Seorang
Gadis berrambut coklat ikal sedang berdiri di depan sebuah cermin, menatap
pantulan dirinya yang mengenakan sebuah dress berwarna emas sambil menenteng
sebuah topeng berwarna senada dengan dressnya. Gadis itu berdiri di depan
cermin itu sedangkan fikiranyya terbang jauh ke masa yang lain, kesebuah acara prom
yang ia datangi hampir 2 tahun lalu, acara prom yang berakhir dengan kesediham
yang mendalam di hatinya. Jessy tidak bisa melupakan kejadian itu, kejadian
ketika Justin membawa ka Ruby sebagai pasangan lelaki itu di Prom sekolahnya di
kanada, kejadian ketika Justin berdansa dengan gadis itu sambil tertawa dan
bercanda mesrah layaknya sebagai mana seorang kekasih, kejadian ketika Justin
itu mencium gadis itu dengan mesrah di depan matanya. Semua kejadian itu masih
tergambar jelas di ingatan Jessy, seakan kejadian itu baru saja terjadi
kemarin. Bagi Jessy acar Prom itu adalah acara prom pertama dan terburuk yang
pernah ia rasakan, membuat gadis itu merasa enggak datang ke acara prom malam
ini. Gadis itu terlalu takut karena bayang-bayang masa lalu itu, Jessy merasa
satuk dengan acara prom sejak kejadian itu. Mungkin gadis ini akan berbaring di
atas Kasur sekarang atau membuat sebuah lagu baru kalau saja ketiga sahabatnya
tidak memaksanya untuk datang ke acara prom ini. Jessy sudah mencoba berbagai
alasan agar dia bisa untuk tidak datag ke acara itu, tetapi sepertinya ketiga
sahabatnya itu lebih hebat lagi untuk memaksanya datang.Mereka mengancam tidak
mau berbicara dengannya lagi jika gadis itu tidak datang ke acar prom malam
ini, itu sebabnya kini gadis itu telah rapih dengan gaun dan topengnya.Acara
Prom di kampusnya kali ini ber tema pesta topeng dan setiap siswa yang datang
di wajibkan untuk memakai topeng. Jessy merasa sedikit bersyukur dengan hal
itu, karena dia tidak harus menghindar dari para penggemarnya yang mungkin akan
memaksanya untuk berdansa atau hal lainnya jika melihatnya. Tidak aka nada yang
mengenalinya dengan topeng yang ia kenakan, dan siapa pun yang akan menyapa
nanti hanya akan mengenalnya sebagai gadis bertopeng yang misterius.
Jessy segera memasang topengnya
setelah suara klakson dari mobil di luar rumahnya berbunyi tiga kali. Tristan
telah menjemputnya dan Jessy bisa menebak kalau di mobil itu tidak hanya ada
Tristan seorang, aka nada Megan dan Jade juga di mobil itu karena kedua gadis
itu pasti akan ikut memastikan apakah ia akan ikut ke Prom malamini. Tanpa
berlama-lama lagi Jessy pun segera menghampiri ketiga sahabatnya itu setelah
berpamitan dengan kedua orang tuanya. Jessy segera membuka pintu mobil dan
duduk di kursi bagian depan mobil tersebut karena kedua sahabatnya telah
menempati kursi di belakang. Tanpa berlama-lama lagi mereka pun segera menuju
kampus tempat pesta Prom di adakan.
Suara Musik mengisi seluruh penjuru
Ball room Universitas Of Paris I itu seperti layaknya pesta Prom lainnya.
Ketiga gadis dan satu orang lelaki telah berdiri di depan pintu Ball room
tersebut dengan senyum di bibir yang tidak pernah lepas dari wajah mereka
masing-masing.Salah satu dari mereka trsenyum bangga dengan hasil dari kerja
kerasnya mendekor ball room itu menjadi sedemikian indahnya.Jade tersenyum
bangga dengan hasil kerja kerasnya bersama panitia-panitia lainnya untuk
membuat Ball room itu menjadi tempat yang indah.Gadis itu berhasil karena
nyatanya ketiga sahabatnya terpaku menatap ruangan itu yang tidak lagi terlihat
seperti ball room universitas mereka, ruangan itu kini lebih terlihat seperti
ruangan di sebuah hotel mahal.Mereka berempat pun mulai melangkahkan kaki
mereka memasuki Ball room itu, berbaur bersama siswa lainnya yang juga menggunakan
topeng.Tidak ada yang dapat mereka kenali disini, semua tampak misterius dengan
topeng yang mereka kenakan. Mungkin mereka juga tidak akansaling mengenali jika
tidak mengingat baju yang mereka kenakan, tapi tetap saja Tristan akan sulit di
kenali berhubung jas hitam yang ia kenakan juga telah banyak di kenakan oleh
siswa laki-laki lainnya. Oleh sebab itu masing-masing dari mereka mengenakan
sebuah bros berbentuk Bungan mawa untuk memberi tanda. Tentu saja mereka tidak
akan terus bersama. Mereka akan saling berpencar dan mencari pasangan dansa
masing-masing.
Jessy tengah berdiri sendirian di
pojok ruangan dengan memegang gelas jusnya.Gadis itu tampaknya enggan untuk
mencari pasangan dansanya.Dia tidak begitu perduli dengan acara malam ini
karena dia memang tidak berniat datang awalnya.Tapi kini dia telah berada di
acara ini sekarang, sendirian.Gadis itu hanya terdiam sambil menatap kepenjuru
ruangan, memperhatikan para siswa yang tengah berdansa dan dari situ gadis itu
bisa menemukan kedua sahabat wanitanya yang tengah berdansa dengan
mashing-masing pasangan misterius mereka.Jessy hanya bisa tersenyum melihat
kedua sahabatnya itu sampai tiba-tiba Tristan menghentikan aktivitasnya
itu.Tentu saja itu Tristan karena Jessy bisa menemukan bros Bungan mawar yang
tertempel di kantong jas lelaki di depannya itu, dan Jessy mengenali mata indah
berwarna biru milik lelaki itu.
“Sendirian saja?”, Tanya Tristan
kepada Jessy yang tersenyum di hadapannya.
“Kelihatannya?”, Jessy menjawab
pertanyaan Tristan dengan pertanyaan juga.
“Kenapa kau tidak mencari pasangan
untuk berdansa?”, Tanya Tristan kembali.
“Kau tau kalau sejak awal aku memang
tidak ingin ikut ke acara ini, tapi kalian memaksaku.Dan beginilah aku
sekarang.Aku malas menghampiri lelaki yang tidak aku kenal, dan mengajak lelaki
yang tidak aku kenal berdansa?Itu bukan gaya ku.”
“Kau seharusnya mencoba untuk
menikmati acara ini. Aku tau kau punya kenangan buruk di acara Prom mu
sebelumnya, tapi disini tidak aka nada laki-laki brengsek itu yang akan membuat
mu sakit seperti dulu.”
“Yeah, aku tau. Dan bisakah kalian
berhenti memanggil Justin dengan panggilan ‘Brengsek’?itu sedikit terdengar
kejam untuknya. Dia tidak seperti itu, kau tau.”
“Ya, ya, ya. Lebih baik sekarang kau
bersenang-senang. Mau berdansa dengan ku?”, Tristan mengulurkan tangannya
kepada Jessy.
“Tentu saja, dengan senang hati”,
Jessy pun menerima uluran tangan Tristan itu dan mereka pun segera bergabung
dengan pasangan lainnya, berdansa mengikuti alunan music yang tengah berputar.
Ditempat yang sama Justin baru saja
memasuki ruangan ball room tempat acara promnite kampusnya berlangsung. Lelaki
itu langsung menatap kesekeliling, mencari seseorang.Justin mencari Jessy.
Malam ini ia akan menampakkan dirinya di depan gadis itu. Keputusannya telah
bulat karena ia rasa inilah waktu yang tepat. Justin terus berjalan ke tengah
ruangan itu, mencari dan mencari, memperhatikan satu persatu gadis bertopeng
yang ada di ruangan itu.Mencari gadis berambut ikal berwarna cokelat dengan
mata birunya yang indah. Cukup sulit mencari gadis itu dengan topeng yang gadis
itu kenakan, tapi Justin yakin kalau ia dapat menemukan gadis itu. Justin terus
mencari sampai pada matanya yang terjatuh pada dua orang yang tengah berdansa
di tengah pasangan lainnya yang tengah berdasa.Jessy tengah berdansa dengan
seorang lelaki yang bersama gadis itu di kelas music dan Mcdonal waktu itu.
Justin dapat mengenali lelaki itu darigaya rambutnya yang tetap sama dan
terlebih lagi Justin begitu membnci lelaki itu karena selalu terlihat bersama
Jessy.Tanpa ragu-ragu Justin pun menghapiri kedua orang yang tengah berdansa
itu dan mencolek bahu lelaki yang bersama Jessy itu.
“Excuse me. May i?”, Tanya Justin
kepada Tristan dan Jessy sambil mengulurkan tangannya kepada Jessy. Tristan
hanya mengangkat sebelah alisnya dan kemudian menatap kearah Jessy yang di
balas anggukan dari gadis itu.Jessy pun menerima uluran tangan lelaki misterius
di depannya itu dan mereka pun mulai berdansa.
Jessy berdansa bersama lelaki
misterius di depannya itu sambil terus menatap kearah mata lelaki itu. Mata
Hazel. Guma Jessy. Mengingatkan kepada seseorang yang ia cintai, yang
membuatnya terkurung dalam rasa cinta yang dalam hingga tak mampu menghilang
lelaki itu dalam hatinya.Kemudian Jessy menatap kea rah bibir lelaki itu, bibir
yang terus tersenyum ke arahnya.Jessy bertanya-tanya siapa lelaki misterius
itu?Jessy merasa mengenal lelaki di depannya itu, gadis itu juga tidak yakin.
Siapa lelaki bermata hazel di perancis yang ia kenal? Bahkan di sekolahnya yang
dulu pun Jessy tidak merasa pernah dekat dengan seorang lelaki bermata
Hazel.Tapi kemudian gadis itu pun berusaha menganggap kalau lelaki di depannya
itu hanya seorang lelaki misterius salah satu dari siswa di kampus itu yang mau
mengajaknya berdansa.Gadis itu berfikir mungkin dia pernah melihat lelaki itu
di kampus sehingga dia merasa mengenal lelaki itu.Setelah lama terdiam
tenggelam dalam fikirannya sendiri gadis itu pun mulai membuka suaranya.
“Kamu mahasiswa dari jurusan apa?”,
Tanya Jessy pada lelaki misterius yang sedang berdansa dengannya itu. Ya, gadis
itu berbicara pada lelaki itu sambil terus berdansa.
“Jurusan yang sama dengan mu.
Jurusan seni”, jawab laki-laki itu sambil kemudian tersenyum manis. Lagi-lagi
Jessy merasa mengenal lelaki itu.
“Apa kita pernah bertemu
sebelumnya?”, Tanya gadis itu pada akhirnya.
“Emm… di kampus ini? Sepertinya
belum. Tapi aku sering melihatmu, dan kamu cukup popular di kampus ini”
“Benarkah? Tapi—aku merasa seperti
telah mengenalmu.”, Jessy merasa ragu. Dia benar-benar merasa mengenal lelaki
itu.Ketika Jessy berkata seperti itu lelaki di depannya kembali tersenyum dan
tidak menjawab apa-apa.Jessy semakin bingung di buatnya.
“Kau cantik”, ucap lelaki itu memuji
setelah hening yang terjadi beberapa saat.
“Terimakasih”, jawab Jessy singkat
sambil tersenyum.
“Aku meyukai lagu buatanmu”, ucap
lelaki itu lagi.
“Lagu buatan ku? Yang mana?”
“Keduanya.”
“Keduanya?”
“Kedua lagumu. Lagu yang kau
nyanyiakn di ball room ini da hari yang lalu dan lagu yang kamu nyanyikan di
kelas musi sebulan yang lalu.”
“Kau melihatku di kelas music. Apa
kita sekalas?”, Jessy kembali penasaran oleh lelaki misterius di depannya itu.
“Tidak. Kebetulan saat itu aku
sedang melewati kelasmu bersama teman-teman ku saat kamu sedang bernyanyi.Suaramu
indah, dan lagu mu sangat bagus”, lelaki itu kembali memuji Jessy.
“Terimakasih kembali. Tapi kamu
membuat ku semakin penasaran karena aku benar-benar merasa seperti mengenalmu.”
“Kau yakin? Tapi ini benar-benar
jumpa pertama ku dengan mu di sini”, ucap lelaki itu membuat jessy kembali
mencoba mengingat-ingat.Tapi yang di katakana lelaki itu tidak bohong, ini
adalah kali pertamanya Justin bertemu dengan Jessy di Paris.
“Tapi—aku mengenal mu, Jessica
Athena Jhonson”, lanjut lelaki itu membuat Jessy cukup kaget karena lelaki itu
mengatahuinya dan bahkan hafal dengan nama lengkap gadis itu.
“Apa—kamu salah satu dari penggemar
ku?”, Tanya Jessy ragu. Cukup memalukan bertanya seperti itu pada seorang
lelaki dan pertanyaan yang di lontarkannya membuatnya seperti gadis yang
kelebihan pede.Tetapi laki-laki misterius itu kembali tersenyum.
“Ya, Aku salah satu dari penggemar
mu. Penggemar lama mu, sangat lama.”, ucap lelaki itu membuat gadis itu
mengangkat sebelah alisnya bingung. Sangat
lama?Memang sudah berapa lama aku disini?Batin gadis itu.Tetapi jessy hanya
terdiam tanpa membalas omongan lelaki itu.Tiba-tiba musik yang mengiringi dansa
berhenti dan suara mic terdengar dari atas panggung. Semua mata langsung
tertuju ke sana, menatap MC yang berdiri di atas panggung itu, tidak terkecuali
Jessy dan Justin yang langsung menghentikan dansa mereka. Sekarang mereka
berdiri bersebelahan dengan tangan Justin yang masih memegang pinggang Jessy.
Tidak terlihat tanda-tanda kalau gadis itu akan menurunkan tangannya dari
pinggangnya itu, oleh sebab itu Justin tetap diam pada posisinya itu. Mc mulai
berbicara, membacakan serentetan acara yang akan di adakan setelah ini dan ada
satu acara yang sangat Justin tunggu-tunggu. Dimana saat acara itu Justin akan
memberitahukan identitasnya kepada gadis yang berada di sebelahnya itu. Acara
yang di tunggu lelaki itu akan dilaksanakan setelah Mc selesai membacakan
urutan acara. Jantung Justin berdetak dua kali lebih kencang dari
biasanya.Lelaki itu merasa gugup, tapi keputusannya telah bulat.Lelaki itu
gugup karena memikirkan bagaimana ekspresi gadis disebelahnya itu saat
mengetahui siapa dia sebenarnya, tapi Justin cukup merasa senang karena
ternyata gadis itu mengenalinya. Memang hanya sekedar merasa mengenalnya, tetapi
itu berarti gadis itu tidak melupaannya sama sekali.
Mc telah selasai membacakan
serentetan jadwal acara dan telah
turun dari atas panggu. Acara setelah ini adalah acara sumbang lagu dari siswa
Jurusan Musik atau jurusan lainnya yang memang mau bernyanyi di atas panggung
itu.Sudah ada satu orang yang kini bernyanyi di atas panggung.Justin hanya
tersenyum dan kemudian mengarahkan badannya kearah gadis di sebelahnya, menarik
gadis itu untuk menatap kearahnya.Justin mendekatkan bibirnya kearah telinga
gadis itu membuat gadis itu menahan nafasnya saking kagetnya.
“Kau akan tau siapa aku setelah
ini.Aku harap kamu tidak pergi kemana-mana karena aku akan menyanyikan beberapa
lagu untukmu”, bisik Justin di telinga gadis itu kemudian mencium pipinya dan
pergi meninggalkan gadis itu yang terdiam kaku karena aksinya barusan.
Justin kini tengah berdiri di
belakang panggung menunggu penyanyi di atas panggung itu menyelesaikan
lagunya.Setelah cukup lama menunggu akhirnya penyanyi di atas panggung telah
menyelesaikan lagunya dan segera turun dari atas panggung.Justin menarik
nafasnya dalam-dalam terlebih dahulu sebelum melangkahkan kakinya menuju atas
panggung.Sudah saatnya Justin.Ini pasti
berhasil.Ya, berhasil.Guma lelaki itu menyemangati dirinya sendiri dan
kemudian mulai melangkahkan kakinya ke atas panggung dan mendudukkan diri di
atas bangku piano yang ada di atas panggung itu.Semua mata lagsung memandang ke
arahnya tidak terkecuali Jessy yang kini telah berdiri bersama dua gadis yang
seperti temannya dan—Lelaki itu lagi.Guma Justin sambil menatap ke arah Jessy
yang juga menatapnya.Justin memasang senyumnya kearah Jessy dan meraih mic yang
menempel di atas piano.
“Aku akan menyanyikan beberapa lagu
ciptaanku untuk seorang gadis yang berada di bawah sana, gadis yang berdansa
dengan ku tadi.Gadis yang menginspirasikan ku untuk membuat lagu-lagu itu”,
ucap Justin dan kemudian kembali meletakkan micnya di atas piano dan mulai
menggerakkan jarinya di atas tuts piano, memainkan sebuah nada yang indah
hingga akhirnya lelaki itu memulai lagunya.
“Yeah, yeah, yeah, yeah
I won’t let the night stand in my way
I know what I want, I know what I get, yeah
I’m only here to find you, you
All I need is you by my side
All I wanna do is lay down next to you
'Cause all I need is one love, one love, one heart
'Cause all I need is one love, one love, one heart
Baby give it to me
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need tonight”
I won’t let the night stand in my way
I know what I want, I know what I get, yeah
I’m only here to find you, you
All I need is you by my side
All I wanna do is lay down next to you
'Cause all I need is one love, one love, one heart
'Cause all I need is one love, one love, one heart
Baby give it to me
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need tonight”
Jessy terpaku menatap kearah lelaki
yang tengah menyanyi di atas panggung itu.Terpaku karena suaranya, terpaku
karena permainan pianonya yang sangat indah, dan terpaku karena kata-kata
lelaki itu yang mengatakan kalau lagu ciptaannya itu di ciptakan
karenanya.Jessy tidak mengenal siapa lelaki itu meski dia seperti
mengenalnya.Jessy benar-benar merasa mengenalnya terlebih lagi kata-kata yang
dibisikan lelaki itu sebelum ia hendak naik keatas panggung.
“Kau akan tau siapa aku
setelah ini.”
Jessy menarik nafasnya dalam-dalam
dan kembali membuangnnya.Gadis itu benar-benar merasa bingung sendiri. Dia
tidak menyangka kalau di Promnya malam ini dia akan bertemu dengan lelaki
misterius yang bisa membuatnya sebingung ini. Jessy benar-benar merasa sangat
ingin tau tentang lelaki itu. Lelaki misterius itu bisa membuatnya merasakan
sebuah getaran yang berbeda saat bersama dengannya. Jessy tidak mengerti dengan
apa yang dia rasakan itu.
Tiba-tiba Megan, Jade dan Tristan mengagetkan
gadis itu yang tengah melamun sambil tetap memandang kearah lelaki di atas
panggung itu.
“Kau mengenal lelaki itu?”, Tanya
Tristan.
“En—entah lah, aku ragu. Aku merasa
mengenalnya tetapi dia mengatakan kalau dia baru pertama kali bertemu dengan ku
di sini.”
“aku juga merasa mengenalnya”, ucap
megan.
“Siapa?”, Tanya Jessy cepat kepada
megan membuat megan cukup kaget.
“Aku hanya merasa mengenalnya Jes,
sama seperti mu.Suaranya terdengar familiar, tapi aku ingat siapa dia.”, jawab
Megan mengangkat kedua bahunya.
“Kau terlihat sangat penasaran
dengan lelaki itu. Tidak seperti dirimu saja”, ucap Jade.
“Aku juga tidak mengerti dengan
diriku sendiri. Tapi laki-laki itu terasa sangat familiar untukku dan aku
merasa harus mengetahuinya.Terlebih lagi dia mengenalku Jade. Dari tatapan
matanya dia seperti telah mengenalku lama sekali”
“Tanyakan saja setelah dia turun
dari panggun, akan lebih jelas jika kau bertanya kepada orang nya langsung”
“ya, tapi dia telah mengatakan padaku kalau aku akan mengetahui
siapa dia saetelah ini.”, jawab Jessy kemudian kembali memandang kearah
panggung, tempat lelaki misterius itu tengah bernyanyi.
“See I’ve made mistakes time after time,
time, time
But no not today, won’t leave 'til I find what I’m looking for
I’m only here to find you, you
All I need is you by my side
All I wanna do is dance under the moon
'Cause all I need is one love, one love, one heart
'Cause all I need is one love, one love, one heart
Baby give it to me
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need tonight”
But no not today, won’t leave 'til I find what I’m looking for
I’m only here to find you, you
All I need is you by my side
All I wanna do is dance under the moon
'Cause all I need is one love, one love, one heart
'Cause all I need is one love, one love, one heart
Baby give it to me
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need tonight”
Justin masih focus memainkan piano
di depannya dan menyanyikan lagunya hingga di pertengahan lagu, sesekali mata
lelaki itu melirik ke bawah panggung tempat Jessy berdiri. Justin tersenyum
begitu mengetahui kalau gadis itu masih berdiri di tempat yang sama, bahkan
mata gadis itu seakan tak pernah lepas memandangnya.
Jessy masih terus memandang lelaki
misterius di atas panggung itu sambil mendengarkan dengan baik-baik setiap
lirik dari lagu yang di nyanyikan oleh lelaki itu. Liriknya memiliki arti yang
dalam. Jessy tidak mengerti kenapa lelaki di depan itu membuat lagu itu untuknya.
Lagu yang lelaki itu adalah lagu cinta dan Jessy baru saja bertemu dengan
lelaki itu sama seperti lelaki itu yang juga beru bertemu dengannya, lantas
bagaimana lelaki itu bias tiba-tiba jatuhcinta padanya? Cinta pada pandangan
pertama kah? Tapi lagu lelaki itu tidak seperti menggambarkan hal itu. Ada
beberapa lirik dari lagu yang di nyanyikan lelaki itu yang sedikit membuat
Jessy semakin bingung dan penasaran dengan lelaki di depan itu. Siapa
sebenarnya lelaki itu?
“Your love is like a roller-coaster
The way that you take my breath away
It feels like I’m slowly falling deeper and deeper, deeper and deeper
'Cause all I need is one love, one love, one heart
'Cause all I need is one love, one love, one heart
Baby give it to me
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody can give it to me
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need tonight.”
The way that you take my breath away
It feels like I’m slowly falling deeper and deeper, deeper and deeper
'Cause all I need is one love, one love, one heart
'Cause all I need is one love, one love, one heart
Baby give it to me
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody can give it to me
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need
'Cause I don’t want-want nobody when I got-got your body
Baby no no nobody has got what I need tonight.”
Lelaki itu telah berhasil
menyelesaikan lagunya itu dan kini tepuk tangan mulai terdengar dari para siswa
yang ada di ball room itu. Justin hanya tersenyum dan kemudian bangkit dari
kursi piano yang sejak tadi ia duduki. Kali ini lelaki itu mengambil sebuah
gitar dan menarik sebuah bangku tinggi ke tengah-tengah panggung itu. Justin
mendudukan dirinya di atas bangku itu dengan memegang gitarnya yang siap untuk
di petik. Mikrofon yang sejak tadi telah menempel di samping bibirnya pun
segera Justin nyalakan. Sebelum memulai lagu keduanya lelaki itu kembali
membuka suaranya kembali.
“Dan
aku akan menyanyikan lagu keduaku yang berjudul ‘Fall’ masih untuk gadis yang sama. Aku berharap
kamu akan menyukai lagu ini Jessica Athena Jhonson”, ucap Justin sambil menatap
mata Jessy intens. lelaki itu menyunggingkan senyumnya kepada gadis itu dan
kemudian menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya mulai memetik gitarnya,
memainkan sebuah alunan music yang merdu.
“Well, let me tell you a story
About a girl and a boy”
Megan
memelototkan matanya begitu merasa mengenal lagu yang lelaki misterius itu
nyanyikan. Gadis itu benar-benar tidak asing dengan lirik lagu yang lelaki itu
nyanyikan. Megan tentunya tidak akan lupa dengan lirik lagu yang bermakna
begitu dalam itu. Kini megan tau siapa lelaki misterius di depan dan membuat
gadis itu menelan ludahnya begitu mengetahui siapa gadis yang di maksud oleh
Justin, lelaki misterius yang bernyanyi di depan itu. Lagu itu untuk Jessica
sahabatnya. Dan kini megan mengerti kenapa rasanya dia merasa kalau cerita yang
lelaki itu ceritakan beberapa hari yang lalu terasa mirip dengan cerita
sahabatnya itu, karena memang Jessy lah yang Justin ceritakan dan Justin lah
sahabat sekaligus cinta pertama sahabatnya yang ia, Jade dan Tristan sebut
Brengsek. Megan meruntuki kebodohan dirinya karena baru menyadari hal itu saat
ini, tapi tiba-tiba senyuman terkembang dari bibir gadis itu. Gadis itu tidak
berniat menghentikan semuanya. Dia tau Justin dan sahabatnya memiliki perasaan
yang sama, dan kini gadis itu tidak akan marah karena dia tau seberapa
menyesalnya Justin telah melukai hati sahabatnya itu. Megan hanya tersenyum
membanyangkan bagaimana ekspresi sahabatnya saat tau kalau itu adalah Justin,
lelaki yang pernah melukainya dulu, cinta pertamanya.
“He
fell in love with his best friend
When she's around, he feels nothing but joy
But she was already broken, and it made her
blind
But she could never believe that love would
ever treat her right”
Justin menghentikan permainan
gitarnya sebentar membuat para penonton menatapnya heran. Lelaki itu terdiam
sesaat menatap kearah Jessy dan kemudian mengarahkan tangannya kearah topengnya
dan membuka topeng yang menghalangi wajahnya itu. Semua orang terkejut dan
beberapa gadis berteriak histeris begitu menyadari kalau lelaki bertopeng yang
bernyanyi di atas panggung itu adalah seorang Justin Bieber, Lelaki yang
popular di kampus itu. Ekspresi terkejut yang ketara juga tampak di wajah
Jessy. Gadis itu membelalakan matanya saat melihat wajah dari lelaki misterius
yang berdansa dengannya tadi. Gadis itu membeku di tempat sambil tetap menatap
kearah lelaki di atas panggung itu yang kini telah melanjutkan nyanyiannya
sambil menatap tepat ke matanya.
“Did you know that I loved you or were
you not aware?
You're the smile on my face
And ain't going nowhere
I'm here to make you happy, I'm here to see
you smile
I've been wanting to tell you this for a long
while
What's gonna make you fall in love?
I know you got your wall wrapped all the way
around your heart
Don't have to be scared at all, oh, my love
But you can't fly unless you let yourself,
You can't fly unless you let yourself fall”
Air mata mulai mengalir membasahi
pelupuk mata gadis itu. Bermacam perasaan kini di rasakan Jessy. Sedih, senang
dan Rindu bercampur menjadi satu begitu gadis itu melihat lelaki itu kembali.
Gadis itu masih terdiam membeku di tempatnya sambil mengerjapkan matanya
beberapa kali yang membuat air matanya turut mengalir ke pipinya yang tertutup
oleh topeng. Beberapa pasang mata kini telah menatap kearah gadis yang menangis
itu, menatap dengan pandangan bingung, cemburu dan iri. Sedangkan Justin masih
meneruskan lagunya sambil tersenyum ke arah gadis itu.
“Well, I can tell you're afraid of what
this might do
Cause we got such an amazing friendship and
that you don't wanna lose
Well, I don't wanna lose it either
I don't think I can stay sitting around while
you're hurting babe, so take my hand”
Justin turun dari atas panggung dam
berjalan perlahan kearah Jessy yang membeku di tempat masih dengan memainkan gitar dan menyanyikan
lagunya. Tidak sedetikpun Mata lelaki itu terlepas dari gadis yang kini ada di
depannya, menangis. Justin menghentikan permaian gitarnya tapi masih terus
benyanyi. Tangan lelaki itu kini meraih tangan gadis di depannya itu dan
menggenggamnya erat-erat sekan tidak ingin lagi kehilangan gadis itu. Sedangkan
Jessy yang tangannya di genggam itu masih tetap terdiam tidak percaya dengan
apa yang ada di hadapannya sekarang. Air matanya turun deras dari mata biru
gadis itu.
“Well, did you know you're an angel who
forgot how to fly?
Did you know that it breaks my heart every
time to see you cry
Cause I know that a piece of you's gone
Every time he done wrong I'm the shoulder
you're crying on
And I hope by the time that I'm done with
this song that I figure out”
Tangan Justin yang satu lagi ia
arahkan ke topeng gadis itu dan membukanya membuat wajah gadis itu kini dapat
terlihat jelas. Justin menatap mata biru di depannya dengan sangat intens.
Hatinya kembali mencelos saat melihat air mata telah membasahi pipi mulus gadis
itu. Justin benar-benar tidak berniat membuat gadis di depannya itu menangis
seperti sekarang. Justin pun segera mengarahkan ibu jarinya menuju pipi gadis
itu dan mengusapnya untuk menghilangkan air mata yang telah membasahi pipi itu.
Jessy memejamkan matanya sejenak saat jemari itu mengusap pipinya dan saat ia
kembali membuka matanya tatapannya langsung tertuju ke mata coklat madu di
depannya. Justin kembali tersenyum kepada gadis itu dan kembali memainkan
gitarnya.
“What's gonna make you fall in love?
I know you got your wall wrapped all the way
around your heart
Don't have to be scared at all, oh, my love
But you can't fly unless you let yourself,
You can't fly unless you let yourself fall
I will catch you if you fall
I will catch you if you fall
I will catch you if you fall
But if you spread your wings
You can fly away with me
But you can't fly unless you let your...
You can't fly unless you let yourself fall
So fall in love (in love)
I know you got your wall wrapped all the way
around your heart
Don't have to be scared at all, oh, my love
But you can't fly unless you let your... let
yourself fall, oh baby.”
Sura Musik dari petikan gitar pun
terhenti seiring berakhirnya lagu yang dinyanyikan oleh Justin. Lelaki itu
langsung menyingkirkan gitarnya dan memeluk gadis yang ada di depannya itu
dengan erat, membisikan kata cinta dan rindu yang selama ini ia pendam di
telinga gadis itu. Air mata Jessy yangg tidak kunjung berhenti mengalir sejak
tadi pun kini membasahi tuksedo lelaki yang memeluknya itu. Tangan gadis itu
yang sejak tadi hanya diam tergantung pun mulai ia lingkarkan ke pinggang
lelaki di depannya. Gadis itu benar-benar tidak pernah menyangka kalau lelaki itu
akan muncul kembali di hadapannya, menyanyikan sebuah lagu untuknya. Jessy
benar-benar merindukan lelaki itu, wajahnya, senyumnya, matanya, suaranya.
Berapapun kali gadis itu mencoba melupakan lelaki itu dari fikirannya tetapi
tetap saja tidak bisa, otaknya seperti telah terkontrol dengan otomatis untuk
mengingat lelaki itu. Jessy memang membenci lelaki didepannya itu karena pernah
menyakiti hatinya, tapi rasa cinta gadis itu mengalahkan rasa bencinya itu.
Kini lelaki itu ada di hadapannya, memeluknya dan membisikannya kata rindu dan
cinta berkali-kali tanpa lelah, dan Jessy merasa tidak akan pernah bosan dengan
kata-kata yang sama yang terus lelaki itu ucapkan.
“I Miss you, i miss you, i miss you,
i miss you, i miss you so much Jessy, I Love you.”, kata-kata itu terus justin
ucapkan berkali-kali di telinga Jessy tanpa kena lelahnya. Bahkan Justin merasa
kalau kata-katanya itu belum cukup untuk mengungkapkan seberapa besar rasa
cinta dan rindu dirinya kepada gadis itu. Justin masih memeluk Jessy dengan erat,
tidak memperdulikan ribuan pasang mata yang menatapnya. Dia tidak perduli kalai
ia akan menjadi buah bibir para siswa di kampusnya setelah ini, yang lelaki itu
tau adalah dia merindukan gadisnya itu, gadisnya yang tengah menangis di dalam
pelukannya saat ini.
Setelah beberapa lama terdiam dalam
posisi berpelukan Justin pun mulai melepas pelukannya dari gadis di depannya
yang kini tengah menunduk tidak menatapnya. Justin pun meletkkan tangannya di
kedua pipi gadis itu dan mengangkat wajah gadis itu agar menatapnya. Saat
Justin dapat kembali melihat mata biru itu senyumnya mengembang di wajahnya.
Lelaki itu benar-benar merindukan gadis itu, merindukan mata biru milik gadis
itu yang seindah langit di siang hari. Justin mengusap pipi gadis itu dengan
jemarinya dan kemudian mencium pipi gadis itu dengan sangat lembut. Setelah itu
Justin pun menarik pergelangan gadis itu untuk mengikutinya keluar dari ball
room tersebut. Jessy hanya terdiam pasrah mengikuti apa yang Justin lakukan
padanya. Gadis itu benar-benar masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat
saat ini. Semuanya terasa bagaikan mimpi bagi gadis itu.
Jessy dan Justin telah berada di
sebuah koridor kosong di luar ball room. Jessy masih saja terdiam kaku di
hadapan Justin sambil mengerjapkan matanya beberapakali mencoba memastikan
kalau lelaki yang berada di hadapnnya sekarang adalah sungguhan. Justin hanya
tersenyum memandang ke arah gadis di hadapannyanya itu, lelaki itu merasa
sangat bahagia karena bisa melihat wajah itu lagi. Mereka berdua hanya terdiam
hingga akhirnya Justin mulai membuka suara.
“Hai”, sapa Justin dengan senyum
yang terkembang di bibirnya. Gadis di hadapannya sedikit tersentak dengan
sapaan jutin itu sampai akhirnya membalas sapaan itu dengan canggung.
“H—hai”
“Long time no see jessy. How are
you?”, lunjut Justin membuat jessy di
depannya kini menatap mata hazel lelaki itu. Gadis itu kini mengerti kenapa
sejak tadi ia seperti mengenal mata dan senyum lelaki misterius bertopeng tadi,
itu karena memang ia mengenalnya, mengenal lelaki yang telah cukup lama
menghilang dari hidupnya sejak ia pindah ke paris. Jessy cukup terkejut karena
bias bertemu di sini, tetapi ia juga merasa bahagia karena bisa melihat wajah
lelaki itu lagi.
“Yeah, long time no see Justin. I’m
good. How about you?”, jawab Jessy mencoba untuk menutupi kegugupannya di
hadapan lelaki itu. Entah kenapa ketika berada di depan lelaki itu
keberaniannya seakan menghilang begitu saja, padahal ia bisa menyanyi dan
berjoget dengan santai di panggung selama ini.
“I’m good too. Emm.. you looks—so different
now”. Mendengar perkataan lelaki di depannya itu tiba-tiba ingatan Jessy
terbang ke peristiwa yang terjadi di sekolahnya di Canada dulu, saat Justin
mengejeknya dengan kata-kata kejam dan membuatnya menangi semalaman karena
kata-kata lelaki itu. Jessy menelan ludahnya, perasaan takut di ejek kembali
mendatanginya. Seluruh kepercayaan diri yang telah ia bangun selama berada di
paris seakan lenyap begitu saja saat ia berhadapan dengan seorang Justin.
“You looks so Beautiful now. I love
your style, but i love the old you too.”, lanjut Justin yang membuat Jessy
memhembuskan nafasnya yang sejak tadi ia tahan entah kenapa. Tapi kemudian
gadis itu menatap Justin tajam, mearasa tersinggung dengan kata-kata terakhir
Justin barusan. Dia menyukai gaya lama ku
juga? Bukannya dia membenciku dan selalu mengatai ku jelek dulu? Guma gadis
itu dalam hati. Jessy tidak mengerti dengan pemikiran Justin. Apa lelaki itu
mengalami amnesia atau kepalanya terpentok sesuatu sehingga laki-laki itu berubah
jadi baik?
Justin yang melihat perubahan sorot
mata Justin pun menjadi bingung sendiri. “Kenapa? Apa ada yang salah dengan ku
atau kata-kata ku?”, Tanya lelaki itu dengan polosnya.
“Apa kau mengalami amnesia atau
kepala mu terpentok sesuatu saat berada di canada sehingga kau memujiku seperti
ini? Kau tidak seperti Justin yang ku kenal di Canada. Atau janga-jangan kamu
bukan Justin Bieber? Jika kamu memang Justin Bieber, kenapa kamu bias berada di
sini?”, Jessy berucap dengan sangat polosnya layaknya seorang anak kecil yang
berucap pada orang asik yang terlihat akan menculiknya. Kepolosan gadis itu
memang tidak pernah berubah sejak dulu, hanya saja kini gadis itu jauh lebih
terbuka dan cerewet dari pada dahulu. Justin yang mendengar rentetan kata-kata
Jessy itu hanya tersenyum melihat kepolosan gadis itu.
“Sifat mu tidak berubah ya sejak
dulu, tetap sepolos Jessy yang ku kenal. Gezz.. hanya saja kamu lebih cerewet
sekarang. Dengarkan aku. Aku tidak Amnesia atau pun terpentok apapun, aku sehat
dan aku masih sama seperti terakhir kamu melihatku. Aku Justin Bieber, tidak
akan ada orang yang bias menyamar menjadi sepertiku dengan ketampanan ku yang
asli ini. Aku berada disini karena aku berkuliah di sini untuk.— Mengejarmu”,
sifat percaya diri Justin muncul kembali membuat gadis idi depannya kini yakin
kalau yang berada di hadapannya benar-benar Justin Bieber sahabat kecilnya
dulu. Jessy agak terkejut saat mendengar kata-kata terakhir Justin tadi.
“Mengejarku? Tapi buat apa?”
“Dengarkan aku..”, Justin menarik
kedua tangan Jessy dan menggenggamnya membuat jessy merasakan sebuah sengatan
kecil saat tangan lelaki itu menggenggamnya. Jessy merasakan seluruh tubuhnya
berdesis.
“Aku—merasa sangat menyesal dengan
perbuatanku selama ini padamu. A—aku minta maaf karena telah menyakiti mu
selama ini, semua itu benar-benar adalah pengalaman terburuk yang pernah
terjadi dalam hidupku. Andai aku bias kembali ke saat itu, aku tidak akan
berbuat sekejam itu padamu. Maaf kan aku juga karena telah melanggar janji ku
dulu pada mu. Aku benar-benar merasa bodoh begitu aku sadar kalau aku telah
benar-benar melanggar janji itu. Setelah kamu pergi aku baru sadar semua itu.
Dan aku juga baru sadar akan perasaan ku padamu. Aku—mencintai mu Jessy. Bukan
sebagai sahabat, tapi sebagai seorang lelaki. Maukah kamu memberikan kesempatan
kedua untukku untuk memperbaiki semua kesalahan ku itu?”. Jessy terteguh
mendengar ucapan Justin. Semua ini terasa bagai mimpi baginya saat ia mendengar
kalau ternyata lelaki di depannya juga mencintainya. jessy berusaha meyakin kan
dirinya sendiri kalau ini bukan mimpi dan dia terlihat berfikir sekarang.
Baru saja Jessy ingin membuka
mulutnya saat tiba-tiba ketiga sahabatnya muncul di hadapannya dan Justin yang
kini masih bergandengan. Tampak raut bingung dan terkejut tergambar jelas di
wajah Tristan dan Jade, sedangkan berbeda dengan Megan yang hanya tersenyum
memandang kedua orang yang sedang bergandengan itu. Jessy merasa canggung
karena kedatangan ketiga sahabatnya itu dan ia pun segera melepas tangannya
yang di genggam oleh Justin itu. Gadis itu kemudian menatap wajah ketiga
sahabatnya bergantian dan tampak wajah-wajah yang meminta penjelasan padanya.
Gadis itu hanya bias membuang nafasnya kemudian menggigit bibir bawahnya. Gadis
itu terlihat bingung mengeluarkan penjelasannya kepada sahabat-sahabatnya itu
saat teriangat seberapa bencinya para sahabatnya kepada Justin sehingga mereka
memberikan panggilan ‘Brengsek’ untuk Justin. Tristan dan Jade masih terdiam
tidak berkata-kata tetapi sorot mata mereka sudah biasa menjelaskan hal yang
tidak mereka katakana dan mereka tau kalau gadis di depannya itu tau apa yang
mau mereka katakana.
“Emm..”, Jessy hanya berguma sambil
terlihat berfikir.
“Jes..”, panggil Tristan dan sorot
matanya masih menunjukan kalau dia meminta penjelasan pada dirinya tentang
siapa lelaki yang bersamanya itu.
“Emm.. Guys ini—Justin, Sahabat
kecilku yang pernah aku ceritakan pada kalian”, ucap gadis itu ragu-ragu dan
menatap wajah sahabat-sahabatnya itu satu persatu.
“Justin Bieber? Lelaki popular di
kampus ini adalah sahabat kecilmu yang bre—ah maksudku sahabat kecil yang kau
ceritakan itu?”, ucap Jade tidak jadi mengatakan kata Brengsek sebagai
panggilan Justin. Yah, paling tidak gadis itu masih menjaga kesopanannya di
hadapan lelaki popular yang pernah ia idolakan itu. Ya, ‘pernah’ karena mulai
detik ini ia berhenti mengidolakan lelaki itu karena tau kalau lelaki itu
adalah lelaki brengsek yang pernah menyakiti hati sahabatnya itu.
“Ya. Dia lelaki yang ku ceritakan
dulu.”
Semua terdiam setelah Jessy
mengatakan hal itu. Tristan pun telah terdiam sejak tadi dan hanya menatap
Justin dengan sorot benci dan tidak suka. Tristan itu begitu benci dengan
lelaki yang sekarang berada di sebelah Jessy itu, lelaki yang pernah melukai
hati sahabatnya itu dan membuat gadis itu sering terlihat sedih dan terpuruk
jika ia tidak menghibur gadis itu. Bahkan lagu-lagu yang di ciptakan oleh gadis
itu pun sudah bisa menjelaskan seberapa sedihnya gadis itu karena lelaki itu. Semua terdiam sampai Jessy kembali
membuka suaranya kembali.
“Bisa kalian membuka Topeng kalian?” tidak ada yg
membalas pertanyaan Jessy itu dan hanya di balas dengan tindakan membuka topeng
masing-masing, dan kini 3 tiga orang itu telah menampakkan wajahnya
masing-masing. Jessy hanya tersenyum melihat mereka satu per satu dengan sorot
mata yang berbeda-beda. Kemudian gadis itu mensejajarkan tubuhnya di samping
justin dan menatap peria di sebelahnya itu.
“Emm.. Justin.
Mereka adalah sahabatku sejak di high school. Ini Jade, dia asli sini, kemudian
di sebelahnya adalah Tristan, dia berasal dari California, Amerika, dan gadis
yang terakhir adalah-”
“Megan.”,
jawab Justin menyelak Jessy yang sedang memperkenalkan sahabat-sahabatnya itu.
Justin tersenyum ke arah Megan tanpa memperdulikan Jessy, megan dan Tristan
yang menatap mereka bingung.
“Kau mengenal
megan?”, Tany Jessy pada Justin.
“Dia mengenal
mu meg?”, lanjut Jade bertanya kepada Megan sedangkan Tristan hanya menatap
megan menunggu jawaban gadis itu.
“Dia
menghampiriku saat sedang membuat lagu di sebuah taman dan dia memperkenalkan
diri padaku begitu saja. Oh ya meg, terimakasih untuk yang waktu itu, kau
membuatku percaya diri kembali.”, jelas Justin kepada Jessy dan yang lain di
lanjutkan berterimakasih pada Megan. Jessy, Tristan, dan Jade yg tidak mengerti
dengan apa yang terjadi di antara dua orang itu hanya bisa terdiam.
“Sama-sama.
Aku hanya mengeluarkan pendapat yang ada di fikiranku. Dan, aku tidak menyangka
kau akan menyanyikan lagu itu di Prom ini, Aku suka dengan lagu mu itu.”
Kedua orang
itu tampak membicarakan sesuatu yang pernah terjadi di antara mereka yang Jessy
tidak tau. Ada perasaan kesal dan cemburu yang kini di rasakan gadis itu karena
melihat Megan tampak akrab berbicara dengan Justin sedangkan ia belum pernah sebelum
nya sedekat itu dengan Justin setelah beberapa tahun berlalu. Jessy hanya
terdiam menatap kedua orang itu tetapi benaknya penuh dengan bermacam-macam
pertanyaan yang ingin di lontarkan kepada mereka berdua. Kenapa bisa? Kenapa Justin bisa sangat akrab dengan Megan? Sudah berapa
lama mereka berkenalan? Apa yang sedang mereka bicarakan? Kenapa mereka tampak
memuji satu sama lain?Kenapa? Jessy berusaha berfikir positif kepada
sahabatnya itu. Dia yakin sahabatnya itu tidak akan membuatnya terluka karena
selama ini mereka lah yang berusaha membuat dirinya tersenyum dan melupakan
semua masa lalunya yang menyedihkan. Pada akhirnya Jessy memutuskan untuk
bertanya kepada Megan.
“Ehem.. Meg.”,
Ucap Jessy membuat Megan menghentikan aktifitasnya mengobrol dengan Justin.
“Kau kenal
dengan Justin? Sudah berapa lama? Ka—kau tidak pernah bercerita padaku.”, tanya
Jessy pelan dan ragu-ragu.
Megan menatap
Jessy sebentar kemudian tersenyum penuh arti. “Kau tidak tau? Kata siapa aku
tidak pernah cerita padamu? Aku sering bercerita bukan, hanya saja kamu sekana
tidak pernah mendengarkan dan memikirkannya. Yah tidak apa sih.”
“Kau pernah
bercerita? Emm.. kapan? Maaf kalau aku menganggap ceritamu tidak begitu
penting, itu karena aku—”
“Aku tau kamu
jes. Kamu memang kurang berbaur dengan lingkungan, jika tidak ada kami mungkin
kamu akan kesulitan mendapatkan teman dekat. Kamu sampai tidak tau kalau
tentang Justin. Kau tau? Dia sangat populer di kampus ini, sama sepertimu.”
“Benarkah? Aku
tidak tau itu.”
“Bagai mana
kau mau tau kalau otakmu itu hanya berisis tentang masa lalu mu dan membuat
lagu.”, degus Megan.
“Ah ya,
memang”, Jessy terkekeh kecil.
“Justin itu
populer di kampus kita. Semua gadis di kampus mengenalnya. Coba saja kau
tanyakan pada seluruh gadis di sini siapa yang tidak mengenal Justin, mungkin
hanya kamu. Justin mempunyai banya penggemar dan aku danm Jade ada sala
satuhnya”, Megan tersenyum bangga begitu mengucap kata penggemar Justin
sedangkan Jade yang namanya di sebut langsung memelototi Megan.
“Kau penggemar
Justin juga Jade?”, tanya Jessy kini kepada Jade yang sudah berusaha
menutupinya sejak tadi.
“Gezz.. Benar.
Tapi itu sebelum aku tau kalau dia adalah laki-laki Brengsek yang selama ini
kamu ceritakan. Aku tidak lagi menyukainya dan aku tidak setuju kalau kamu
bersamanya, dia akan meluakai mu lagi jes.”, ucap Megan dan Tristan menyahut
membenarkan ucapan Jade itu.
“Jade!”,
panggil Jessy kepada gadis itu tidak suka dengan ucapan sahabatnya itu tentang
Justin. Jessy bahkan memang tidak pernah merasa suka saat sahabatnya itu
memanggil Justin dengan sebutan lelaki brengsek.
“Aku tidak mau
kamu terluka lagi jessica. Aku senang kamu bisa tersenyum lagi dan mencoba
melupakan lelaki itu, tetapi dengan entengnya dia datang dan meminta maaf
setelah apa yang dia perbuat padamu. Aku peduli padamu tapi kau malah
membelanya. Sudahlah, aku tidak mau ikut campur lagi dengan kehidupanmu. Dan
jangan temui aku lagi jika kau masih bersamanya!”, Gadis itu pergi begitu saja
meninggalkan yang lainnya setelah berupac demikian. Jade terlihat sangat
membenci Justin. Dan itu membuat Jessy sedih.
Jessy hanya
bisa memperhatikan punggung Jade yang semakin lama semakin menjauh dan
menghilang di depan pintu Ball room. Kini Jade memalingkan wajahnya ke arah
Tristan dan menatap sahabat prianya itu dengan tatapan memohon. Tristan hanya
mengangkat bahunya tidak mau tahu kemudian ikut pergi meninggalkan Jessy.
Jessy
menghembuskan nafasnya berat dan kemudian menatap Megan dan Justin bergantian.
Raut sedih dan kecewa jelas terukir di wajah gadis itu. Dia hanya memiliki satu
sahabat yang mendukunya saat ini. Memang lebih baik dari tidak ada sama sekali,
tetapi dia tetap kecewa karena kedua sahabatnya meninggalkannya kini. Tidak kah
mereka tau kalau Jessy begitu tersiksa karena tidak bisa melupakan Justin dan
sangat merindukan peria itu. Sekarang Jessy sudah bisa tersenyum lagi berkat
Justin dan bahkan lelaki itu berjanji tidak akan menyakitinya lagi. Jessy tau
kalau kedua sahabatnya itu hanya ingin yang terbaik untuknya, tapi bagi Jessy
Justin lah yang terbaik saat ini. Semuanya begitu membingungkan untuk gadis itu
kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar