Selasa, 18 Februari 2014

Dear Diary Part 11





Seorang Gadis berrambut coklat ikal sedang berdiri di depan sebuah cermin, menatap pantulan dirinya yang mengenakan sebuah dress berwarna emas sambil menenteng sebuah topeng berwarna senada dengan dressnya. Gadis itu berdiri di depan cermin itu sedangkan fikiranyya terbang jauh ke masa yang lain, kesebuah acara prom yang ia datangi hampir 2 tahun lalu, acara prom yang berakhir dengan kesediham yang mendalam di hatinya. Jessy tidak bisa melupakan kejadian itu, kejadian ketika Justin membawa ka Ruby sebagai pasangan lelaki itu di Prom sekolahnya di kanada, kejadian ketika Justin berdansa dengan gadis itu sambil tertawa dan bercanda mesrah layaknya sebagai mana seorang kekasih, kejadian ketika Justin itu mencium gadis itu dengan mesrah di depan matanya. Semua kejadian itu masih tergambar jelas di ingatan Jessy, seakan kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Bagi Jessy acar Prom itu adalah acara prom pertama dan terburuk yang pernah ia rasakan, membuat gadis itu merasa enggak datang ke acara prom malam ini. Gadis itu terlalu takut karena bayang-bayang masa lalu itu, Jessy merasa satuk dengan acara prom sejak kejadian itu. Mungkin gadis ini akan berbaring di atas Kasur sekarang atau membuat sebuah lagu baru kalau saja ketiga sahabatnya tidak memaksanya untuk datang ke acara prom ini. Jessy sudah mencoba berbagai alasan agar dia bisa untuk tidak datag ke acara itu, tetapi sepertinya ketiga sahabatnya itu lebih hebat lagi untuk memaksanya datang.Mereka mengancam tidak mau berbicara dengannya lagi jika gadis itu tidak datang ke acar prom malam ini, itu sebabnya kini gadis itu telah rapih dengan gaun dan topengnya.Acara Prom di kampusnya kali ini ber tema pesta topeng dan setiap siswa yang datang di wajibkan untuk memakai topeng. Jessy merasa sedikit bersyukur dengan hal itu, karena dia tidak harus menghindar dari para penggemarnya yang mungkin akan memaksanya untuk berdansa atau hal lainnya jika melihatnya. Tidak aka nada yang mengenalinya dengan topeng yang ia kenakan, dan siapa pun yang akan menyapa nanti hanya akan mengenalnya sebagai gadis bertopeng yang misterius.
            Jessy segera memasang topengnya setelah suara klakson dari mobil di luar rumahnya berbunyi tiga kali. Tristan telah menjemputnya dan Jessy bisa menebak kalau di mobil itu tidak hanya ada Tristan seorang, aka nada Megan dan Jade juga di mobil itu karena kedua gadis itu pasti akan ikut memastikan apakah ia akan ikut ke Prom malamini. Tanpa berlama-lama lagi Jessy pun segera menghampiri ketiga sahabatnya itu setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya. Jessy segera membuka pintu mobil dan duduk di kursi bagian depan mobil tersebut karena kedua sahabatnya telah menempati kursi di belakang. Tanpa berlama-lama lagi mereka pun segera menuju kampus tempat pesta Prom di adakan.
            Suara Musik mengisi seluruh penjuru Ball room Universitas Of Paris I itu seperti layaknya pesta Prom lainnya. Ketiga gadis dan satu orang lelaki telah berdiri di depan pintu Ball room tersebut dengan senyum di bibir yang tidak pernah lepas dari wajah mereka masing-masing.Salah satu dari mereka trsenyum bangga dengan hasil dari kerja kerasnya mendekor ball room itu menjadi sedemikian indahnya.Jade tersenyum bangga dengan hasil kerja kerasnya bersama panitia-panitia lainnya untuk membuat Ball room itu menjadi tempat yang indah.Gadis itu berhasil karena nyatanya ketiga sahabatnya terpaku menatap ruangan itu yang tidak lagi terlihat seperti ball room universitas mereka, ruangan itu kini lebih terlihat seperti ruangan di sebuah hotel mahal.Mereka berempat pun mulai melangkahkan kaki mereka memasuki Ball room itu, berbaur bersama siswa lainnya yang juga menggunakan topeng.Tidak ada yang dapat mereka kenali disini, semua tampak misterius dengan topeng yang mereka kenakan. Mungkin mereka juga tidak akansaling mengenali jika tidak mengingat baju yang mereka kenakan, tapi tetap saja Tristan akan sulit di kenali berhubung jas hitam yang ia kenakan juga telah banyak di kenakan oleh siswa laki-laki lainnya. Oleh sebab itu masing-masing dari mereka mengenakan sebuah bros berbentuk Bungan mawa untuk memberi tanda. Tentu saja mereka tidak akan terus bersama. Mereka akan saling berpencar dan mencari pasangan dansa masing-masing.
            Jessy tengah berdiri sendirian di pojok ruangan dengan memegang gelas jusnya.Gadis itu tampaknya enggan untuk mencari pasangan dansanya.Dia tidak begitu perduli dengan acara malam ini karena dia memang tidak berniat datang awalnya.Tapi kini dia telah berada di acara ini sekarang, sendirian.Gadis itu hanya terdiam sambil menatap kepenjuru ruangan, memperhatikan para siswa yang tengah berdansa dan dari situ gadis itu bisa menemukan kedua sahabat wanitanya yang tengah berdansa dengan mashing-masing pasangan misterius mereka.Jessy hanya bisa tersenyum melihat kedua sahabatnya itu sampai tiba-tiba Tristan menghentikan aktivitasnya itu.Tentu saja itu Tristan karena Jessy bisa menemukan bros Bungan mawar yang tertempel di kantong jas lelaki di depannya itu, dan Jessy mengenali mata indah berwarna biru milik lelaki itu.

            “Sendirian saja?”, Tanya Tristan kepada Jessy yang tersenyum di hadapannya.
            “Kelihatannya?”, Jessy menjawab pertanyaan Tristan dengan pertanyaan juga.
            “Kenapa kau tidak mencari pasangan untuk berdansa?”, Tanya Tristan kembali.
            “Kau tau kalau sejak awal aku memang tidak ingin ikut ke acara ini, tapi kalian memaksaku.Dan beginilah aku sekarang.Aku malas menghampiri lelaki yang tidak aku kenal, dan mengajak lelaki yang tidak aku kenal berdansa?Itu bukan gaya ku.”
            “Kau seharusnya mencoba untuk menikmati acara ini. Aku tau kau punya kenangan buruk di acara Prom mu sebelumnya, tapi disini tidak aka nada laki-laki brengsek itu yang akan membuat mu sakit seperti dulu.”
            “Yeah, aku tau. Dan bisakah kalian berhenti memanggil Justin dengan panggilan ‘Brengsek’?itu sedikit terdengar kejam untuknya. Dia tidak seperti itu, kau tau.”
            “Ya, ya, ya. Lebih baik sekarang kau bersenang-senang. Mau berdansa dengan ku?”, Tristan mengulurkan tangannya kepada Jessy.
            “Tentu saja, dengan senang hati”, Jessy pun menerima uluran tangan Tristan itu dan mereka pun segera bergabung dengan pasangan lainnya, berdansa mengikuti alunan music yang tengah berputar.

            Ditempat yang sama Justin baru saja memasuki ruangan ball room tempat acara promnite kampusnya berlangsung. Lelaki itu langsung menatap kesekeliling, mencari seseorang.Justin mencari Jessy. Malam ini ia akan menampakkan dirinya di depan gadis itu. Keputusannya telah bulat karena ia rasa inilah waktu yang tepat. Justin terus berjalan ke tengah ruangan itu, mencari dan mencari, memperhatikan satu persatu gadis bertopeng yang ada di ruangan itu.Mencari gadis berambut ikal berwarna cokelat dengan mata birunya yang indah. Cukup sulit mencari gadis itu dengan topeng yang gadis itu kenakan, tapi Justin yakin kalau ia dapat menemukan gadis itu. Justin terus mencari sampai pada matanya yang terjatuh pada dua orang yang tengah berdansa di tengah pasangan lainnya yang tengah berdasa.Jessy tengah berdansa dengan seorang lelaki yang bersama gadis itu di kelas music dan Mcdonal waktu itu. Justin dapat mengenali lelaki itu darigaya rambutnya yang tetap sama dan terlebih lagi Justin begitu membnci lelaki itu karena selalu terlihat bersama Jessy.Tanpa ragu-ragu Justin pun menghapiri kedua orang yang tengah berdansa itu dan mencolek bahu lelaki yang bersama Jessy itu.

            “Excuse me. May i?”, Tanya Justin kepada Tristan dan Jessy sambil mengulurkan tangannya kepada Jessy. Tristan hanya mengangkat sebelah alisnya dan kemudian menatap kearah Jessy yang di balas anggukan dari gadis itu.Jessy pun menerima uluran tangan lelaki misterius di depannya itu dan mereka pun mulai berdansa.

            Jessy berdansa bersama lelaki misterius di depannya itu sambil terus menatap kearah mata lelaki itu. Mata Hazel. Guma Jessy. Mengingatkan kepada seseorang yang ia cintai, yang membuatnya terkurung dalam rasa cinta yang dalam hingga tak mampu menghilang lelaki itu dalam hatinya.Kemudian Jessy menatap kea rah bibir lelaki itu, bibir yang terus tersenyum ke arahnya.Jessy bertanya-tanya siapa lelaki misterius itu?Jessy merasa mengenal lelaki di depannya itu, gadis itu juga tidak yakin. Siapa lelaki bermata hazel di perancis yang ia kenal? Bahkan di sekolahnya yang dulu pun Jessy tidak merasa pernah dekat dengan seorang lelaki bermata Hazel.Tapi kemudian gadis itu pun berusaha menganggap kalau lelaki di depannya itu hanya seorang lelaki misterius salah satu dari siswa di kampus itu yang mau mengajaknya berdansa.Gadis itu berfikir mungkin dia pernah melihat lelaki itu di kampus sehingga dia merasa mengenal lelaki itu.Setelah lama terdiam tenggelam dalam fikirannya sendiri gadis itu pun mulai membuka suaranya.

            “Kamu mahasiswa dari jurusan apa?”, Tanya Jessy pada lelaki misterius yang sedang berdansa dengannya itu. Ya, gadis itu berbicara pada lelaki itu sambil terus berdansa.
            “Jurusan yang sama dengan mu. Jurusan seni”, jawab laki-laki itu sambil kemudian tersenyum manis. Lagi-lagi Jessy merasa mengenal lelaki itu.
            “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”, Tanya gadis itu pada akhirnya.
            “Emm… di kampus ini? Sepertinya belum. Tapi aku sering melihatmu, dan kamu cukup popular di kampus ini”
            “Benarkah? Tapi—aku merasa seperti telah mengenalmu.”, Jessy merasa ragu. Dia benar-benar merasa mengenal lelaki itu.Ketika Jessy berkata seperti itu lelaki di depannya kembali tersenyum dan tidak menjawab apa-apa.Jessy semakin bingung di buatnya.

            “Kau cantik”, ucap lelaki itu memuji setelah hening yang terjadi beberapa saat.
            “Terimakasih”, jawab Jessy singkat sambil tersenyum.
            “Aku meyukai lagu buatanmu”, ucap lelaki itu lagi.
            “Lagu buatan ku? Yang mana?”
            “Keduanya.”
            “Keduanya?”
            “Kedua lagumu. Lagu yang kau nyanyiakn di ball room ini da hari yang lalu dan lagu yang kamu nyanyikan di kelas musi sebulan yang lalu.”
            “Kau melihatku di kelas music. Apa kita sekalas?”, Jessy kembali penasaran oleh lelaki misterius di depannya itu.
            “Tidak. Kebetulan saat itu aku sedang melewati kelasmu bersama teman-teman ku saat kamu sedang bernyanyi.Suaramu indah, dan lagu mu sangat bagus”, lelaki itu kembali memuji Jessy.
            “Terimakasih kembali. Tapi kamu membuat ku semakin penasaran karena aku benar-benar merasa seperti mengenalmu.”
            “Kau yakin? Tapi ini benar-benar jumpa pertama ku dengan mu di sini”, ucap lelaki itu membuat jessy kembali mencoba mengingat-ingat.Tapi yang di katakana lelaki itu tidak bohong, ini adalah kali pertamanya Justin bertemu dengan Jessy di Paris.

            “Tapi—aku mengenal mu, Jessica Athena Jhonson”, lanjut lelaki itu membuat Jessy cukup kaget karena lelaki itu mengatahuinya dan bahkan hafal dengan nama lengkap gadis itu.
            “Apa—kamu salah satu dari penggemar ku?”, Tanya Jessy ragu. Cukup memalukan bertanya seperti itu pada seorang lelaki dan pertanyaan yang di lontarkannya membuatnya seperti gadis yang kelebihan pede.Tetapi laki-laki misterius itu kembali tersenyum.
            “Ya, Aku salah satu dari penggemar mu. Penggemar lama mu, sangat lama.”, ucap lelaki itu membuat gadis itu mengangkat sebelah alisnya bingung. Sangat lama?Memang sudah berapa lama aku disini?Batin gadis itu.Tetapi jessy hanya terdiam tanpa membalas omongan lelaki itu.Tiba-tiba musik yang mengiringi dansa berhenti dan suara mic terdengar dari atas panggung. Semua mata langsung tertuju ke sana, menatap MC yang berdiri di atas panggung itu, tidak terkecuali Jessy dan Justin yang langsung menghentikan dansa mereka. Sekarang mereka berdiri bersebelahan dengan tangan Justin yang masih memegang pinggang Jessy. Tidak terlihat tanda-tanda kalau gadis itu akan menurunkan tangannya dari pinggangnya itu, oleh sebab itu Justin tetap diam pada posisinya itu. Mc mulai berbicara, membacakan serentetan acara yang akan di adakan setelah ini dan ada satu acara yang sangat Justin tunggu-tunggu. Dimana saat acara itu Justin akan memberitahukan identitasnya kepada gadis yang berada di sebelahnya itu. Acara yang di tunggu lelaki itu akan dilaksanakan setelah Mc selesai membacakan urutan acara. Jantung Justin berdetak dua kali lebih kencang dari biasanya.Lelaki itu merasa gugup, tapi keputusannya telah bulat.Lelaki itu gugup karena memikirkan bagaimana ekspresi gadis disebelahnya itu saat mengetahui siapa dia sebenarnya, tapi Justin cukup merasa senang karena ternyata gadis itu mengenalinya. Memang hanya sekedar merasa mengenalnya, tetapi itu berarti gadis itu tidak melupaannya sama sekali.
            Mc telah selasai membacakan serentetan jadwal acara dan telah turun dari atas panggu. Acara setelah ini adalah acara sumbang lagu dari siswa Jurusan Musik atau jurusan lainnya yang memang mau bernyanyi di atas panggung itu.Sudah ada satu orang yang kini bernyanyi di atas panggung.Justin hanya tersenyum dan kemudian mengarahkan badannya kearah gadis di sebelahnya, menarik gadis itu untuk menatap kearahnya.Justin mendekatkan bibirnya kearah telinga gadis itu membuat gadis itu menahan nafasnya saking kagetnya.

            “Kau akan tau siapa aku setelah ini.Aku harap kamu tidak pergi kemana-mana karena aku akan menyanyikan beberapa lagu untukmu”, bisik Justin di telinga gadis itu kemudian mencium pipinya dan pergi meninggalkan gadis itu yang terdiam kaku karena aksinya barusan.

            Justin kini tengah berdiri di belakang panggung menunggu penyanyi di atas panggung itu menyelesaikan lagunya.Setelah cukup lama menunggu akhirnya penyanyi di atas panggung telah menyelesaikan lagunya dan segera turun dari atas panggung.Justin menarik nafasnya dalam-dalam terlebih dahulu sebelum melangkahkan kakinya menuju atas panggung.Sudah saatnya Justin.Ini pasti berhasil.Ya, berhasil.Guma lelaki itu menyemangati dirinya sendiri dan kemudian mulai melangkahkan kakinya ke atas panggung dan mendudukkan diri di atas bangku piano yang ada di atas panggung itu.Semua mata lagsung memandang ke arahnya tidak terkecuali Jessy yang kini telah berdiri bersama dua gadis yang seperti temannya dan—Lelaki itu lagi.Guma Justin sambil menatap ke arah Jessy yang juga menatapnya.Justin memasang senyumnya kearah Jessy dan meraih mic yang menempel di atas piano.

            “Aku akan menyanyikan beberapa lagu ciptaanku untuk seorang gadis yang berada di bawah sana, gadis yang berdansa dengan ku tadi.Gadis yang menginspirasikan ku untuk membuat lagu-lagu itu”, ucap Justin dan kemudian kembali meletakkan micnya di atas piano dan mulai menggerakkan jarinya di atas tuts piano, memainkan sebuah nada yang indah hingga akhirnya lelaki itu memulai lagunya.


Yeah, yeah, yeah, yeah

I won’t let the night stand in my way
I know what I want, I know what I get, yeah
I’m only here to find you, you
All I need is you by my side
All I wanna do is lay down next to you

'Cause all I need is one love, one love, one heart
'Cause all I need is one love, one love, one heart
Baby give it to me
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need tonight

            Jessy terpaku menatap kearah lelaki yang tengah menyanyi di atas panggung itu.Terpaku karena suaranya, terpaku karena permainan pianonya yang sangat indah, dan terpaku karena kata-kata lelaki itu yang mengatakan kalau lagu ciptaannya itu di ciptakan karenanya.Jessy tidak mengenal siapa lelaki itu meski dia seperti mengenalnya.Jessy benar-benar merasa mengenalnya terlebih lagi kata-kata yang dibisikan lelaki itu sebelum ia hendak naik keatas panggung.

“Kau akan tau siapa aku setelah ini.”

            Jessy menarik nafasnya dalam-dalam dan kembali membuangnnya.Gadis itu benar-benar merasa bingung sendiri. Dia tidak menyangka kalau di Promnya malam ini dia akan bertemu dengan lelaki misterius yang bisa membuatnya sebingung ini. Jessy benar-benar merasa sangat ingin tau tentang lelaki itu. Lelaki misterius itu bisa membuatnya merasakan sebuah getaran yang berbeda saat bersama dengannya. Jessy tidak mengerti dengan apa yang dia rasakan itu.
            Tiba-tiba Megan, Jade dan Tristan mengagetkan gadis itu yang tengah melamun sambil tetap memandang kearah lelaki di atas panggung itu.

            “Kau mengenal lelaki itu?”, Tanya Tristan.
            “En—entah lah, aku ragu. Aku merasa mengenalnya tetapi dia mengatakan kalau dia baru pertama kali bertemu dengan ku di sini.”
            “aku juga merasa mengenalnya”, ucap megan.
            “Siapa?”, Tanya Jessy cepat kepada megan membuat megan cukup kaget.
            “Aku hanya merasa mengenalnya Jes, sama seperti mu.Suaranya terdengar familiar, tapi aku ingat siapa dia.”, jawab Megan mengangkat kedua bahunya.
            “Kau terlihat sangat penasaran dengan lelaki itu. Tidak seperti dirimu saja”, ucap Jade.
            “Aku juga tidak mengerti dengan diriku sendiri. Tapi laki-laki itu terasa sangat familiar untukku dan aku merasa harus mengetahuinya.Terlebih lagi dia mengenalku Jade. Dari tatapan matanya dia seperti telah mengenalku lama sekali”
            “Tanyakan saja setelah dia turun dari panggun, akan lebih jelas jika kau bertanya kepada orang nya langsung”
            “ya, tapi dia telah  mengatakan padaku kalau aku akan mengetahui siapa dia saetelah ini.”, jawab Jessy kemudian kembali memandang kearah panggung, tempat lelaki misterius itu tengah bernyanyi.


See I’ve made mistakes time after time, time, time
  But no not today, won’t leave 'til I find what I’m looking for
  I’m only here to find you, you
  All I need is you by my side
  All I wanna do is dance under the moon

  'Cause all I need is one love, one love, one heart
  'Cause all I need is one love, one love, one heart
  Baby give it to me
  'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
  Baby no no nobody has got what I need
  'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
  Baby no no nobody has got what I need tonight

            Justin masih focus memainkan piano di depannya dan menyanyikan lagunya hingga di pertengahan lagu, sesekali mata lelaki itu melirik ke bawah panggung tempat Jessy berdiri. Justin tersenyum begitu mengetahui kalau gadis itu masih berdiri di tempat yang sama, bahkan mata gadis itu seakan tak pernah lepas memandangnya.

            Jessy masih terus memandang lelaki misterius di atas panggung itu sambil mendengarkan dengan baik-baik setiap lirik dari lagu yang di nyanyikan oleh lelaki itu. Liriknya memiliki arti yang dalam. Jessy tidak mengerti kenapa lelaki di depan itu membuat lagu itu untuknya. Lagu yang lelaki itu adalah lagu cinta dan Jessy baru saja bertemu dengan lelaki itu sama seperti lelaki itu yang juga beru bertemu dengannya, lantas bagaimana lelaki itu bias tiba-tiba jatuhcinta padanya? Cinta pada pandangan pertama kah? Tapi lagu lelaki itu tidak seperti menggambarkan hal itu. Ada beberapa lirik dari lagu yang di nyanyikan lelaki itu yang sedikit membuat Jessy semakin bingung dan penasaran dengan lelaki di depan itu. Siapa sebenarnya lelaki itu?


Your love is like a roller-coaster
  The way that you take my breath away
  It feels like I’m slowly falling deeper and deeper, deeper and deeper

  'Cause all I need is one love, one love, one heart
  'Cause all I need is one love, one love, one heart
  Baby give it to me
  'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
  Baby no no nobody has got what I need
  'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
  Baby no no nobody can give it to me
  'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
  Baby no no nobody has got what I need
  'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
  Baby no no nobody has got what I need tonight.

            Lelaki itu telah berhasil menyelesaikan lagunya itu dan kini tepuk tangan mulai terdengar dari para siswa yang ada di ball room itu. Justin hanya tersenyum dan kemudian bangkit dari kursi piano yang sejak tadi ia duduki. Kali ini lelaki itu mengambil sebuah gitar dan menarik sebuah bangku tinggi ke tengah-tengah panggung itu. Justin mendudukan dirinya di atas bangku itu dengan memegang gitarnya yang siap untuk di petik. Mikrofon yang sejak tadi telah menempel di samping bibirnya pun segera Justin nyalakan. Sebelum memulai lagu keduanya lelaki itu kembali membuka suaranya kembali.

“Dan aku akan menyanyikan lagu keduaku yang berjudul ‘Fall’  masih untuk gadis yang sama. Aku berharap kamu akan menyukai lagu ini Jessica Athena Jhonson”, ucap Justin sambil menatap mata Jessy intens. lelaki itu menyunggingkan senyumnya kepada gadis itu dan kemudian menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya mulai memetik gitarnya, memainkan sebuah alunan music yang merdu.


Well, let me tell you a story
  About a girl and a boy”

            Megan memelototkan matanya begitu merasa mengenal lagu yang lelaki misterius itu nyanyikan. Gadis itu benar-benar tidak asing dengan lirik lagu yang lelaki itu nyanyikan. Megan tentunya tidak akan lupa dengan lirik lagu yang bermakna begitu dalam itu. Kini megan tau siapa lelaki misterius di depan dan membuat gadis itu menelan ludahnya begitu mengetahui siapa gadis yang di maksud oleh Justin, lelaki misterius yang bernyanyi di depan itu. Lagu itu untuk Jessica sahabatnya. Dan kini megan mengerti kenapa rasanya dia merasa kalau cerita yang lelaki itu ceritakan beberapa hari yang lalu terasa mirip dengan cerita sahabatnya itu, karena memang Jessy lah yang Justin ceritakan dan Justin lah sahabat sekaligus cinta pertama sahabatnya yang ia, Jade dan Tristan sebut Brengsek. Megan meruntuki kebodohan dirinya karena baru menyadari hal itu saat ini, tapi tiba-tiba senyuman terkembang dari bibir gadis itu. Gadis itu tidak berniat menghentikan semuanya. Dia tau Justin dan sahabatnya memiliki perasaan yang sama, dan kini gadis itu tidak akan marah karena dia tau seberapa menyesalnya Justin telah melukai hati sahabatnya itu. Megan hanya tersenyum membanyangkan bagaimana ekspresi sahabatnya saat tau kalau itu adalah Justin, lelaki yang pernah melukainya dulu, cinta pertamanya.


“He fell in love with his best friend
  When she's around, he feels nothing but joy
  But she was already broken, and it made her blind
  But she could never believe that love would ever treat her right

            Justin menghentikan permainan gitarnya sebentar membuat para penonton menatapnya heran. Lelaki itu terdiam sesaat menatap kearah Jessy dan kemudian mengarahkan tangannya kearah topengnya dan membuka topeng yang menghalangi wajahnya itu. Semua orang terkejut dan beberapa gadis berteriak histeris begitu menyadari kalau lelaki bertopeng yang bernyanyi di atas panggung itu adalah seorang Justin Bieber, Lelaki yang popular di kampus itu. Ekspresi terkejut yang ketara juga tampak di wajah Jessy. Gadis itu membelalakan matanya saat melihat wajah dari lelaki misterius yang berdansa dengannya tadi. Gadis itu membeku di tempat sambil tetap menatap kearah lelaki di atas panggung itu yang kini telah melanjutkan nyanyiannya sambil menatap tepat ke matanya.


Did you know that I loved you or were you not aware?
  You're the smile on my face
  And ain't going nowhere
  I'm here to make you happy, I'm here to see you smile
  I've been wanting to tell you this for a long while

  What's gonna make you fall in love?
  I know you got your wall wrapped all the way around your heart
  Don't have to be scared at all, oh, my love
  But you can't fly unless you let yourself,
  You can't fly unless you let yourself fall

            Air mata mulai mengalir membasahi pelupuk mata gadis itu. Bermacam perasaan kini di rasakan Jessy. Sedih, senang dan Rindu bercampur menjadi satu begitu gadis itu melihat lelaki itu kembali. Gadis itu masih terdiam membeku di tempatnya sambil mengerjapkan matanya beberapa kali yang membuat air matanya turut mengalir ke pipinya yang tertutup oleh topeng. Beberapa pasang mata kini telah menatap kearah gadis yang menangis itu, menatap dengan pandangan bingung, cemburu dan iri. Sedangkan Justin masih meneruskan lagunya sambil tersenyum ke arah gadis itu.


Well, I can tell you're afraid of what this might do
  Cause we got such an amazing friendship and that you don't wanna lose
  Well, I don't wanna lose it either
  I don't think I can stay sitting around while you're hurting babe, so take my hand

            Justin turun dari atas panggung dam berjalan perlahan kearah Jessy yang membeku di tempat  masih dengan memainkan gitar dan menyanyikan lagunya. Tidak sedetikpun Mata lelaki itu terlepas dari gadis yang kini ada di depannya, menangis. Justin menghentikan permaian gitarnya tapi masih terus benyanyi. Tangan lelaki itu kini meraih tangan gadis di depannya itu dan menggenggamnya erat-erat sekan tidak ingin lagi kehilangan gadis itu. Sedangkan Jessy yang tangannya di genggam itu masih tetap terdiam tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya sekarang. Air matanya turun deras dari mata biru gadis itu.


Well, did you know you're an angel who forgot how to fly?
  Did you know that it breaks my heart every time to see you cry
  Cause I know that a piece of you's gone
  Every time he done wrong I'm the shoulder you're crying on
  And I hope by the time that I'm done with this song that I figure out

            Tangan Justin yang satu lagi ia arahkan ke topeng gadis itu dan membukanya membuat wajah gadis itu kini dapat terlihat jelas. Justin menatap mata biru di depannya dengan sangat intens. Hatinya kembali mencelos saat melihat air mata telah membasahi pipi mulus gadis itu. Justin benar-benar tidak berniat membuat gadis di depannya itu menangis seperti sekarang. Justin pun segera mengarahkan ibu jarinya menuju pipi gadis itu dan mengusapnya untuk menghilangkan air mata yang telah membasahi pipi itu. Jessy memejamkan matanya sejenak saat jemari itu mengusap pipinya dan saat ia kembali membuka matanya tatapannya langsung tertuju ke mata coklat madu di depannya. Justin kembali tersenyum kepada gadis itu dan kembali memainkan gitarnya.


What's gonna make you fall in love?
  I know you got your wall wrapped all the way around your heart
  Don't have to be scared at all, oh, my love
  But you can't fly unless you let yourself,
  You can't fly unless you let yourself fall

  I will catch you if you fall
  I will catch you if you fall
  I will catch you if you fall

  But if you spread your wings
  You can fly away with me
  But you can't fly unless you let your...
  You can't fly unless you let yourself fall

  So fall in love (in love)
  I know you got your wall wrapped all the way around your heart
  Don't have to be scared at all, oh, my love
  But you can't fly unless you let your... let yourself fall, oh baby.

            Sura Musik dari petikan gitar pun terhenti seiring berakhirnya lagu yang dinyanyikan oleh Justin. Lelaki itu langsung menyingkirkan gitarnya dan memeluk gadis yang ada di depannya itu dengan erat, membisikan kata cinta dan rindu yang selama ini ia pendam di telinga gadis itu. Air mata Jessy yangg tidak kunjung berhenti mengalir sejak tadi pun kini membasahi tuksedo lelaki yang memeluknya itu. Tangan gadis itu yang sejak tadi hanya diam tergantung pun mulai ia lingkarkan ke pinggang lelaki di depannya. Gadis itu benar-benar tidak pernah menyangka kalau lelaki itu akan muncul kembali di hadapannya, menyanyikan sebuah lagu untuknya. Jessy benar-benar merindukan lelaki itu, wajahnya, senyumnya, matanya, suaranya. Berapapun kali gadis itu mencoba melupakan lelaki itu dari fikirannya tetapi tetap saja tidak bisa, otaknya seperti telah terkontrol dengan otomatis untuk mengingat lelaki itu. Jessy memang membenci lelaki didepannya itu karena pernah menyakiti hatinya, tapi rasa cinta gadis itu mengalahkan rasa bencinya itu. Kini lelaki itu ada di hadapannya, memeluknya dan membisikannya kata rindu dan cinta berkali-kali tanpa lelah, dan Jessy merasa tidak akan pernah bosan dengan kata-kata yang sama yang terus lelaki itu ucapkan.

            “I Miss you, i miss you, i miss you, i miss you, i miss you so much Jessy, I Love you.”, kata-kata itu terus justin ucapkan berkali-kali di telinga Jessy tanpa kena lelahnya. Bahkan Justin merasa kalau kata-katanya itu belum cukup untuk mengungkapkan seberapa besar rasa cinta dan rindu dirinya kepada gadis itu. Justin masih memeluk Jessy dengan erat, tidak memperdulikan ribuan pasang mata yang menatapnya. Dia tidak perduli kalai ia akan menjadi buah bibir para siswa di kampusnya setelah ini, yang lelaki itu tau adalah dia merindukan gadisnya itu, gadisnya yang tengah menangis di dalam pelukannya saat ini.

            Setelah beberapa lama terdiam dalam posisi berpelukan Justin pun mulai melepas pelukannya dari gadis di depannya yang kini tengah menunduk tidak menatapnya. Justin pun meletkkan tangannya di kedua pipi gadis itu dan mengangkat wajah gadis itu agar menatapnya. Saat Justin dapat kembali melihat mata biru itu senyumnya mengembang di wajahnya. Lelaki itu benar-benar merindukan gadis itu, merindukan mata biru milik gadis itu yang seindah langit di siang hari. Justin mengusap pipi gadis itu dengan jemarinya dan kemudian mencium pipi gadis itu dengan sangat lembut. Setelah itu Justin pun menarik pergelangan gadis itu untuk mengikutinya keluar dari ball room tersebut. Jessy hanya terdiam pasrah mengikuti apa yang Justin lakukan padanya. Gadis itu benar-benar masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Semuanya terasa bagaikan mimpi bagi gadis itu.

            Jessy dan Justin telah berada di sebuah koridor kosong di luar ball room. Jessy masih saja terdiam kaku di hadapan Justin sambil mengerjapkan matanya beberapakali mencoba memastikan kalau lelaki yang berada di hadapnnya sekarang adalah sungguhan. Justin hanya tersenyum memandang ke arah gadis di hadapannyanya itu, lelaki itu merasa sangat bahagia karena bisa melihat wajah itu lagi. Mereka berdua hanya terdiam hingga akhirnya Justin mulai membuka suara.

            “Hai”, sapa Justin dengan senyum yang terkembang di bibirnya. Gadis di hadapannya sedikit tersentak dengan sapaan jutin itu sampai akhirnya membalas sapaan itu dengan canggung.
            “H—hai”
            “Long time no see jessy. How are you?”, lunjut Justin  membuat jessy di depannya kini menatap mata hazel lelaki itu. Gadis itu kini mengerti kenapa sejak tadi ia seperti mengenal mata dan senyum lelaki misterius bertopeng tadi, itu karena memang ia mengenalnya, mengenal lelaki yang telah cukup lama menghilang dari hidupnya sejak ia pindah ke paris. Jessy cukup terkejut karena bias bertemu di sini, tetapi ia juga merasa bahagia karena bisa melihat wajah lelaki itu lagi.
            “Yeah, long time no see Justin. I’m good. How about you?”, jawab Jessy mencoba untuk menutupi kegugupannya di hadapan lelaki itu. Entah kenapa ketika berada di depan lelaki itu keberaniannya seakan menghilang begitu saja, padahal ia bisa menyanyi dan berjoget dengan santai di panggung selama ini.
            “I’m good too. Emm.. you looks—so different now”. Mendengar perkataan lelaki di depannya itu tiba-tiba ingatan Jessy terbang ke peristiwa yang terjadi di sekolahnya di Canada dulu, saat Justin mengejeknya dengan kata-kata kejam dan membuatnya menangi semalaman karena kata-kata lelaki itu. Jessy menelan ludahnya, perasaan takut di ejek kembali mendatanginya. Seluruh kepercayaan diri yang telah ia bangun selama berada di paris seakan lenyap begitu saja saat ia berhadapan dengan seorang Justin.
            “You looks so Beautiful now. I love your style, but i love the old you too.”, lanjut Justin yang membuat Jessy memhembuskan nafasnya yang sejak tadi ia tahan entah kenapa. Tapi kemudian gadis itu menatap Justin tajam, mearasa tersinggung dengan kata-kata terakhir Justin barusan. Dia menyukai gaya lama ku juga? Bukannya dia membenciku dan selalu mengatai ku jelek dulu? Guma gadis itu dalam hati. Jessy tidak mengerti dengan pemikiran Justin. Apa lelaki itu mengalami amnesia atau kepalanya terpentok sesuatu sehingga laki-laki itu berubah jadi baik?
            Justin yang melihat perubahan sorot mata Justin pun menjadi bingung sendiri. “Kenapa? Apa ada yang salah dengan ku atau kata-kata ku?”, Tanya lelaki itu dengan polosnya.
            “Apa kau mengalami amnesia atau kepala mu terpentok sesuatu saat berada di canada sehingga kau memujiku seperti ini? Kau tidak seperti Justin yang ku kenal di Canada. Atau janga-jangan kamu bukan Justin Bieber? Jika kamu memang Justin Bieber, kenapa kamu bias berada di sini?”, Jessy berucap dengan sangat polosnya layaknya seorang anak kecil yang berucap pada orang asik yang terlihat akan menculiknya. Kepolosan gadis itu memang tidak pernah berubah sejak dulu, hanya saja kini gadis itu jauh lebih terbuka dan cerewet dari pada dahulu. Justin yang mendengar rentetan kata-kata Jessy itu hanya tersenyum melihat kepolosan gadis itu.
            “Sifat mu tidak berubah ya sejak dulu, tetap sepolos Jessy yang ku kenal. Gezz.. hanya saja kamu lebih cerewet sekarang. Dengarkan aku. Aku tidak Amnesia atau pun terpentok apapun, aku sehat dan aku masih sama seperti terakhir kamu melihatku. Aku Justin Bieber, tidak akan ada orang yang bias menyamar menjadi sepertiku dengan ketampanan ku yang asli ini. Aku berada disini karena aku berkuliah di sini untuk.— Mengejarmu”, sifat percaya diri Justin muncul kembali membuat gadis idi depannya kini yakin kalau yang berada di hadapannya benar-benar Justin Bieber sahabat kecilnya dulu. Jessy agak terkejut saat mendengar kata-kata terakhir Justin tadi.
            “Mengejarku? Tapi buat apa?”
            “Dengarkan aku..”, Justin menarik kedua tangan Jessy dan menggenggamnya membuat jessy merasakan sebuah sengatan kecil saat tangan lelaki itu menggenggamnya. Jessy merasakan seluruh tubuhnya berdesis.
            “Aku—merasa sangat menyesal dengan perbuatanku selama ini padamu. A—aku minta maaf karena telah menyakiti mu selama ini, semua itu benar-benar adalah pengalaman terburuk yang pernah terjadi dalam hidupku. Andai aku bias kembali ke saat itu, aku tidak akan berbuat sekejam itu padamu. Maaf kan aku juga karena telah melanggar janji ku dulu pada mu. Aku benar-benar merasa bodoh begitu aku sadar kalau aku telah benar-benar melanggar janji itu. Setelah kamu pergi aku baru sadar semua itu. Dan aku juga baru sadar akan perasaan ku padamu. Aku—mencintai mu Jessy. Bukan sebagai sahabat, tapi sebagai seorang lelaki. Maukah kamu memberikan kesempatan kedua untukku untuk memperbaiki semua kesalahan ku itu?”. Jessy terteguh mendengar ucapan Justin. Semua ini terasa bagai mimpi baginya saat ia mendengar kalau ternyata lelaki di depannya juga mencintainya. jessy berusaha meyakin kan dirinya sendiri kalau ini bukan mimpi dan dia terlihat berfikir sekarang.
            Baru saja Jessy ingin membuka mulutnya saat tiba-tiba ketiga sahabatnya muncul di hadapannya dan Justin yang kini masih bergandengan. Tampak raut bingung dan terkejut tergambar jelas di wajah Tristan dan Jade, sedangkan berbeda dengan Megan yang hanya tersenyum memandang kedua orang yang sedang bergandengan itu. Jessy merasa canggung karena kedatangan ketiga sahabatnya itu dan ia pun segera melepas tangannya yang di genggam oleh Justin itu. Gadis itu kemudian menatap wajah ketiga sahabatnya bergantian dan tampak wajah-wajah yang meminta penjelasan padanya. Gadis itu hanya bias membuang nafasnya kemudian menggigit bibir bawahnya. Gadis itu terlihat bingung mengeluarkan penjelasannya kepada sahabat-sahabatnya itu saat teriangat seberapa bencinya para sahabatnya kepada Justin sehingga mereka memberikan panggilan ‘Brengsek’ untuk Justin. Tristan dan Jade masih terdiam tidak berkata-kata tetapi sorot mata mereka sudah biasa menjelaskan hal yang tidak mereka katakana dan mereka tau kalau gadis di depannya itu tau apa yang mau mereka katakana.

            “Emm..”, Jessy hanya berguma sambil terlihat berfikir.
            “Jes..”, panggil Tristan dan sorot matanya masih menunjukan kalau dia meminta penjelasan pada dirinya tentang siapa lelaki yang bersamanya itu.
            “Emm.. Guys ini—Justin, Sahabat kecilku yang pernah aku ceritakan pada kalian”, ucap gadis itu ragu-ragu dan menatap wajah sahabat-sahabatnya itu satu persatu.
            “Justin Bieber? Lelaki popular di kampus ini adalah sahabat kecilmu yang bre—ah maksudku sahabat kecil yang kau ceritakan itu?”, ucap Jade tidak jadi mengatakan kata Brengsek sebagai panggilan Justin. Yah, paling tidak gadis itu masih menjaga kesopanannya di hadapan lelaki popular yang pernah ia idolakan itu. Ya, ‘pernah’ karena mulai detik ini ia berhenti mengidolakan lelaki itu karena tau kalau lelaki itu adalah lelaki brengsek yang pernah menyakiti hati sahabatnya itu.
            “Ya. Dia lelaki yang ku ceritakan dulu.”

            Semua terdiam setelah Jessy mengatakan hal itu. Tristan pun telah terdiam sejak tadi dan hanya menatap Justin dengan sorot benci dan tidak suka. Tristan itu begitu benci dengan lelaki yang sekarang berada di sebelah Jessy itu, lelaki yang pernah melukai hati sahabatnya itu dan membuat gadis itu sering terlihat sedih dan terpuruk jika ia tidak menghibur gadis itu. Bahkan lagu-lagu yang di ciptakan oleh gadis itu pun sudah bisa menjelaskan seberapa sedihnya gadis itu karena lelaki itu. Semua terdiam sampai Jessy kembali membuka suaranya kembali.

            “Bisa kalian membuka Topeng kalian?” tidak ada yg membalas pertanyaan Jessy itu dan hanya di balas dengan tindakan membuka topeng masing-masing, dan kini 3 tiga orang itu telah menampakkan wajahnya masing-masing. Jessy hanya tersenyum melihat mereka satu per satu dengan sorot mata yang berbeda-beda. Kemudian gadis itu mensejajarkan tubuhnya di samping justin dan menatap peria di sebelahnya itu.

“Emm.. Justin. Mereka adalah sahabatku sejak di high school. Ini Jade, dia asli sini, kemudian di sebelahnya adalah Tristan, dia berasal dari California, Amerika, dan gadis yang terakhir adalah-”
“Megan.”, jawab Justin menyelak Jessy yang sedang memperkenalkan sahabat-sahabatnya itu. Justin tersenyum ke arah Megan tanpa memperdulikan Jessy, megan dan Tristan yang menatap mereka bingung.
“Kau mengenal megan?”, Tany Jessy pada Justin.
“Dia mengenal mu meg?”, lanjut Jade bertanya kepada Megan sedangkan Tristan hanya menatap megan menunggu jawaban gadis itu.
“Dia menghampiriku saat sedang membuat lagu di sebuah taman dan dia memperkenalkan diri padaku begitu saja. Oh ya meg, terimakasih untuk yang waktu itu, kau membuatku percaya diri kembali.”, jelas Justin kepada Jessy dan yang lain di lanjutkan berterimakasih pada Megan. Jessy, Tristan, dan Jade yg tidak mengerti dengan apa yang terjadi di antara dua orang itu hanya bisa terdiam.
“Sama-sama. Aku hanya mengeluarkan pendapat yang ada di fikiranku. Dan, aku tidak menyangka kau akan menyanyikan lagu itu di Prom ini, Aku suka dengan lagu mu itu.”

Kedua orang itu tampak membicarakan sesuatu yang pernah terjadi di antara mereka yang Jessy tidak tau. Ada perasaan kesal dan cemburu yang kini di rasakan gadis itu karena melihat Megan tampak akrab berbicara dengan Justin sedangkan ia belum pernah sebelum nya sedekat itu dengan Justin setelah beberapa tahun berlalu. Jessy hanya terdiam menatap kedua orang itu tetapi benaknya penuh dengan bermacam-macam pertanyaan yang ingin di lontarkan kepada mereka berdua. Kenapa bisa? Kenapa Justin bisa sangat akrab dengan Megan? Sudah berapa lama mereka berkenalan? Apa yang sedang mereka bicarakan? Kenapa mereka tampak memuji satu sama lain?Kenapa? Jessy berusaha berfikir positif kepada sahabatnya itu. Dia yakin sahabatnya itu tidak akan membuatnya terluka karena selama ini mereka lah yang berusaha membuat dirinya tersenyum dan melupakan semua masa lalunya yang menyedihkan. Pada akhirnya Jessy memutuskan untuk bertanya kepada Megan.

“Ehem.. Meg.”, Ucap Jessy membuat Megan menghentikan aktifitasnya mengobrol dengan Justin.
“Kau kenal dengan Justin? Sudah berapa lama? Ka—kau tidak pernah bercerita padaku.”, tanya Jessy pelan dan ragu-ragu.
Megan menatap Jessy sebentar kemudian tersenyum penuh arti. “Kau tidak tau? Kata siapa aku tidak pernah cerita padamu? Aku sering bercerita bukan, hanya saja kamu sekana tidak pernah mendengarkan dan memikirkannya. Yah tidak apa sih.”
“Kau pernah bercerita? Emm.. kapan? Maaf kalau aku menganggap ceritamu tidak begitu penting, itu karena aku—”
“Aku tau kamu jes. Kamu memang kurang berbaur dengan lingkungan, jika tidak ada kami mungkin kamu akan kesulitan mendapatkan teman dekat. Kamu sampai tidak tau kalau tentang Justin. Kau tau? Dia sangat populer di kampus ini, sama sepertimu.”
“Benarkah? Aku tidak tau itu.”
“Bagai mana kau mau tau kalau otakmu itu hanya berisis tentang masa lalu mu dan membuat lagu.”, degus Megan.
“Ah ya, memang”, Jessy terkekeh kecil.
“Justin itu populer di kampus kita. Semua gadis di kampus mengenalnya. Coba saja kau tanyakan pada seluruh gadis di sini siapa yang tidak mengenal Justin, mungkin hanya kamu. Justin mempunyai banya penggemar dan aku danm Jade ada sala satuhnya”, Megan tersenyum bangga begitu mengucap kata penggemar Justin sedangkan Jade yang namanya di sebut langsung memelototi Megan.
“Kau penggemar Justin juga Jade?”, tanya Jessy kini kepada Jade yang sudah berusaha menutupinya sejak tadi.
“Gezz.. Benar. Tapi itu sebelum aku tau kalau dia adalah laki-laki Brengsek yang selama ini kamu ceritakan. Aku tidak lagi menyukainya dan aku tidak setuju kalau kamu bersamanya, dia akan meluakai mu lagi jes.”, ucap Megan dan Tristan menyahut membenarkan ucapan Jade itu.
“Jade!”, panggil Jessy kepada gadis itu tidak suka dengan ucapan sahabatnya itu tentang Justin. Jessy bahkan memang tidak pernah merasa suka saat sahabatnya itu memanggil Justin dengan sebutan lelaki brengsek.
“Aku tidak mau kamu terluka lagi jessica. Aku senang kamu bisa tersenyum lagi dan mencoba melupakan lelaki itu, tetapi dengan entengnya dia datang dan meminta maaf setelah apa yang dia perbuat padamu. Aku peduli padamu tapi kau malah membelanya. Sudahlah, aku tidak mau ikut campur lagi dengan kehidupanmu. Dan jangan temui aku lagi jika kau masih bersamanya!”, Gadis itu pergi begitu saja meninggalkan yang lainnya setelah berupac demikian. Jade terlihat sangat membenci Justin. Dan itu membuat Jessy sedih.

Jessy hanya bisa memperhatikan punggung Jade yang semakin lama semakin menjauh dan menghilang di depan pintu Ball room. Kini Jade memalingkan wajahnya ke arah Tristan dan menatap sahabat prianya itu dengan tatapan memohon. Tristan hanya mengangkat bahunya tidak mau tahu kemudian ikut pergi meninggalkan Jessy.

Jessy menghembuskan nafasnya berat dan kemudian menatap Megan dan Justin bergantian. Raut sedih dan kecewa jelas terukir di wajah gadis itu. Dia hanya memiliki satu sahabat yang mendukunya saat ini. Memang lebih baik dari tidak ada sama sekali, tetapi dia tetap kecewa karena kedua sahabatnya meninggalkannya kini. Tidak kah mereka tau kalau Jessy begitu tersiksa karena tidak bisa melupakan Justin dan sangat merindukan peria itu. Sekarang Jessy sudah bisa tersenyum lagi berkat Justin dan bahkan lelaki itu berjanji tidak akan menyakitinya lagi. Jessy tau kalau kedua sahabatnya itu hanya ingin yang terbaik untuknya, tapi bagi Jessy Justin lah yang terbaik saat ini. Semuanya begitu membingungkan untuk gadis itu kini.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar