Kamis, 05 Desember 2013

Bieber Love Story - Be Alright



Title : Be Alright
Author : Nabila Kholisoh
Genre : Romance, Angst, Hurt/Confort, True Love, Hostility, Sacrifice, Alternative Universe
Length : 
Completed
Kind : One
-Shot
Casts : Chanel Celaya as Abigail Adrien Saralee, Justin Bieber
, Madison Beer as Melody Kyndra and the others
Disclaimer : All the characters, the story line, the quotes and the ideas are belong to me. Think twice before copying. Don't break all your dreams to be areal fan fiction author by copying this very amateur story. Grow up and respec other creativity
Author's notes : Thanks to google, google translate and Wikipedia for their help. Thank so much. Just for warning, this fan fiction contains of  many bad words that should not be imitated, abalism, gajeness, typos, and any other imperfect factors. I'm just an amateur author, and i hope you can understand that. Accept all critics and advices but no flames nor flammers and silent readers (sider). Be a good reader isn't hard, guys. At last but not least, happy reading..


***

[10 January 2013. Los Angeles, America]

“Across the ocean, across the sea,
  Starting to forget the way you looked at me now
  Over the mountains, across the sky,
  Need to see your face, I need to look in your eyes

  Through the storm and through the clouds
  Bump on the road and upside down now
  I know it’s hard, babe, to sleep at night
  Don’t you worry
  ‘cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
  Be alright, ai-ai-ai-aight

  Through the sorrow, and the fights.
  Don’t you worry
  ‘cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
  Be alright, ai-ai-ai-aight

  All alone, in my room
  Waiting for your phone call to come soon
  And for you, oh, I would walk a thousand miles,
  To be in your arms, holding my heart

  Oh I,
  Oh I.
  I Love You
  And everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
  Be alright, ai-ai-ai-aight

  Through the long night
  And the bright light
  Don’t you worry
  ‘cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
  Be alright, ai-ai-ai-aight

  You know that I care for you
  I’ll always be there for you
  I promise I will stay right here, yeah

  I know that you want me too,
  Baby we can make it through anything
  ‘cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
  Be alright, ai-ai-ai-aight

  Through the sorrow, and the fights.
  Don’t you worry
  ‘cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
  Be alright, ai-ai-ai-aight

  Through the sorrow, and the fights.
  Don’t you worry
  Everything’s gonna be alright”

Melodi indah yang mengalun dari petikan senar gitar memecah sunyinya malam. Suara yang lembut dan merdu menyanyikan bait dengan bait sebuah lagu kenangan ciptaan seseorang yang telah lama hilang dari hidup Abigail. Hanya seorang Justin Drew Bieber yang berhasil membuat 1 tahun lebih kehidupan Abigail terasa bagaikan 1000 tahun lamanya. Hanya seorang Justin yang bisa membuat setiap malam abigal menjadi hampa, setiap harinya menjadi sepi. Hanya seorang Justin Bieber yang telah meninggalkan dirinya dari satu tahun yang lalu, meninggalkan status yang tak jelas diantara dia dan dirinya. Di hari terakhir mereka bertemu Justin bahkan hanya meninggalkan sebuah lagu ciptaannya dan satu kalimat terakhir yang Abigail selalu ingat.

“Everything’s gonna be alright babe!”

Tidak ada kata-kata perpisahan atau apa pun lainnya yang Justin katakana di hari terakhir itu. Membuat Abigail bingung, resah dan hancur.

           
            Semua kenangan masa-masa indah bersama Justin dulu terus terekam di benak Abigail, membuat butir demi butir air mata mulai meluncur melewati kedua pipi lembutnya. Masih dengan menyanyikan lagu berjudul Be Alright buatan Justin sambil memetikan gitarnya ribuan kenangan masa-masa bersama Justin dulu meluncur di dalam otaknya bagai sebuah film panjang. Pertemuan pertama, Perkenalan, Obrolan pertama, Candaan pertama, hari jadi, ciuman pertama, kencan pertama, pertengkaran pertama, kado ulang tahun pertama, hari jadi pertama, dan masih banyak kenangan-kenangan bersama Justin lainnya. Bahkan Abigail masih ingat dengan jelas saat pertama kali Justin mengajarkannya bermain gitar, hingga sekarang dia bisa memainkan ribuan lagu apapun dengan lancar menggunakan gitarnya sendiri. Hubungannya dengan Justin memang tidak bisa di bilang berjalan dengan baik-baik saja karena kedua orang tua dari pihak Justin dan Abigail tidak pernah menstujui hubungan yang terjadi di antara mereka berdua. Keluarga Abigail yang terbilang kaya dan terpandang berbeda dengan Keluarga Justin yang biasa-biasa saja membuat keluarga Abigail menolak mentah-mentah hubungan Abigail dengan Justin. Tapi Justin dan Abigail tetap saja menjalani hubungan mereka tanpa perduli dengan orang tua mereka masing-masing, karena buat mereka selama ada Cinta semuanya akan baik-baik saja. Yeah, Everything’s gonna be Alright.

            Abigail mengakhiri lagunya dengan hembusan nafas berat yang membuat asap-asap tipis dari hembusan hangat nafasnya terbentuk di sekitarnya mulutnya. Ya, udara malam ini memang dingin karena  sekarang sudah masuk musim dingin di Amerika dan Abigail bernyanyi di balkon kamarnya hanya dengan menggunakan piyama dan selimut tipisnya. Memang ini lah hal yang sering Abigail lakukan saat dia tidak bisa tertidur di malam hari, menyanyikan lagu ciptaan Justin sambil mengingat semua kenangan pahit yang telah ia lalui sendirian tanpa Justin. Setelah lega barulah dia bisa tertidur dengan pulas. Memang hal yang aneh karena sampai saat ini Abigail belum kunjung bisa melupakan Justin dari hati dan pikiran meski 1 tahun telah berlalu. Abigail memang bukan gadis yang jelek sehingga tidak dapat mendapatkan pengganti Justin, karena sesungguhnya Abigail adalah gadis yang sempurna. Kulit yang putih dengan mata sebiru lautan dan rambut Pirang kecoklatannya yang tergerai Indah dapat membuat lelaki manapun ingin menjadikannya kekasih. Tapi hanya ada satu orang yang tetap berada di dalam hatinya yang paling dalam, satu orang yang bukan lain adalah Justin Bieber.


***

[1 March 2011. Ontario, Canada]

            “Happy Birthday Babe, I wish we will always together until we die. I love you so much Justin Drew Bieber.”
            “I love you more Abigail Adrien Saralee. Thanks for your love and always with me in a sad or happy.
            “Aku punya hadiah untukmu, tapi akan ku berikan nanti di rumah pohon. Kamu harus datang ke sana jam 8 malam. Ingat Jam 8 malam, jangan Lupa! Dan jangan datang sebelum jam 8 malam, kalau tidak aku akan marah padamu.”
           
            Aku sedang menyiapkan sebuah pesta kecil-kecilan di rumah pohon khusus untuk kami berdua jam 8 malam nanti, dan aku sangat berharap kalau Justin tidak menghancurkan rencanaku dengan datang ke rumah pohon lebih cepat. Dan aku juga berharap kalau orang tua ku tidak menghalangiku untuk pergi menyiapkan hadiah untuk Justin hari ini dengan melarang ku pergi keluar rumah. Mom dan Dad sudah tau kalau hari ini adalah ulang tahun Justin dan mereka pasti akan mengawasi ku lebih ketat untuk tidak menemui Justin hari ini. Mereka benar-benar tidak setuju dan tidak suka jika aku memiliki hubungan dengan Justin hanya karena Justin bukan lah orang yang memiliki banyak harta seperti keluarga ku. Tapi aku tidak perduli dengan harta, yang ku inginkan hanya cinta Justin karena selama bersama Justin hidupku terasa sempurna. Harta yang banyak tidak bisa membuat ku bahagia, karena jika harta ku hilang aku bisa mencarinya lagi sedangkan Cinta tidak bisa.

            Saat jam menunjukkan pukul 11 aku pergi dari rumah menuju rumah pohon di bukit tempat biasa aku dan Justin menghabiskan waktu berdua. Sebelum pergi tadi mom sempat menanyakan ku, tapi aku berbohong dengan mengatakan kalau aku mau pergi mengerjakan tugas di rumah Jesicca dan tentu saja mom langsung mengizinkan ku pergi. Untung saja aku juga sudah meminta pada Jessica untuk berbohong pada orang tua ku kalau-kalau mereka menghubungi Jesicca nanti. Dan pada akhirnya sekarang aku berhasil menyiapkan desain dan perlengkapan lainnya untuk pesat kecil-kecilan nanti malam di bantu oleh Jesicca. Aku berharap Justin menyukai hadiah dari ku ini.


***

Sekarang jam sudah menunjukkan angka 8 malam dan aku sudah berada di rumah pohon menunggu kedatangan Justin kemari. Suasana di rumah pohon malam ini terasa berbeda berkat lilin-lilin yang banyak ku pasang di sekitar rumah pohon. Aku menunggu Justin sambil memandang indahnya langit malam ini yang diterangi bulan dan ribuan bintang-bintang. Saking asyiknya memandang langit malam aku sampai tidak sadar saat tiba-tiba Justin memeluk tubuhku dari belakang.

            “Serius sekali memperhatikan langit sampai tidak sadar saat aku datang”
            “Hehe… bulan dan bintang malam ini sangat cantik”
            “Tapi bagiku bulan dan bintang hari ini tidak lebih cantik dari gadis yang berada bersama ku sekarang”, puji Justin membuat mukaku bersemu merah.
            “Haha.. someone blushing”
             “Urghh.. jangan menggoda ku lagi”, ucapku sambil memonyokan bibirku.
            “Haha.. habis aku suka melihat mukaku kalau sedang ku goda. Oh ya, jadi mana hadiahku”, tanya Justin tiba-tiba.
            “Oh iya, tunggu dulu”

            Aku pergi mengambil kue yang kuletakkan tidak jauh dari tempat kami duduk dan menyalakan lilin berbentuk angka 18.

            “Happy Birthday To you, Happy Birthday to you, Happy Birthday dear Justin, Happy Birthday to you…”, nyanyiku sanbil membawa kue tersebut ke hadapan Justin.
“Ayo buat permintaan dan tiup lilinnya.”, ucapku bersemangat.
“Kau pasti sudah tau apa harapan ku babe, tapi tidak apa jika aku mengucapkan harapanku lagi di depan mu sekarang”

“I hope i can with Abigail Adrien Saralee until i die because i love her so much and i don’t want to lose her.”, aku hanya bisa tersenyum mendengar harapan Justin, harapan yang selalu kami panjatkan. Together until we die!
            Setelah mengucapkan harapannya Justin pun segera meniup lilin berbentuk angka 18 itu dengan semangat. Setelah api di lilin itu padam aku pun langsung memberikan sebuah pisau untuk memotong kue tersebut kepada Justin, tapi bukan memotong kue tersebut Justin malah mencolek crim di kue tersebut dan memeperkan crim tersebut ke pipiku dan kabur meninggalkan kue tersebut di meja sambil tertawa-tawa. Tidak terima dengan kelakuannya aku pun ikut mencowel crim di kue tersebut dan mencoba mengejar justin yang sudah kabur terlebih dahulu. Dan pada akhirnya aku dan Justin sibuk bermain perang crim hingga kelelahan. Muka dan baju kami sudah penuh dengan crim-crim kue, tapi kami masih bisa tertawa bahagia tanpa memikirkan apa yang terjadi nanti saat pulang. Yang aku tau sekarang aku dan Justin hanya ingin menghabiskan waktu bahagia ini berdua.


***

[25 December 2011. Ontario, Canada]

            “Mau pergi ke mana kamu?!”, tanya mom dengan nada mengintimidasi saat melihatku telah berdiri di depan pintu dengan pakaian rapih khas musim dingin.
            “Apa Mom harus selalu tau kemana aku pergi? Ini Natal mom! Bisakah kalian memberikan sedikit saja waktu bebas untuk ku pergi keluar?!”
            “Jika waktu bebas itu kau lakukan bersama Justin, maka jawabannya adalah Tidak!”
            “Kenapa Mom dan Dad begitu membenci Justin hanya karena dia tidak sekaya kita?!! Apa masih kurang harta yang kita punya sehingga Mom Dad menginginkan ku dengan lelaki yang sama kayanya dengan kita?!”, terakku tidak tahan lagi dengan semua kelakuan Mom dan Dad yang selalu melarang ku berhubungan dengan Justin.

“Jaga mulut mu nona muda!!”
“Lalu apa alasannya?! Alasan yang kalian berikan sama sekali tidak masuk akal Mom!!”
“Mom dan Dad hanya ingin kamu tidak hidup menderita nantinya. Jika bersama Justin kamu akan hidup menderita, dia tidak akan bisa membahagiakan mu”
“Kalau maksut Mom dengan kebahagian itu adalah uang maka Mom salah, karena aku tidak merasa bahagia dengan uang yang telah kita miliki. Aku hanya ingin cinta dari Justin Mom!!!”
“Mom tidak akan pernah menyetujui hubungan mu dengan Justin, sekarang pergi ke kamarmu nona muda!! Tidak ada waktu bebas untuk mu hari ini meski hari ini Natal sekali pun”
“MOM JAHAT!!! AKU BENCI DENGAN MOM DAN DAD!!!!”, teriakku sambil berlari ke kamar ku dengan menangis. Kubanting pintu kamar ku kencang-kencang dan mengurung diri di dalamnya.

Kenapa Mom dan Dad begitu membeci Justin hanya kareena dia tidak sekaya keluarga ku? Itu sunggu alasan yang konyol untuk melarang ku berhubungan dengannya. Mom dan Dad memang tidak pernah bisa mengerti perasaan ku. Aku mencitai Justin dan akan tetap begitu seterusnya. Bahkan aku tidak pernah berfikir akan menjalin hubungan dengan orang lain selain Justin, karena Justin sudah cukup untukku. Dia adalah sumber kebahagiaan ku, matahari ku. Aku tidak tau akan bagai mana jadinya hidupku tanpa Justin. Justin yang telah merubah hidupku, merubah cara pandang ku tentang kebahagiaan. Dulu aku sama seperti Mom dan Dad, menganggap kalau kebahagiaan hanya datang karena uang, tidak ada sumber kebahagiaan lainnya selain harta kekayaan. Tapi semenjak bertemu Justin, semua cara pandang ku tentang hidup dan kebahagiaan telah berubah. Dia yang mengajarkanku tentang apa artinya kebahagiaan, dia juga yang mengajarkan ku tentang rasa Cinta.  Dulu aku tidak pernah berfikir untuk mencintai orang lain terlalu dalam, aku tidak perrnah perduli dengan rasa Cinta, karena bagiku itu semua memuakkan. Tapi Justin merubah ku, membatku merasakan cinta dan jatuh terlalu dalam di sana. Memabukkan ku hingga aku tidak kunjung tersadar dari biusnya. Justin adalah segalanya untukku.
Ketika aku sedang larut dalam tangisku aku mendengar sebuah ketukan kecil di kaca kamarku yang tersambung ke balkon. Dan saat ku angkat kepala ku yang tadinya ku benamkan di pahaku, aku dapat meliat Justin tengah berdiri di sana dengan senyumannya yang sangat ku sukai. Aku pun segera bangkit dari tempat tidurku menuju balkon dan tanpa aba-aba aku langsung memeluk erat tubuh Justin dan menangis di pelukannya.

“Syuuuttt... sudahlah, jangan menangis. Everything’s gonna be alright babe, i’m promise”, ucap Justin lebut sambil membelai rambut panjangku.
“I hate mom and dad! Mereka egois, tidak pernah mengerti perasaanku!”
“Kamu tidk boleh membenci mereka, aku yakin semua ini mereka lakukan karena mereka menyayangi mu.”, aku hanya bisa mendengus pelan mendengar perkataan Justin itu. Justin benar-benar baik, dia bahkan tidak mau kalau aku membenci oang tua ku yang selama ini telah menentang hubungan kami. Gezz.. bagaimana bisa orang tua ku begitu membencinya.

“Justin..”
“Yeah?”
“Aku inging keluar bersamamu, ini natal dan aku ingin menghabiskan waktu bersama mu di luar.”
“Aku tau. Itu sebabnya aku datang ke sini. Aku datang untuk mengajak pergi seorang putri untuk merayakan natal bersamaku”
“Benarkah?”
“Yeah. Tapi dengan satu syarat. Kamu harus menghapus air mata mu dan kembali tersenyum”, Mendengar syarat Justin itu aku pun langsung menghapus air mataku dari kedua pipiku dan memasang senyum termanisku pada Justin.

“Nah, begitu jauh lebih baik. Kamu terlihat sangat cantik saat tersenyum.”, puji Justin dan kemudian menggandeng tanganku dan menuntunku untuk mengikutinya turun melalui batang pohon yang berada di samping balkon kamarku. Begitu berhasil turun Justin pun langsung mengajakku menuju rumah pohon kami berdua. Di dalam rumah pohon itu Justin telah menyiapkan sebah gitar dan dengan gitar itu Justin pun mulai menyanyikan sebuah lagu ciptaannya di iringi sebuah petikan gitarnya. Lagu untuk ku..

“Across the ocean, across the sea,
  Starting to forget the way you looked at me now
  Over the mountains, across the sky,
  Need to see your face, I need to look in your eyes

  Through the storm and through the clouds
  Bump on the road and upside down now
  I know it’s hard, babe, to sleep at night
  Don’t you worry
  ‘cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
  Be alright, ai-ai-ai-aight

  Through the sorrow, and the fights.
  Don’t you worry
  ‘cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
  Be alright, ai-ai-ai-aight

            Aku menyandarkan kepalaku di pundak Justin yang berada di sebelahku tanpa menghalanginya untuk terus memetik gitarnya dan menyanyikan bait demi bait lagu ciptaannya yang bermakna sangat dalam. Ku pejamkan mataku sambil menikmati alunan gitar dan suara indah Justin yang sedang bernyanyi di sebelah ku.

 “All alone, in my room
   Waiting for your phone call to come soon
   And for you, oh, I would walk a thousand miles,
   To be in your arms, holding my heart

   Oh I,
   Oh I.
   I Love You
   And everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
   Be alright, ai-ai-ai-aight

   Through the long night
   And the bright light
   Don’t you worry
   ‘cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
   Be alright, ai-ai-ai-aight

   You know that I care for you
   I’ll always be there for you
   I promise I will stay right here, yeah

   I know that you want me too,
   Baby we can make it through anything
   ‘cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
   Be alright, ai-ai-ai-aight

   Through the sorrow, and the fights.
   Don’t you worry
   ‘cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
   Be alright, ai-ai-ai-aight

   Through the sorrow, and the fights.
   Don't you worry
   Everything's gonna be alright"

Justin pun telah mengakhiri lagunya, membuat aku yang hampir terlelap karena suara indahnya kembali membuka mata.

“Lagu dan suara yang Indah, aku rasa kamu bisa menjadi seorang penyanyi suatu hari nanti”
“Thank you babe. Aku menciptakan lagu ini agar saat kamu mendapat masalah kamu bisa mendengar lagu ini dan merasa kalau semuanya lebih baik. ‘Cause everything’s gonna be alright babe.”
“Yeah, i know. Everything’s gonna be alright as long as you're there with me
I promise, I'll always be with you, beside you”, ucap justin sambil membelai lembut pipiku yang mulai dingin karena udara musing dingin. Semakin lama muka Justin dan muka ku semakin dekat membuatku dapat merasa hembusan hangat dari hidungnya. Closer and closer, dan kami melakukan ciuman penuh cinta di bawah mistletoe yang tergantung tepat di atas kepala kami.
                          
***



[28 December 2011. Ontario, Canada]

            Aku terbangun dari tidurku karena sebuh kecupan lembut di dahiku, dan begitu ku buka mataku hari masih gelap. Ku fokuskan mataku yang masih setengah tersadar untuk melihat sosok orang yang telah membuat ku terbangun tersebut dan aku dapat melihat Justin terduduk di sebelah ku.

            “Justin..”
“Maaf  karena telah membuat mu terbangun di malam hari, Aku tidak bermaksud mengganggu tidurmu. Aku kesini hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun padamu secara langsung tepat pada pergantian malam dan meletakkan hadiah untukmu di meja. Tapi sepertinya kecupanku membuat mu terbangun.”

Aku pun mendudukan diriku dan bersandar pada pinggiran kasurku sambil tersenyum manis pada Justin.

“Tidak apa. Aku malah senang bisa meliat mu berada di sebelahku tepat pada detik-detik pertama hari ulang tahun ku”
“Happy Birthday babe. Thanks for always with me, i love you”, ucap Justin sambil menarikku masuk ke dalam dekappannya.
“I love you More Justin”
“I love you to the moon and back”
“Promise me that you'll never leave me alone Justin”
“.......”
“Justin!”, panggilku karena Justin tidak menjawab omongan ku.
“Emm.. Aaa--, yeah.. I promise babe. I'll never leave you alone because you are my life. And Always remember, no matter what happens later, everything's gonna be alright because my love just for you.”
“You are my life too Justin, bahkan aku tidak bisa memikirkan bagaimana kehidupan ku jika tidak ada kamu di sisiku. I Love You So Much Justin.”
“Yeah.... Sekarang tidurlah kembali. Bukannya besok kamu akan mengadakan pesta ulang tahun, beristrahatlah untuk besok”, ucap Justin sambil melepas pelukannya dan baru saja akan bangkit dari sebelahku jika aku tidak menahannya.

“Jangan pergi. Temani aku di sini sebentar saja, paling tidak sampai aku kembali tertidur”, pintaku pada Justin. Entah lah, aku merasa kalau aku tidak akan melihatnya lagi. Tapi mungkin itu hanya perasaan ku saja.
“Baiklah”, ucapnya dan berbaring di sebelahku. Aku pun mebaringkan tubuhku di atas dada bidangnya dan mencoba memejamkan mata kebali.
“Maukah kamu bernyanyi untukku agar aku bisa kembali tertidur”, pintaku lagi masih dengan memejamkan mata. Justin pun mulai menyanyikan sebuah lagu dengan melodi lembut sebagai lagu pengantar tidurku. Lagu kesukaanku, lagu ciptaanya yang berjudul Be Alright.

“Across the ocean, across the sea,
  Starting to forget the way you looked at me now
  Over the mountains, across the sky,
  Need to see your face, I need to look in your eyes

  Through the storm and through the clouds
  Bump on the road and upside down now
  I know it’s hard, babe, to sleep at night
  Don’t you worry
  ‘cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
  Be alright, ai-ai-ai-aight

  Through the sorrow, and the fights.
  Don’t you worry
  ‘cause everything’s gonna be alright, ai-ai-ai-aight
  Be alright, ai-ai-ai-aight

Justin bernyanyi dengan suara merdunya membuatku kembali masuk ke alam bawah sadarku, di temani oleh mimpi-mimpi indah.


Begitu Justin telah menyelesaikan lagunya dia pun menatap Abigail yang kini tertidur sangat pulas di dekapannya dengan senyuman yang terukir di bibir mungilnya. Melihat kekasihnya itu telah pulas Justin pun segera memindahkan kepala gadis tersebut dari atas dada bidangnya menuju bantal empuk milik gadis itu. Sebelum melangkah pergi meninggalkan kamar gadis itu, justin mencium pucuk kepala Abigail terlebih dahulu sambil mengucapkan kata terakhir sebelum pergi.

“Good night babe, sleep tight. I will always love you Abigail”

Justin pun pergi meninggalkan Abigail yang kini telah terlelap dalam mimpi indahnya, berharap kalau esok dia bisa menghabiskan waktu bersama lagi dengan Abigail di hari ulang tahun gadis tersebut.


*** 

            Matahari pagi telah muncul ke permukan, menyambut pagi yang dingin di Canada. Aku terbangun dari tidurku semalam dan merasakan kepalaku yang kini telah berada di atas bantal empukku. Semalam benar-benar malam yang indah saat Justin berada di sebelahku, mendekapku dengan hangat. Ingin rasanya ku hentikan waktu saat semua itu terjadi, tapi aku tidak mampu. Saat sedang asyik terhanyut dalam memori semalam, sebuah ketukan terdengar di pintuku di sambung dengan suara mom.

            “Abigail?! Wake up baby”
            “Yeah mom”
            “Mandi dan turun ke bawah untuk sarapan, ada yang mau Mom dan Dad bicarakan denganmu tentang pesta ulang tahun mu nanti.”
            “Yeah mom, aku akan segera turun kebawa begitu selesai mandi”

            Dengan langkah malas aku pun segera masuk ke kamar mandi dan begitu rapih aku pun segera turun kebawah menuju meja makan untuk makan bersama dengan Mom dan Dad. Selama berada di meja makan, aku, Mom dan Dad membicarakan rencana untuk pesta ulang tahun ku yang akan di rayakan nanti malam. Aku berniat mengundang Justin baik dengan atau tanpa izin dari Mom dan Dad. Aku akan memberikan undangan pesta ulang tahunku langsung ke rumah Justin nanti siang sedangkan pagi ini aku akan menyiapkan perlengkapan dan dekorasi untuk pestaku. Dan begitu selesai makan aku lanngsung melakukan semua persiapan itu dibantu oleh orang-orang yang sudah di pesan Dad untuk mendkorasi rumah.
            Begitu siang tiba aku langsung meninggalkan semua urusan dekorasi rumah pada orang-orang suruhan Dad tersebut dan aku pun bersiap untuk pergi ke rumah Justin. Aku pergi ke rumah Justin menggunakan mobil Porsche Hitam ku. Rumah Justin berada cukup Jauh dari rumah ku karena rumah ku berada di tengah-tengah kota dan berada di perumahan elit sedangkan rumah Justin agak berada di pinggiran kota.
Setelah perjalanan yang cukup lama aku pun sampai di depan rumah Justin. Aku memarkirkan Porsche di halaman depan rumahnya dan segera keluar dari mobilku. Begitu berada di depan pintu rumah Justin aku menarik nafasku dalam-dalam terlebih dahulu sambil berharap bukan Dad Jerremy, papah Justin yang membukakan pintu untukku karena dia pasti akan langsung menyuruh ku untuk pulang. Ku ketuk pintu di depan ku dengan perlahan, sekali, dua kali tidak juga ada sautan dari dalam. Ku ketuk kemali pintu itu lebih kencang tapi tetap tidak ada jawaban dari dalam. Saat sedang terus mencoba mengetuk pintu tersebut aku di kagetkan oleh seseorang yang mencolek bahuku. Saat aku membalik badanku aku melihat seorang ibu berdiri di hadapanku.

“Maaf mengagetkan mu nona. Saya hanya ingin memberi tahu padamu kalau penghuni rumah ini telah pindah dari pagi hari tadi.”, perkataan ibu tadi membuat jantungku seakan berhenti berdetak.
“Pi—pindah?”
“Ya, mereka pindah pagi-pagi sekali tadi. Apa kamu tidak di beri tahu? Sepertinya mereka sudah merencanakan kepindahan ini dari beberapa minggu yang lalu.”, aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
“Ah dan anak laki-laki yang bernama Justin menitipkan ini padaku, sepertinya kertas ini ditujukan untukmu”, ucap ibu itu sambil menyodorkan sepucuk kertas padaku, kemudian aku pun berterimakasih pada ibu tadi yang kemudian pergi meninggalkan ku.

Ku coba hubungi nomor handphone Justin tapi nomor itu sudah tidak aktif lagi. Lalu ku buka kertas yang kuterima dari ibu tadi dan aku tidak menemukan apa pun selain sebuah lirik lagu Be Alright ciptaan Justin disana. Tidak terasa air mata yang sejak tadi kutahan mengalir begitu saja melalui pipiku. Aku tidak percaya ini, semalam aku masih bersama dengannya, berada di pelukannya hingga aku terlelap. Tapi sekarang dia pergi, menghilang tanpa jejak. Baru saja dia berjanji padaku kalau dia tidak akan pernah meninggalkan aku sendiri, tapi sekarang apa?! Dia pergi! Pergi tanpa berkata apa-apa padaku. Bahkan dia pergi tanpa memberiku kesempatan untuk memberikan kata-kata perpisahan untuknya. Kenapa? Kenapa dia pergi? Apa dia sudah tidak mencintaiku lagi? Lantas untuk apa kata-kata cinta yang dia ucapkan semalam? Apa itu semua hanya bohong belakang? Beribu pertanyaan muncul di benakku tanpa ada yang dapat menjawab.
Airmata ku mengalir makin deras. Perasaan ku sekarang benar-benar tidak jelas, Aku sedih, hancur, sakit, dan bingung. Aku tidak tau harus berbuat apa sekarang. Akhirnya aku pun memutuskan untuk pergi kebukit tempat aku dan Justin biasa menghabiskan waktu berdua sambil berharap kalau Justin ada di sana atau meninggalkan sebuah pesan untukku. Tapi saat aku tiba di sana aku tetap tidak menemukan apa-apa. Tidak ada Justin atau pun sebuah pesan untukku. Yang ada hanya kekosongan, seperti hatiku sekarang.
Air mata ku kembali mengalir, kini tidak dapat tertahan lagi. Sekarang semua yang selama ini aku cemaskan benar-benar terjadi. Justin pergi meninggalkan aku sendiri, bahkan tanpa alasan yang jelas. Apa Justin telah lelah bersama ku? apa kah dia lelah dengan cinta kami yang selalu di tentang? Apa dia telah lelah dengan semua yang telah kita jalani sehingga dia pergi meninggalkan ku. Dia Berbohong! Baru saja dia berjanji tidak akan pernah meninggalan ku semalam. Tapi sekarang dia pergi, pergi membawa setengah pecahan hatiku yang hancur dan membuat setengahnya pecahan lainnya lebih hancur lagi.

“Dimana kamu sekarang Justin?! Aku tidak bisa hidup tanpa mu. Dunia ku gelap gulita tanpa kamu sebagai cahayaku. Dimana kamu sekarang Justin?! Kenapa kamu meninggalkan aku sendiri di sini? Dunia ini terlalu berat untuk ku jalani sendiri tanpa mu. Dimana kamu Justin Drew Bieber?! Aku rela kamu membenciku, mengacuhkan ku asal kamu tetap di sini, di dekat ku. Kembali justin!!!”, aku menangis dan berteriak sendirian. Tidak ada lagi tangan yang akan mendekap dan menyekat air mataku, tidak ada lagi yang akan mendengar cerita-ceritaku hingga larut, tidak ada lagi yang akan menyanyikanku sebuah lagu pengantar tidur saat aku tidak dapat terlelap di malam hari. Tidak ada lagi karena orang itu telah pergi meninggalkan aku sendiri di sini.

*** 
[Tahun 2012]

            Tidak terasa setengah tahun telah ku lalui tanpa seorang Justin Bieber di sisiku, sampai saat ini aku tetap tidak mendapatkan kabar tentang dimana keberadaan Justin sekarang. Semua teman, guru, dan tetangga Justin yang ku tanyai selalu menjawab tidak tau. Laki-laki itu benar-benar menghilang seperti di telan bumi, hanya menyisakan lubang yang sangat dalam di hatiku. Setelah dia pergi semua sifat lama ku yang telah dia rubah kini kembali pada diriku, bahkan jauh lebih parah dari itu. Sekarang semua orang menganggapku seorang ratu es, cantik, dingin dan tanpa ekspresi. Aku menjalani hari-hari ku bagai manusia tanpa jiwa. Aku sering diam dan melamun, tidak ada lagi senyuman dan tawa dari wajahku ini, yang ada hanya air mata. Sahabatku Jesicca dan kedua orang tuaku sangat prihatin dengan keadaan ku sekarang, mereka selalu mencoba untuk mengembalikan keceriaan ku tapi rasa bahagia itu seakan sudah lenyap dari dalam diriku. Semua kebahagiaan itu seakan ikut terbawa pergi oleh Justin. Kini orang tua ku tampak menyesal karena pernah menentang ku dengan Justin, tapi penyesalan memang selalu datang terlambat. Tapi Mom dan Dad mencoba menebus kesalahan itu dengan membantuku mencari informasi tentang Justin. Tapi semua sia-sia, laki-laki itu tidak pernah diketahui lagi jejaknya. Dia telah pergi meninggalkan ku di tempat penuh kenangan tentangnnya.

            Tepat pada bulan Juni aku telah berhasil menyelesaikan masa pembelajaranku di SMA dan akan segera memasuki jenjang yang lebih tinggi. Orang tua ku memutuskan untuk pindah ke Amerika dengan alasan agar aku dapat memasuki universitas yang bagus di sana dan juga bisa melupakan kenangan tentang Justin di sini. Tapi bagiku itu semua percuma, karena dimanapun aku berada, kemana pun aku pergi kenangan bersama Justin akan selalu menghantuiku. Sejauh apa pun aku pergi semua kenangan tentang Justin tidak akan pernah bisa lenyap dari otakku.

            Kini aku telah tinggal di Amerika dan mendaftar ke Stanford University, salah satu universitas terbaik di Amerika. Kehidupanku di sini tidak jauh berbeda dengan ketika aku di Canada, aku kembali mendapatkan julukan Ratu Es oleh orang-orang di kampusku.Cantik, Dingin dan Misterius. Meski begitu tetap saja ada laki-laki yang mencoba mendekati ku dan memintaku untuk menjadi kekasihnya. Tapi hati ini telah tertutup, perasaan ini telah membeku seperti es. Aku tidak dapat mencintai orang lain lagi. Tapi entah kenapa perasaan ini tetap ada untuk Justin, tidak pernah menghilang atau pun memudar. Setiap malamnya aku selalu tidak dapat tertidur karena mengingat semua kejadian yang telah terjadi bersamanya, aku hanya bisa tertidur setelah aku menangis sambil menyanyikan lagu Be Alright ciptaannya. Justin adalah lelaki yang sangat berpengaruh dalam kehidupan ku. kedatangannya telah merubah hidupku dan sekarang kepergiannya pun telah menghancurkan hidupku. Terkadang aku selalu berfikir, untuk apa tuhan mempertemukan aku dan membuatku berubah karenanya. Membuatku merasakan jatuh cinta teramat dalam padanya dan kini tuhan memisahkan ku dengannya, menghancurkan semua kebahagiaanku. Apa yang ingin tuhan tunjukkan padaku dengan semua kejadian ini? Kalau memang aku dan Justin tidak dapat bersama, kenapa uhan membuat kami bertemu dan jatuh cinta? Tapi sebanyak apa pun pertanyaan ku tetap hanya tuhan yang tahu jawabannya.

***

[25 December 2012. Ontario, Canada]

          Suara musik khas natal terdengar ke seluruh penjuru Ball Room Whitefield Academy tempat Abigail menamatkan jenjang SMA nya dulu. Kini gadis itu tengah kembali ke Canada hanya untuk mendatangi acara Reuni yang di adakan oleh sekolahnya. Semua alumni Whitefield Academy dari beberapa angkatan datang ke acara reunian ini, tapi tidak dengan seorang yang selama ini Abigail cari. Ya, Justin Drew Bieber tidak hadir ke acara ini. Seharusya Abigail sudah tau akan hal itu, tapi Abigail tetap datang dan merelakan acara malam natal dengan keluarganya hanya demi datang ke acara Reunian ini sambil berharap Justin akan datang ke acara ini dan bertemu dengannya dengan senyuman khasnya, senyuman yang selalu Abigail rindukan. Tapi nyatanya itu semua hanya sebuah harapan kosong untuknya. Mungkin benar, Justin sudah tidak ingin bertemu dengannya. Seharusnya Abigail sudah dapat melupakan lelaki yang telah mencampakkan dirinya sejak satu tahun yang lalu dan mencari penggantinya, tapi pada kenyataannya Abigail tidak mampu. Rasa Cintanya pada Justin terlalu kuat, mengalahkan semua keinginan untuk melupakan lelaki itu. Sakit memang, tapi Abigail tidak mampu berbuat apapun.

***

[5 March 2013. Los Angeles, America]

            Pagi di bulan Mare ini datang seperti biasanya, angin hangat mulai sering berhembus menandakan musim dingin telah berakhir dan digantikan dengan musim semi. Musim dimana bermacam bunga-bunga cantik akan bermekaran dan dedaunan kembali tumbuh. Warnah hijau dedaunan akan kembali bermunculan menggantikan warnah putih salju musim dingin yang mulai mencair. Hari ini adalah hari terhangat yang aku rasakan setelah lama cuaca dingin berhembus di dataran Amerika. Berhubung hari ini adalah hari minggu aku pun memutuskan untuk pergi ke taman yang berada tidak jauh dari rumah ku untuk meghabiskan waktu di sana melakukan hobiku. Ya sekarang aku sering menghabiskan waktu ku untuk menulis. menulis apa pun yang aku suka, entah itu sebuah lagu, pusi atau pun sebuah cerita. Mungkin hobi ku ini adalah turunan dari nenek ku yang sebuah penulis novel, tapi bedanya aku tidak hanya menulis sebuah cerita atau novel tapi juga hal-hal lain yang ku suka. Aku berjalan sendirian sambil menenteng sebuah buku dan sebuah tempat pensil berisi perlengkapan menulisku. Aku memang anak yang pendiam sekarang, tapi seringkali aku mencurahkan semua perasaan ku kedalam tulisanku. Terkadang aku menghabiskan waktu ku menulis di taman ini hingga sore menjelang, tapi selama musim dingin aku hanya bisa menulis di rumah karena udara dingin yang berhembus membuatku tidak bisa berlama-lama di luar.
            Aku berjalan di taman mencari tepat strategis untuk ku menulis, dan ketika aku melewati sebuah pohon besar yang dedaunan hijaunya mulai tumbuh lebat aku mendengar sebuah petikan gitar beserta suara yang tidak asing buatku menyanyikan lirik sebuah lagu yang tidak asing pula untukku. Aku diam membeku mendengar suara tersebut bernyanyi dengan merdu. Suara yang sangat tidak asing di telingaku. mungkin suara ini telah sedikit berubah, terdengar lebih berat sekarang. tapi suara ini tetap suara orang yang sama, Suara orang yang membuatku rindu setengah mati padanya, suara orang yang selama ini membuat hidupku hampa tanpanya, suara seorang Justin Bieber.
            Aku mencoba mendekat menuju sumber suara tersebut, Semakin dekat dan semakin jelas. Aku terus melangkah perlahan mendekati sesosok laki-laki yang sedang duduk bersender di batang pohon sambil memainkan gitarnya dan menyanyi dengan serius hingga tidak sadar kedatangan ku. Kini dari jarak sedekat ini aku dapat melihat sosoknya dengan jelas, sosok orang yang kurindukan. Penampilannya telah banyak berubah, cara berpakaiannya lebih rapi dan lebih modis sekarang, dia lebih berisi dan memiliki badan yang cukup berotot, dia pun telah merubah gaya rambut lamanya menjadi mowhak, dia pun kini memakai anting khas lelaki di telinganya dan memiliki beberapa tato di tangannya. Tapi aku tau itu Justin, bibirnya, hidungnya dan alisnya tidak berubah meski penampilannya telah berbeda. Waktu 1 tahu ternyata berhasil merubahnya menjadi lebih tampan dan dewasa.
            Aku terdiam terpaku sambil tetap memeperhatikannya yang masih serius menyelesaikan nyanyiannya. Dia tampak menghayati lagunya dengan memejamkan matanya. Hingga akhirnya sampai lah dia di bait terakhir lagu yang dia nyanyikan itu.

  “Through the sorrow, and the fights.
    Don’t you worry
    Everything’s gonna be alright...

            Justin terlihat kembali membuka matanya dan menghembuskan nafas dalam. Ingin rasanya aku menyebut namanya sekarang, tapi entah mengapa lidah ku terasa keluh, Suara ku seakan menghilang. Aku hanya bisa terdiam di tempat menatap kearahnya yang masih tak sadar akan kehadiran ku. Hingga tiba-tiba ranting pohon yang berada di sebelah kaki ku terinjak oleh ku, menimbulkan suara yang cukup untuk membuat Justin menengok kearah ku. Dan di saat aku menatap bola matanya itu aku semakin yakin kalau dia adalah Justin. Seperti langsung mengenali siapa aku, dia terlihat sangat terkejut saat melihat diriku. Aku dapat melihat sorot kerinduan dari kedua mata hazelnya, tatapan dari bola mata yang kurindukan. Tapi baru ku sadari, dia tidak sendirian di sana. Dia bersama seorang wanita cantik yang sepertinya seumuran dengannya. Wanita berambut coklat ikal dan bermata coklat yang sangat cantik yang ikut mengintip di sebelahnya. Tiba-tiba aku merasakan sesak, dan sakit teramat dalam di hatiku. Apa ini alasan Justin pergi meninggalkan ku selama ini?

            “A—Abigail”, panggil Justin dan aku tetap membeku di tempat sambil menahan air mataku agar tidak jatuh. Aku tidak mau menangis di hadapannya, aku tidak mau terlihat lemah olehnya. Tapi terlambat, air mataku telah jatuh membasahi kelopak mataku. Justin terlihat cemas saat melihat ku menangis, dan dia baru saja akan menghampiriku ketika aku terlebih dahulu pergi setelah menjatuhkan buku dan alat tulisku ke tanah.

            “Kenapa tuhan tidak pernah memberiku kebahagiaan sedikit pun? Kenapa tuhan terlihat senang melihat ku menderita? Kenapa dia harus mempertemukan aku dengan Justin jika akan begini ujungnnya? Kenapa tuhan tidak menghilangkan saja semua perasaan ini pergi agar aku bisa melupakan semua tentangnya? Kenapa?! Tuhan tidak adil!!!!”, aku menangis sambil menyalahkan tuhan di dalam hati. Kini aku mengerti alasan Justin mencampakkan ku. Dia lelah terus bersama ku yang selalu di kekang. Ya, Justin juga pasti menginginkan seorang gadis yang bisa bersamanya saat dia ulangtahun, saat malam natal dan saat tahun baru. Tapi gadis itu bukan aku, aku tidak bisa selalu bersamanya meskipun aku telah menncoba. Aku mengerti itu, tapi ini terlalu menyakitkan.
            Aku menangis sambil terus berjalan tanpa arah hingga tiba-tiba sebuah tangan menarik lenganku dan membawaku kedalam pelukannya. Aku tau itu Justin oleh karena itu aku terus mencoba melepaskan diri dari dekapannya itu tapi aku tidak mampu, dekapannya begitu erat. Membuatku pada akhirnya memasrahkan diri dan menangis di pelukannya. Pelukannya masih sama, hangat dan menenangkan. Tapi sekarang dekapan ini telah dimiliki oleh gadis lain, bukan lagi untukku.
           
“Kenapa?”, tanyaku dengan suara serak khas orang menangis. Tapi Justin tidak juga membuka suaranya.
“Kenapa kamu mengejarku? Kenapa kamu memelukku? Bukannya kamu yang sudah mencampakkanku 1 tahu lalu”, Justin masih tetap saja diam.
“Kenapa Justin?! Jawab!!”, teriakku sambil memukul-mukul dada bidangnya.
“Aku tidak pernah bermaksud untuk mencampakkan mu, Kau tau bukan kalau aku sangat mencintaimu. Tapi ini terlalu--”, Justin tidak melanjutkan omongannya dan hanya mengumpat pada diri sendiri.
“Bohong!! Kamu bohong Justin! Kamu pergi meninggalkan ku, padahal kamu telah berjanji padaku kalau kamu tidak akan pernah meninggalkan ku sendirian, tapi apa Justin? Kenyataannya kamu pergi tanpa mengatakan apa-apa. Tau kah kamu kalau hidupku hancur saat kamu pergi dari ku. Semuanya begitu berat dan menyeramkan untuk kujalan sendirian. Aku tidak bisa berhenti melupakanmu, tapi kamu malah asyik dengan seorang gadis cantik.”, ucapku dengan nada bicara yang semakin memelan.
“Aku tidak berbohong. Aku sangat mencintaimu, baik dulu, sekarang bahkan selamanya. Aku tidak pernah bisa berhenti memikirkan mu, tapi aku tidak bisa mencegah semua ini. Aku punya alasan yang sangat sulit untuk ku katakan padamu. Dan—gadis itu bukan pacarku, dia itu--”
            “Aku sepupu Justin. Hai nama ku Melody Kyndra, maaf sudah mengganggu kalian berdua. Aku hanya tidak ingin membuat salah sangkah ini semakin panjang masalahnya.”, sela gadis bermata coklat itu dengan senyuman manisnya.
            “Sep—pupu?”, gumaku.
            “Ya, aku sepupu Justin dari Mom-nya. Kamu pasti Abigail Adrien Saralee, gadis yang selalu Justin ceritakan padaku. Dari semua cerita-cerita Justin aku bisa melihat kalau Justin sangat mencintaimu dan menurutku kalian pasangan yang serasi”, mendengar ucapan gadis itu aku pun langsung menatap kearah Justin, dan Justin yang sadar aku tatap pun tersenyum kearahku dan mengusap air mataku.
            “Lalu apa alasan kamu pergi meninggalkan ku tanpa mengatakan apa-apa?”, tanyaku.
            Justin menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya kembali, “Aku tidak bisa mengatakan  padamu waktu itu, aku terikat janji. Jadi sebelum aku pindah kemari Dad telah menjodohkan ku pada seorang gadis bernama Selena, tentu saja aku menentangnya habis-habisan karena aku sangat mencintaimu. Lalu pada akhirnya Dad memberikan syarat kedua yaitu jika aku tidak mau di Jodohkan oleh Selena aku harus menstujui kepindahhan kami ke Amerika tanpa boleh memberi kabar pada siapa pun terutama padamu. Aku tau tujuan Dad mnjodohkan ku dan memintaku pindah ke Amerika adalah satu, agar aku tidak menjalin hubungan dengan mu lagi. Dad tidak mau keluarga kami selalu di jelek-jelekan oleh orang tuamu yang tidak setuju dengan hubungan kita. Pada akhirnya aku pun mestujui keindahan itu dari pada aku harus di jodohkan oleh Selena. Tadinya aku berniat kembali padamu setelah aku sukses tapi ternyata sapai saat ini aku tetap Justin yang dulu”, cerita Justin panjang lebar membuat air mata kebahagiaan mengalir dari mataku.
            “Maaf karena telah meninggalkan mu selama1 tahun”, ucap Justin lagi.
            “Tidak apa, yang penting kamu sudah berada di sisiku lagi. I Love you Justin, Don’t leave me again because I cant live without you
            “I love you, I love you too, I love you more, I love you to the moon and back. I promise I will never leave you again, I will always be by your side forever until you die. Tidak perduli jika kamu telah bosan dengan ku sekali pun, aku tidak akan pernah meninggalkan mu lagi”
            “Aku tidak akan pernah bosan dengan mu Justin. Kamu segalanya untukku, kamu lah sumber kebahagiaan ku. Kita tidak akan pernah terpisah lagi, Mom dan Dad tidak akan pernah menentang hubungan kita lagi, mereka telah sadar kalau kamu adalah sumber kebahagiaan ku Justin”, aku pun kembali memeluk Justin dengan air mata bahagia yang tidak dapat berhenti mengalir. Kini aku sadar kalau tuhan itu adil, dia selalu memberikan kita sesuatu di saat yang tepat. Jika tuhan selalu memberi cobaan di hidupmu bukan berarti tuhan membenci mu, mugkin dia hanya sedang melihat seberapa kuat kita melalui cobaan itu denga terus bersabar dan percaya. Dan dari kejadian ini aku belajar untuk percaya pada Justin,  because with the love, everything’s gonna be alright.
            Aku dan Justin berpelukan melepas kerinduan kami setelah 1 tahun lebih tidak bertemu. Aku tidak bisa menggambarkan seberapa bahagianya aku sekarang setelah lama aku hidup dalam kesedihan, hidup bagai tak berjiwa. Tapi sekarang semua telah terbayar. Aku dan Justin akan kembali melewati waktu-waktu indah bersama dan kami akan terus bersama hingga ajal menjemput kami.

Don’t you worry,‘cause everything’s gonna be alright


-The End-







Chanel Celaya as Abigail Adrien Saralee


 Justin Bieber Old Hair


Justin Bieber New Hair


Madison Beer as Melody Kyndra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar