepatnya. Ketika aku berumur 9 tahun—aku membuat kesalahan yang sangat fatal dengan mengingkari janji itu.”, dada Justin terasa sesak saat ia menceritakan bagian saat pertama kali ia mengingkari Jessy dengan meninggalkan gadis itu sendirian, membuat Jessy di bully oleh teman-temannya yang lain. “Aku meninggalkannya karena sebuah alasan bodoh yang membuatku menyesal hingga sekarang. Aku membiarkannya sendirian, tidak memiliki teman. Aku menyakiti hatinya, aku membuatnya bersedih dan menangis. Aku benar-benar mengingkari janji ku itu.”, air mata mulai keluar membasahi mata Justin saat lelaki itu kembali mengingat hal-hal buruk dan kejam yang telah ia lakukan pada Jessy. “Semua terus terjadi seperti itu selama 7 tahun. Kami tidak pernah lagi saling berbicara. Aku berlaku selayaknya orang yang tidak mengenalnya di depannya. Membiarkannya sendirian dan terus di Bully oleh orang-orang di sekitarku. Waktuitu aku belum menyadari perasaan ku padanya sampai akhirnya—dia berpacaran dengan seorang lelaki.”
            “kedatangan Orang ketiga. Itu memang selalu menjadi penjelas semuanya.”, komentar Megan membuat Justin menghentikan ceritanya sejenak.
            “Aku merasa sangat kesal saat melihat dia bersama lelaki itu. Tersenyum untuknya, tertawa bersamanya. Aku—Cemburu! Kecemburuanku itu membuatku melakukan hal yang jauh lebih kejam lagi padanya. Aku cemburu dan aku tidak mau mengakuinya sehingga aku mencari pelampiasan kepada seorang gadis populer yang dekat dengan ku. Gadis yang cukup cantik. Tapi tidak lebih cantik dari pada dia menurutku. Aku memacari gadis populer itu. Bermesraan dengan gadis itu di depannya, berusaha membuatnya cemburu meski aku tidak yakin dia akan cemburu. Aku tidak tau perasaannya padaku. Sampai pada dia pergi meninggalkan ku. Aku tidak mengetahui hal itu sampai aku tau dari ibuku. Dia telah pergi meninggalkan ku. Membuatku sangat terpukul. Aku pergi menuju rumahnya yang kosong dan aku menemukan Diarynya di sana. Aku memba diary itu. aku merasa sangat bodoh setela membacanya. Aku merasakan penyesalan yang sangat mendalam begitu aku tau kalau ternayat dia juga—Mencintaiku.”, Air mata yang tadinya telah terhenti kembali mengalir dari mata Justin. Justin meremas dadanya begitu merasakan sakit saat kembali mengingat isi dari Diary Jessy. Diary yang berisis seluruh perasaan Jessy padanya.
            “Itu alasanku kenapa aku berada di sini sekarang, di paris, aku berencana untuk mengejarnya dan menemuinya kembali. Tapii—aku telah terlambat. Aku telah terlambat  bukan? Aku terlambat untuk mendapatkannya. Aku terlambat untuk menyatakan perasaan ku padanya karena mungkin sekarang dia telah membenciku.”
            “Tidak ada yang terlambat Justin. Aku yakin masih ada kesempatan untukmu. Aku memang tidak tau seperti apa gadis itu dan bagaimana sifatnya, tapi entah kenapa aku merasa yakin kalau dia pasti akan memaafkan mu. Dia pasti memiliki perasaan padamu. Kau punya masalalu yang indah dengannya dulu, dan gunakan itu sebagai penyemangatmu. Dia pasti menunggu kedatanganmu, dia pasti menunggumu untuk mengejarnya. Dan kau sudah melakukannya sekarang. Maka nampakkan dirimu di hadapannya dan tunjukkan kalau kamu menyesal dengan semua yang telah kamu lakukan padanya. Dia pasti mengerti. Dia masti memaafkan mu.”, Megan memberikan kata-kata semangat untuk Justin. Gadis itu bisa melihat bagaimana dalammnya penyesalan dan rasa cinta lelaki itu pada gadis yang tidak ia ketahui itu. Megan bisa merasakan rasa sakit Justin saat lelaki itu bercerita padanya. Megan cukup merasa takjub dengan kesabaran gadis yang Justin cintai setelah mendengar cerita lelaki di sebelahnya itu. Gadis itu memendam kesedihan dan kesendiriannya selama 7 tahun dan tetap mencintai Justin. Kalau Megan jadi gadis itu, mungkin dia telah pergi meninggalkan Justin di tahun pertama laki-laki itu meninggalkannya. Entah kenapa Megan bisa merasakan kalau gadis yang Justin cintai itu masih mencintai Justin. Ia tidak tau siapa gadis itu, dan tidak mengenalnya, tetapi dari beberapa hal yang telah megan dengar dari cerita Justin tadi, dia yakin kalau gadis itu pasti tidak akan mudah melupakan dan membenci justin begitu saja.

            Justin membuang nafas berat dan kemudian tersenyum ke arah gadis di sebelahnya. Gadis yang bahkan tidak ia kenal dengan jelas tapi berhasil membuat hatinya lebih lega sekarang. Justin telah menceritakan semua yang mengganjal hatinya pada gadis itu dan sekarang Justin merasa yakin untuk menemui Jessy. Justin yakin kalau dia masih punya kesempatan kedua. Justin yakin kalau Jessy masih memiliki perasaan padanya jauh di dalam lubuk hati gadis itu. Justin yakin dan dia harus membuktikannta. Justin akan menemui gadis itu. Secepatnya. Di waktu yang tepat tentunya.

            “Terimakasih karena mau mendengarkan ceritaku yang membosankan itu. Aku harap kau tidak mengganggap ku lelaki yang berengsek setelah mendengar semua itu. Ah, tapi aku memang pantas mendapatkan julukan berengsek setelah apa yang ku lakukan padanya.”
            “Sama-sama. Tidak, ceritamu tidak membosankan. justru ceritamu malah membuatku sekaan berada di sana saat itu. Terasanyata. Ngomong-ngomong soal berengsek. Aku dan teman-temanku telah memberikan julukan itu pada seorang laki-laki yang telah melukai salah seorang sahabatku. Jdai tenang saja, kamu tidak akan  mendapatkan Julukan itu. Lagi pula kamu tidak cukup brengsek karena kamu telah menyesal dengan tindakan mu itu.”
            “Ok, sekali lagi terimakasih. Kau membuatku merasa lega sekarang. Dan—aku akan menemuinya. Aku akan mencari waktu yang tepat untuk menemuinya.”
            “Semoga beruntung.”, Ucap Megan yang kemudian di sela dengan bunyi dari ponsel gadis tersebut. Megan mengangkat panggilan dari telfonnya setelah meminta izin pada Justin. Dans setelah gadis itu mengakhiri panggilannya ia langsung pamit pergi kepada Justin karena dia mempunyai urusan lain. Justin hanya menggangguk dan kembali berterimakasih pada Megan dan kemudian Gadis itu pergi dari sana dan kembali membuat Justin sendirian. Justin kembali meneruskan aktifitas awalnya yang sempat tertunda karena bercerita pada Megan tadi. Lelaki itu kembali memetikkan senar gitarnya mencari sebuah nada yang tepat untuk lagunya hingga malam menjelang.

***

            Musim gugur telah berganti menjadi musim dingin. Natal semakin dekat dan tandanya liburan musim dingin segera menanti. Para siswa di Universitas of Paris I: Panthéon-Sorbonne tengah sibuk mempersiapkan acara prom yang akan di adakan sebelum Natal. Sebenarnya Jessy, Tristan, dan Megan tidak memiliki urusan dengan acara tersebut, berbeda dengan Jade yang yang sangat sibuk karena dia di tunjuk menjadi panitia dalam acara tersebut. Itu sebabnya kenapa Jessy, Tristan dan Megan berada di Ball kampus mereka sekarang. Mereka memang tidak melakukan apa-apa selain duduk diam memperhatikan Jade yang sibuk kesana-kemari untuk mengurusi acara tersebut. Acara Prom tersebut berlagsung 2 hari lagi dan itu sebabnya kenapa Para Siswa masih banyak berada di kampus meski malam menjelang. Beberapa siswa yang tidak menjadi panitia pun masih berada di kampus entah untuk sekedar menonton persiapan Prom atau melakukan hal lainnya. Kampus masih tampak ramai sperti siang hari, dan itu membuat Jessy sedikit lega karena dia tidak hanya harus duduk memperhatikan satu sahabatnya yang sedang bekerja tanpa bisa berkeliaran ketempat lain karena sepinya kampus. Gadis itu sebenarnya agak merasa bingung dengan para siswa yang masih berada di kampus hingga malam meski tidak ada urusan di sini, kalau dia menjadi mereka tentunya gadis itu akan segera pulang ke rumah untuk beristirahat dari pada harus duduk tak jelas menunggu Jade seperti sekarang. Ah, tapi kebetulan gadis itu tidak hanya duduk diam karena Jessy tengah melanjutkan membuat lagunya yang sempat tertunda karena ketiadaan ide. Jessy sibuk dengan pena dan kertasnya sambil sesekali memperhatikan sekitarnya untuk mencari beberapa ide tambahan untuk melengkapi lirik yang kurang dalam lagunya. Gadis itu tampaknya belum menemukan awalan untuk lagunya yang dia beri judul ‘Make You Believe’ itu. Suara melengking dari mic yang di nyalakan terdengar nyaring membuat kupi orang-orang yang ada di ball room itu kesakit. Suara keributabisan yang lainnya juga dapat terdengar di ball room itu mengingat kesibukan para panitia promnite yang sedang mengejar waktu untuk membuat acara yang bagus. Jessy dapat melihat beberapa siswa yang menjadi panitia yang tengah kelelahan, kesal, dan beberapa yang lainnya telah bosan sendiri. Tiba-tiba ada ide gila yang terfikir dalam otak gadis itu. Tanpa menjelaskan apa-apa gadis itu segera menarik lengan kedua sahabat yang ada di sebelahnya untuk mengikutinya ke arah belakang panggung yang ada di Ball room itu. Begitu sampai di sana gadis itu hanya tersenyum membuat kedua orang yang di tariknya itu kebingungan.

            “Apa?”, tanya kedua orang itu bersamaan.
            “Aku punya ide yang cukup gila dan aku mau kalian untuk membantuku.”, ucap gadis itu yang justru membuat kedua orang itu semakin bingung.
            “Ide gila apa?”, tanya Megan mengerutkan dahinya.
            “Aku sudah berhasil membuat laguku dan aku akan menyanyikannya disini secara perdana. Aku mau mu, Tristan untuk memainkan musiknya. Aku akan mendengarkan padamu musiknya sekali. Sedangkan kamu Megan, aku—mau kamu menarik mic yang ada di panggung tadi ke dalam sini, dan menarik tali untuk membuka tirai ini saat aku akan mulai menyanyi.”
            “Apa kamu yakin akan melakukan hal ini di tengah kesibukan mereka? Mereka akan marah jika kau mengganggu mereka.”, ucap Jade ragu dengan hal gila yang akan di lakukan Sahabatnya itu.
            “Tenang saja. Serahkan saja semuanya padaku.”, jawab Jessy sambil mengedipkan sebelah matanya. Mereka pun segera melakukan hal yang telah Gadis itu perintah tadi dan tanpa berlama-lama semua telah berada di posisi yang pas.

            Jessy sedikit mengintip ke balik tirai yang menutupi belakang panggung sebelum memulai aksinya. Gadis itu berniat memberikan sebuah pertunjukkan penyemangat untuk orang-orang di luar sana. Dan dia jugab berniat memperdengarkan lagu barunya kepada orang-orang di luar sana.

            “Cukup ramai. Ok, ini akan menjadi pertunjukan yang hebat!”, guma gadis itu kemudian kembali ke posisi awalnya, berdiri di tengah-tengah panggung di balik tirai tersebut. Kemudian Gadis itu memberi aba-aba pada Tristan untuk menyalakan mic yang tengah gadis itu pegang sekarang. Suara melengking kembali terdengar membuat orang-orang di luar sana menutup kupingnnya dan beberapa yang lainnya mencari asal suara itu. Kemudian Musik pun di mainkan oleh Tristan membuat orang-orang yang sedang bekerja di ball room itu terhenti dan menatap ke arah panggu, asal dari musik tersebut. Jessy pun mulai menyanyi begitu sampai di musik yang tepat.


Plug in the mic, open the curtain

Tirai Terbuka menampakkan gadis itu yang tengah bernyanyi di balik tirai tersebut. Semua mata langsung menata ke arah gadis yang tengah bernyanyi itu dan beberapa yang lainnya mulai mendekat ke arah panggung untuk melihat lebih dekat. Jessy bernyanyi sambil berjoget-joget menyesuai kan dengan lirik lagunya tersebut.


Turn on the lights, I'm through rehearsing
  The feeling ignites, I'm in control
  The crowds in the palm of my hands
  All my fans stand, what is the truth?
  What's an illusion?
  You're searching for proof
  But are you certain?
  Whatever you see is what you get
  If words paint a picture then
  I betcha I can getcha yet

Gadis di panggung itu terus bernyanyi tanpa memperdulikan bagaimana pendapat orang-orang yang melihatnya sekarang, tapi gadis itu cukup senang karena banyak siswa yang juga senang dengan keberadaannya menyanyi di panggung sekarang, bahkan beberapa dari mereka terlihat ikut berjoget mengikuti irama musik beat yang mengiringi nyanyian gadis tersebut.


I'll make you believe in me
  I can be what you want me to be
 Tonight is the night
 Where I make you see
 That I can be anything
 Anything, anything

 I'll make you believe in me
 I can be what you want me to be
 Tonight is the night
 Where I make you see
 That I can be anything
 Anything, anything

            Suara teriakan menyerukan nama Jessy mulai terdengar membuat orang-orang di luar Ball room yang mendengarnya pun ikut bergabung mendekat ke arah panggung. Seketika ruangan Ball Room itu menjadi ramai di penuhi para siswa yang menonton pertunjukan Jessy tersebut.
 Justin berada di antara kerumunan orang itu sekarang, lelaki itu baru saja akan pulang ketika mendengar suara nyanyian dari arah Ball room. Tentu saja lelaki itu mengetahui siapa pemilik suara itu sehingga dia langsung melangkahkan kakinya ke arah ruangan ini. Tetapi nampaknya tidak hanya dia saja yang terhipnotis oleh suara gadis itu karena ternyata banyak siswa dari luar ruangan yang langsung berlari menuju ball room ini untuk melihat gadis itu bernyanyi.
Justin tengah terpukau dengan gadis yang tengah menyanyi di atas panggung itu. Gadis itu menyanyi sambil berjoget menggerakkan seluruh badannya mengikuti irama musik beat lagu tersebut. Baru kali ini Justin melihat Jessy seperti itu. Gadis itu terkesan polos dan pendiam selama ini, tapi ternyata tinggal di paris berhasil merubah sifat gadis tersebut. Dan lagu yang di nyanyikan oleh gadis itu sangta berbeda jauh dengan lagu sebelumnya yang terkesan lebih lembut. Lagu yang di nyanyikannya sekarang terdengar seperti lagu-lagu di sebuah club yang dapat membuat pendengarnya berjoget mengikuti irama musik. Jessy benar-benar gadis yang luar biasa. Guma Justin.
                                                   

I've got nothing to lose, I've been exposed
  I'm paying my dues, playing the role
  I'm breaking the rules, flowing the flow
  I've got the whole world nodding "yes"
  Like some bobble heads
  I'll break a sweat, if you wanna
  Confess all your sins, you know you got 'em
  The rooms in a spin, the fever's pitched
  I swear there's no doubt I'm legit
  I'm no counterfeit

            Jessy tampak menikmati menyanyikan lagu buatannya tersebut sambil berjoget-joget. Gadis itu menyanyikan bait lagu yang sekarang ia nyanyikan sambil mengingat beberapa kejadian yang menginspirasikannya pada lagu ini. Gadis itu mengingat ketika ia bermain sebuar peran dalam sebuah opera di kota. Gadis itu mengingat ketika ia melanggar peraturan, menerobos masuk secara diam-diam kesebuah studio tempat syuting sebuah filem sedang berlangsung. Gadis itu mengerlingkan matanya ketika menyanyikan baik ‘I've got the whole world nodding "yes"di lagunya itu, membuat beberapa orang berteriak histeris melihat kelakuan genit gadis itu. Justin yang melihat tingkah gadis itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis itu nampaknya telah berubah sekarang.


I'll make you believe in me
  I can be what you want me to be
  Tonight is the night
  Where I make you see
  That I can be anything
  Anything, anything

  I'll make you believe in me
  I can be what you want me to be
  Tonight is the night
  Where I make you see
  That I can be anything
  Anything, anything
  You want from me

Justin Mulai memperhatikan gadis itu yang sekarang tengah menyanyikan bagian reff dalam lagu yang gadis itu nyanyikan. Sejak tadi sebenarnya Justin tidak hanya memperhatikan gadis itu menyanyi saja tapi lelaki itu juga memperhatikan dengan jelas lirik dari lagu yang teng gadis itu nyanyikan. Gadis di atas panggung itu menyanyikan lagunya dengan sangat semangat sekaan sedang mengeluarkan seluru isi hatinya. Lagu yang gadis itu nyanyikan sekaan sebuah kata-kata yang sedang ia ungkapkan pada seseorang, dan entah kenapa Justin merasa sangat yakin kalau lagu itu tertuju untuknya. Gadis di atas panggung itu ingin menunjukkan kalau dia telah berubah, kalau gadis itu bisa menjadi seseorang yang berbeda dengan yang dulu, kalau dia bisa menjadi seperti yang Justin inginkan. Justin hanya tersenyum sambil tetap mendengarkan gadis di atas panggung itu menyanyi. Jessy tidak harus menunjukkan apa-apa. Dia tidak harus menjadi seperti apa yang justin inginkan karena memang nyatanya dia telah menjadi apa yang justin sangat inginkan. Pikir lelaki itu.


I'm not shy, boy
  I can be what you want
  Your bright shiny toy
  You just have to respond
  The clock never stops
  But baby, it's time
  There's no doubt in my mind
  That I can make you believe
 
  I can be what you want me to be
  Tonight is the night
  Where I make you see
  That I can be anything
  Anything, anything

  I'll make you believe in me
  I can be what you want me to be
  Tonight is the night
  Where I make you see
  That I can be anything
  Anything, anything

  I'll make you believe in me
  I can be what you want me to be
  Tonight is the night
  Where I make you see
  That I can be anything
  Anything, anything

  I'll make you believe in me
  I can be what you want me to be
  Tonight is the night
  Where I make you see
  That I can be anything
  Anything, anything
  You want from me

Jessy pun berhasil menyelesaikan lagunya. Gadis itu terdiam dia atas panggung dengan nafas yang terengah-enggah setelah benyanyi dan berjoget dengan sangan bersemangat. Suara teriakan menyerukan nama gadis itu masih terdengar, menggema di dalam ball room tersebut. Jessy hanya bisa tersenyum menatap kearah para siswa yang berdiri di bawah panggung yang menonton pertunjukkannya. Terlihat jelas kalau mereka menyukai penampilan Jessy tadi.

“Terimakasih karena mau menonton ku menyanyi di sini. Tadi itu adalah lagu baru ku yang khusus ku perdengarkan untuk kalian, untuk menghibur para panitia yang telah lelah mempersiapkan acar Prom. Aku harap pertunjukkan ku ini tidak mengganggu kalian yang sedang bekerja.”, ucap gadis itu masih dengan nafas yang terengah-engah. Nampakknya dia terlalu bersemangat tadi.

Tiba-tian Jade muncul dali balik panggung menghampiri Jessy yang masih berdiri di tengah panggung tersebut.

“Tidak, kau tidak mengganggu kami. Ketua panitia Justru berterimakasih padamu karena telah membangkitkan semangat mereka kembali yang sebelumnya telah hilang karena kelelahan. Mereka merasa terhibur karena pertunjukkan mu tadi. Terimakasih Jessica.”, ucap Jade mewakili panitia yang lainnya untuk berterimakasih pada Jessica. Jade pun memeluk gadis itu dengan hangat. Jade sangat beryerimakasih pada Jessica carena sebelumnya dia melihat kalau para panitia sudah sangat lelalah dan ingin pulang, tapi nampaknya semua keinginan itu telah hilang berkat penampilan gadis itu yang memberikan mereka semua semangat.

“Dan, kami akan segera melanjutkan persiapan. Jadi aku mohon untuk kalian yang tidak ada kepentingan lagi disini bisa pulang.”, perintah jade kepada semua siswa yang masih berkumpul di bawah panggung. Dalam sekejab kerumunan para siswa itu pergi meninggalkan ball room tersebut dan para panitia Prom kembali meneruskan pekerjaan mereka yang sempat tertunda karena penampilan Jessy tadi. Tristan dan Megan yang tadinya berada di be;akang panggung pun bergabung bersama Jade dan Jessy yang masih berada di atas panggung.

“Tadi itu penampilan yang—Luar Biasa!”, pekik Megan.
“Kau benar-benar gila Jessica. Aku tidak menyangka kalau kau akan melakukan semua ini. Tapi tadi itu hebat!”, komentar Jade sedangkan Jessy hanya terkekeh.
“Aku sudah sangat yakin kalau lagumu yang kali ini akan sangat hebat, dan kau membuktikannya tadi. Kau berhasil membuat semua orang ikut berjoget dengan lagu mu tadi. Aku benar-benar menyukai musik dari lagu mu yang kali ini.”, sambung Tristan.


Mendengar komentar-komentar dari para sahabatnya itu Jessica hanya bisa tertawa dan tersenyum. Jauh di dalam hatinya gadis itu merasa bangga karena bisa menciptakan sebuah lagu yang sangat berbeda dari dirinya. Lagu yang disukai banyak orang, lagu yang dapat memberikan semangat pada orang lain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar