Kamis, 17 Juli 2014

Don't You Remember




#BLS “Don’t You Remember



Title : Don’t You Remember
Author : Nabila Kholisoh
Genre : Romance, Hurt/Confort, True Love, Sacrifice, Alternative Universe
Length :
Completed
Kind :
Two-Shot
Casts :
Lily Collins as Elleandra and Elleanor Mitchell, Justin Bieber, Chaz Somers, Ryan Butler, and the others
Disclaimer : All the characters, the story line, the quotes and the ideas are belong to me. Think twice before copying. Don't break all your dreams to be areal fan fiction author by copying this very amateur story. Grow up and respec other creativity
Author's notes : Thanks to google, google translate and Wikipedia for their help. Thank so much. Just for warning, this fan fiction contains of  many bad words that should not be imitated, abalism, gajeness, typos, and any other imperfect factors. I'm just an amateur author, and i hope you can understand that. Accept all critics and advices but no flames nor flammers and silent readers (sider). Be a good reader isn't hard, guys. At last but not least, happy reading..


***

[ February 7th 2014. Edmond, Oklahoma, USA]

            Seorang gadis tengah sibuk mengepak barang-barang di kamarnya dengan bersemangat. Senyum tak pudar dari wajah gadis berumur 17 tahun tersebut saat memasukan satu persatu buku-bukunya kedalam sebuah kotak kardus berukuran besar. Tanpa gadis itu sadari ada seorang gadis lainnya dengan wajah yang mirip dengannya tengah memperhatikan tingkahnya tersebut dengan bingung. tidak ingin berlama-lama penasaran, gadis bernama Ella tersebut bertanya kepada kembarannya yang sedang sibuk mengepak barang tersebut.

            “Kenapa kamu terlihat senang sekali dengan kepindahan kita ini? Bahkan sejak tadi kamu tidak berhenti-hentinya tersenyum dan bersenandung senang.” Pertanyaan tersebut membuat Gadis bernama Elle tersebut menghentikan pekerjaannya dan menatap gadis yang tengah duduk di kasur di belakangnya.
            “Kau tanya kenapa? Kita akan kembali ke Atlanta Ella. Aku ulang sekali lagi, A-T-L-A-N-T-A! Kampung halaman kita. Tempat di mana kita menghabiskan waktu kecil kita sebelum akhirnya kita pindah kemari.”
            “Lalu?”, tanya gadis tersebut masih saja bingung.
            “Dan itu berarti aku bisa bertemu dengan teman-teman ku semasa kecil. Itu berarti aku akan bertemu Justin kembali, teman kecil ku sekaligus cinta pertama ku.”
            “Justin? Maksud mu Justin Bieb—”
            “Yeah, Justin Bieber.” Potong Elle sambil tersenyum menyebut nama seorang lelaki tersebut.
            “Tidak terasa sudah 9 tahun berlalu semenjak kepindahan kita dari sana. Banyak kenangan yang aku tinggal di kota kecil itu dan sebagian besar dari kenangan tersebut adalah bersama Justin, Justin Drew Bieber.” Elle bercerita mengenai Justin kepada Ella kembarannya, tentang masa-masa bahagianya bersama Justin dulu. Gadis itu bercerita sambil membuka sebuah album usang miliknya yang berisi foto-foto kecilnya bersama Justin. Fotonya yang tengah bermain bersama Justin di taman berdua, fotonya yang tengah bergandengan tanga, fotonya yang tengah di cium oleh Justin di pipi, fotonya yang tengah berpelukan dengan Justin, dan masih banyak lagi foto-foto kenangannya bersama Justin yang memenuhi satu album tersebut. Sambil bercerita terkadang gadis tersebut tertawa dan tersenyum sendiri akibat kenangan manis tersebut.


*Flashback*

            Gadis berumur 5 tahun tengah menangis sendirian di sebuah taman yang berada tidak jauh dari rumahnya. Tidak lama setelah itu datang seorang bocah laki-laki menghampiri gadis itu dan langsung memelukknya.

            “Kenapa kamu menangis? Siapa yang jahat pada mu? Aku akan membalasnya.”, ucap lelaki keci tersebut mencoba menghibur gadis kecil tersebut.
            “Hiks. Mom dan Dad tidak menyanyangi ku Justin. Mereka lebih menyayangi Ella dari pada aku. Nenek dan kakek juga. Semua orang lebih menyanyangi Ella dari pada aku. Hiks.”
            Bocah kecil itu pun mendudukan dirinya di samping gadis kecil tersebut. “Mereka menyayangi mu juga, aku yakin itu.”
            “No, They are not. Ketika Aku dan Ella terjatuh di kebun tadi, Mom dan Dad menghampiri Ella terlebih dahulu. Mereka lebih mencemaskan Ella dari pada aku.”
            “Kau terjatuh? Apa ada yang sakit?”, tanya bocah kecil bernama Justin itu khawatir.
            “Ya, dan lutut ku sedikit lecet, tapi itu terasa sakit.” Jawab Elle sambil menunjukkan lututnya tang terluka. Justin merogoh kantong celananya dan mengeluarkan sebuah plester bergambar bintang. Bocah kecil itu kemudian meludahi jarinya sedikit dan mengoleskannya ke lutut yang terluka tersebut.

            “Sakit, sakit, pergilah.”, ucap bocah lelaki tersebut kemudian menempel plester yang ia punya keatas luka tersebut.
            “Sudah lebih baik bukan?” Justin tersenyum sambil memamerkan gigi-gigi kecilnya membuat gadis kecil bernama Elle tersebut ikut tersenyum.
            “Ya, sudah lebih baik. Terimakasih Justin” Ucap Elle kemudian memeluk boca laki-laki tersebut.
           
            “Meskipun semua orang lebih memilih Ella, tapi kamu harus selalu ingat kalau aku akan selalu memilihmu, di sampingmu apa pun yang terjadi.” Ucap Justin kemudian mencium pipi Elle dengan sayang.
            “Kamu janji?” Elle mengulurkan jari kelingkingnya meminta Justin untuk melakukan janji jari kelingking dengannya
            “Ya, aku janji.” Jawab Justin sambil menyatukan jari kelingkingnya dengan Elle.

***

            Ella berlari dengan berlinang air mata menuju rumah sahabat lelakinya yang berada tidak jauh dari rumahnya. Gadis berumur 8 tahun itu masuk begitu saja kedalam kamar lelaki tersebut dan langsung memeluk sahabatnya yang berbeda jenis kelamin tersebut, sontak hal tersebut membuat Justin yang tengah memainkan Xbox nya kaget dan hampir terjungkil jika tidak menahan tubuhnya.

            “Woah, kau membuat ku kaget dan hampir terjatuh dengan tiba-tiba masuk dan memel—” Justin menghentikan ucapannya saat menyadari kalau gadis yang tengah memeluknya itu sedang menangis.
            “W—What happen Elle? Why are you crying?” Justin melepaskan pelukannya kepada gadis tersebut dan menatap wajah gadis itu lekat-lekat, mencoba mencari tahu alasan kenapa sahabatnya tersebut menangis.
            “Tentang Ella lagi?” tanya lelaki tersebut yang kemudian mendapat gelengan dari Elle.
            “No, it’s not about Ella.”
            “Lalu kenapa kamu menangis?” Bukannya menjawab Elle kembali menangis membuat Justin kebingungan.
            “Shuuut. Dont’t cry. I’m here. Just talk with me.” Hibur Justin sambil mengelus rambut sahabatnya tersebut dengan lembut membuat perlahan-lahan tangisan Elle sedikit meredah.
            “Ada apa? Bicara dengan ku agar aku mengerti, aku akan mendengarkan.” Elle masih tetap terdiam tapi dengan sabar Justin menunggu hingga gadis tersebut mau berbicara dengannya. Dengan lembut Justin mengusap air mata yang membasahi pipi Elle dengan jarinya.

            “Aku akan pindah Justin.” Ucap Elle tiba-tiba membuat Justin menghentikan tindakannya tersebut.
            “Aku akan pindah rumah. Aku dan seluruh keluarga ku.” Ulang Elle dengan air mata yang kembali mengalir dari matanya.
            “Aku akan pindah dari sini dan itu berarti aku tidak bisa bertemu dengan mu lagi, tidak akan ada yang lebih memilih aku lagi dari pada Ella, dan itu berarti aku akan sendirian lagi.”
            Justin kembali memeluk tubuh mungil sahabatnya tersebut. “Shuut. Itu tidak benar. Mereka semua menyayangi mu Elle. Mom, Dad, dan Ella menyayangi mu. Kau tidak akan sendirian di sana. Dan aku juga sudah berjanji dengan mu bukan, apa pun yang terjadi, di mana pun kamu berada, aku akan tetap memilihmu dari pada Ella. Kau ingat?” di dalam pelukkan Justin Elle mengangguk.
            “Kau tidak akan sendirin di sana. kau pasti akan menemukan teman baru di sana, dan aku yakin kau akan bahagia di sana.”
            “Tapi kau akan melupakan ku ketika aku pindah.”
            “Tidak, aku tidak akan melupakan mu Elle. Aku berjanji. Lagi pula mana mungkin aku akan melupakan gadis aneh seperti mu, gadis yang bahkan lebih memilih bermain basket dengan para lelaki dari pada bermain Voli dengan para perempuan. Gadis yang bahkan bisa membuat Dion si anak yang paling di takuti di sekolah bertekut lutut.” Elle menonjok dada Justin pelan mendengar kata-kata Justin tersebut yang kemudian membuat Justin terkekeh.
            “Bukannya menghiburku kamu malah meledekku. Aku tidak aneh Justin. Aku malas bermain denga para anak perempuan di sekolah karena mereka itu tidak pernah bisa serius bermain voli, sedikit saja aku memukul bola dengan kencang mereka Justru takut dan menghindar, bola terkena mereka sedikit mereka langsung menangis. Lebih seru bermain dengan anak lelaki. Dan asal kau tau saja, Dion itu tidak pantas di takuti, dia itu jauh lebih lemah dari apa yang kalian semua kira.”
            “Woah. Tidak salah kan aku mengatai mu aneh. Kau terlalu kuat untuk menjadi seoranng perempuan Ell.” Ledek Justin membuat Elle memanyunkan bibirnya kesal yang lagi-lagi Justru membuat Justin tertawa. Tapi taklama kemudian Justin menghentikan tawanya dan memeluk Elle kembali.

            “See? Aku tidak akan melupakan mu. Aku berjanji.”

***

            Justin dan Elle berlari kencang ke arah bukit kecil sambil membawa sekop kecil. Sesampainya di bukit Elle mencoba mencari tempat yang menurutnya tepat untuk mengubur sebuah kapsul waktu untuknya dan Justin. Saat menemukan tepat yang tepat mereka berdua pun mulai menggali tanah tersebut berdua hingga akhirnya mereka merasa kalau kedalaman tanah cukup untuk mengubur kapsul waktu mereka.

            “Mana barang mu yang ingin kau kubur di kapsul waktu kita?”, tanya Elle kepada Justin. Justin pun kemudian mengeluarkan kantong berisi beberapa barang di dalam saku celananya.
            “Mana kapsul waktu kita?”, kini ganti justin yang bertanya. Elle pun mengelurkan sebuah kotak musik miliknya dari tas yang ia jinjing.
            “Kotak musik? Kau yakin tidak apa menjadikan itu kapsul waktu kita? Apa tidak sayang?”
            “Tidak apa. Ini bukan barang yang begitu penting untukku, aku bisa meminta Mom untuk membelikannya lagi. Tapi mungkin setelah ini, Kotak musik ini akan menjadi penting karena berisi kenangan kita.”
            “Lalu apa yang mau kau masukkan ke dalam kotak itu?” tanya justin lagi yang membuat Elle mengeluarkan beberapa kertas dan sepasang kalung.
            “Aku mencuri kalung Ella yang sepasang dengan kalung ku. Mom dan Dad mungkin marah, Ella pasti akan kebingungan mencarinya, dan mereka pasti akan tau siapa pelakunya dan memarahi ku tapi aku tidak peduli. Aku—benci kalung ini. Mom dan Dad tidak akan pernah bisa membedakan kami dengan cepat tanpa kalung ini, itu sebabnya mereka memberikan kalung ini kepada ku dan Ella, sebagai pembeda. Aku mau Mom dan Dad bisa membedakan aku dan Ella karena memang mengenal kami dengan baik, bukan karena kalung ini, Seperti kamu yang bisa membedakan aku dengan Ella.”
            “Kalian memang berbeda, benar begitu?”
            “Ya, tapi tidak untuk Mom, Dad, dan yang lainnya. Mereka semua tidak bisa membedakan kami tanpa kalung ini. Itu sebabnya aku mau mengubur kalung ini untu melihat apa Mom dan Dad tetap bisa membedakan kami tanpa kalung ini.”
            “Kalau begitu ayo kita mengubur kapsul waktunya, bukan kah ka akan pergi sebentar lagi.”

            Elle dan justin pun mengubur beberapa kertas dan barang-barang yang menurut mereka penting dan memiliki kenangan tersendiri Seperti Ella yang mengubur plester bergambar bintang mirip seperti yang Justin berikan padanya ketika berumur 5 tahun. Selesai mengubur kapsul waktu itu mereka pun menaruh batu besar di atasnya dan membuat peta untuk menandai kapsul waktu itu. Kemudian Elle dan Justin membuat janji untuk kembali berkumpul di tempat itu lagi untuk membuka kapsul waktu tersebut ketika umur mereka berumur 18 tahun pada tanggal dan bulan yang sama saat mereka menguburnya. Itu berarti Elle berjanji akan kembali ke kota kecil itu ketika umurnya menginjak 18 tahun, ia harus kembali untuk membuka kotak tersebut bersama Justin pada tanggal 20 Juni mendatang.

*Flashback End*


            Ella tersenyum mendengar cerita kembarannya tersebut. Gadis itu merasa sangat senang bisa melihat kembarannya tersebut tersenyum bahagia. Selama ini Elle hanya bisa melihat kembarannya tersebut kesal, cemburu dan bersedih akibat mendapatkan perlakuan yang berbeda hanya karena ia sehat dan Ella memiliki penyakit jantung yang membuat tubuhnya tidak sekuat Elle. Elle tidak boleh kelelahan dan tidak boleh terlalu banyak beban pikiran karena hal tersebut bisa membuat penyakitnya kambuh, itu sebabnya Mom dan Dad nya selalu mengawasi Ella dengan ketat dan membuat Ella kembarannya merasa terasingkan. Tetapi sesungguhnya Ella juga merasa iri dengan Elle yang bisa dengan asyiknya berlari kesana kemari dan bermain olahraga apa pun yang ia suka, Ella merasa iri dengan apa yang Elle bisa lakukan sedangkan ia tidak. Tapi Ella tidak bisa menyalahkan Elle maupun tuhan yang telah memberikan penyakit itu padanya, ia hanya bisa bersabar dan mengambil hikmah atas apa yang telah ia dapat itu.

            “Aku berharap kalian akan mendapatkan waktu dan kenangan yang lebih indah lagi setelah ini. Aku turut bahagia melihatmu bahagia seperti ini Ell.”
            “Ya, aku juga berharap demikian. Hanya saja—aku takut kalau Justin sudah melupakan ku. Kami sudah tidak bertemu dan saling berhubungan selama 9 tahun dan itu waktu yang sangat lama.”
            “Dia pasti akan mengingat mu, percaya dengan ku. Dia juga sudah berjanji dengan mu bukan untuk tidak lupa dengan mu. Kau hanya perlu percaya itu.”
            “Terimakasih karena sudah menghiubrku. Maafkan aku kalau selama ini aku selalu kesal, marah, dan menyalahkan mu. Aku seharusnya sadar kalau kamu memang pantas mendapat perhatian lebih dari Mom dan Dad karena penyakit mu itu. Maafkan aku juga karena pernah mendoakan mu untuk segera menghilanng dari hidupku. Aku tidak mau kau benar-benar mnghilang dari sini, kau satu-satunya kembaran ku yang ku punya. Aku menyayangi mu.” Ucap Elle sambil memeluk Ella.
            “Maafkan aku juga karena selama ini aku hanya bisa terus membuatmu sedih karena perlakuan Mom dan Dad yang terlalu berlebihan pada ku. Aku juga menyanyangi mu Elle”

***

[ February 9th 2014. Atlanta, Georgia, AS]

            Hal yang di tunggu Elle akhirnya datang juga, ia telah sampai di rumah lamanya di Atlanta. Begitu sampai Elle langsung pergi mengelilingi kota tempat tinggal lamanya itu. Elle mendatangi tempat-tempat yang sering ia datangi bersama Justin dulu. Elle mendatangi SD tempat ia menuntut ilmu selama 2 tahun dulu, mendatangi taman bermain tempat ia sering bermain bersama Justin, dan tak lupa Elle mendatangi bukit tempat ia mengubur kapsul waktunya dengan Justin. Memang banyak yang telah berubah dari kota itu, tapi Elle senang karena semua tempat kenangannya masih ada sampai sekarang. Setelah puas mengelilingi kota Elle pun berniat menlihat dan mendatangi rumah Justin dahulu. Sambil berjalan gadis itu terus berharap kalau Justin masih tinggal di sana. Di seperempat jalan menuju rumah Justin Elle bersisihan dengan 2 orang lelaki yang sepertinya tidak asing untuknya. Elle memutuskan untuk menghentikan langkahnya dan kembali menengok ke arah dua lelaki tersebut yang rupanya juga tengah menengok kepadanya. Elle dan kedua lelaki tersebut saling bertatapan hingga akhirnya salah satu dari mereka berbicara.

            “Elle? Elleanor Mitchell?”, tanya salah satu lelaki tersebut membuat lelaki di sebelahnya menatap Elle lebih lekat.
            “Kamu Elleanor bukan? Gadis yang pernah bersekolah di SD Harworld?” tanya lelaki satunya lagi yang membuat Elle memekikkan nama kedua lelaki tersebut.
            “Chaz! Ryan! OMG ternyata ini benar kalian. Astaga! Kalian tidak banyak berubah.” Chaz dan Ryan mendekat ke arah Elle dan memeluk gadis itu bergantian.

Ryan dan Chaz adalah sahabat Elle yang lainnya selain Justin. Berbeda dengan Justin yang sudah berteman sejak kecil, kedua lelaki tersebut berteman dengan Elle sejak masuk sekolah dasar. Elle, Justin, Ryan dan Chaz bisa hang out dan bermain basket bersama. Dari banyak lelaki yang biasa bermain bersama Elle memang hanya ketiga orang tersebut yang paling dekat dengan Elle karena memiliki banyak kesamaan.

“Jadi benar kalau kau telah pindah kembali kemari, aku melihat banyak barang yang sedang di masukan ke dalam rumah mu saat lewat tadi.” Ucap Ryan yang di balas anggukan oleh Elle.

“OMG Ell! Kau—sangat berubah. Kau menjadi seorang perempuan sekarang”, kata Chaz yang di balas toyolan di kepala oleh Elle.
“Enak saja, Sejak dulu aku memang sudah seorang perempuan.”
“Masudku, lihat dandanan mu. lebih feminim ketimbanng dulu di SD. Dan kau mewarnai rambutmu.”
“Aku tidak berubah sama sekali. Kalian belum saja melihat sifat asliku keluar. Dan aku sengaja mewarnai rambutku untuk membedakan antara aku dan Ella. Paling tidak orang lain akan mudah mengenali kami.” Tutur gadis tersebut sambil terkekeh.

“Oh ya, ngomong-ngomong kalian mau pergi ke mana dengan membawa bola basket?”
“Kami ingin bermain basket di lapangan di kota bersama Justin. Kau mau ikut?” ucap Chaz.
“Oh ya? Kebetulan aku mau memastikan apa Justin masih tinggal di kota ini atau tidak. Apa kabar dengannya?”
“Dia baik-baik saja. Tidak ada yang berubah dengannya, dia tetap konyol seperti dulu.” Ucap Ryan kini.
“Emm.. aku mau ikut, tapi—aku tidak yakin kalau ia masih mengingat ku. Bukan kalian mengatakan sendiri kalau aku berbeda dengan yang dulu.”
“Aku yakin dia pasti mengingat mu. kau kan yang paling dekat dengannya dan kau sudah bersahabat dengannya sejak kecil jauh sebelum kami bersahabat dengannya, jadi mana mungkin dia lupa dengan mu. Jadi ayo ikut kami bermain basket sambil menemuinya.” Bujuk Ryan yang akhirnya membuat Elle ikut dengan mereka.


Tanpa berjalan kaki lama mereka bertiga telah sampai ke sebuah gedung untuk bermain basket yang ada di kota tersebut. Mereka pun segera masuk kedalam gedung tersebut yang di dalamnya sudah ada Justin tengah terduduk di salah satu bangku penonton. Ryan dan Chaz pun langsung berlari menghampiri Justin sedangkan Elle justru berjalan semakin pelan hingga ahirnya berhenti tidak jauh dari tempat Justin terduduk. Mata Elle terus tertuju kepada Justin, menatap setiap inci tubuh lelaki tersebut yang telah banyak berubah. Badan lelaki itu kini lebih berisi dan berotot. Bahkan kini Justin jauh lebih tinggi dari pada Elle padahal dulu mereka memiliki tinggi badan yang sama. Justin juga telah merubah gaya rambutnya menjadi lebih terlihat dewasa. Justin benar-benar jauh lebih tampan sekarang dan hal itu membuat perasaan Elle kepada Justin yang telah lama ia pendam kembali muncul. Elle mencoba memasang senyuman terbaiknya saat Justin menatapnya setelah di tunjuk oleh Chaz. Ryan menyuruh Elle untuk mendekat. Gadis itu pun kembali melangkahkan kakinya beberapa langkah hingga kini ia telah tepat berdiri di depan Justin yang tengah terduduk.

“Hi”, sapa Elle dengan canggung.
“Hei.” Balas Justin sambil tersenyum kepada Elle.
“Chaz, Ryan, kok kalian tidak bilang pada ku kalau kalian mau membawa teman perempuan juga?” Deg. Untuk sesaat tubuh Elle mematung. Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dari seharusnya. Dua kata yang menyakitkan, Dia-Lupa! Semua sel-sel di dalam otak terasa mati dan tidak berfungsi lagi. Jauh di dalam sana Elle merasakan sakit yang teramat dalam, seperti ada sesuatu yang menyengat, meremas hatinya. Sekali lagi Elle membatin, Dia Lupa!
Chaz dan Ryan terdiam canggung. “Ka—kau tidak tau?” tanya Chaz kepada Justin dan di balas gelengan oleh Justin. Elle tertawa garing menahan sakit di dadanya. Air matanya sudah akan mengalir jika gadis itu tidak mencoba menahannya.
“Kamu cuman bercanda kan Justin? Ini Elle, Masa kamu tidak ingat.” Suara Chaz tertahan, merasa tidak enak dengan Elle.
“Elle?” Elle menghebuskan lega, merasa bersyukur kalau Justin ternyata masih ingat dengannya.
“Yes, I’m Elle. Nice to meet you again Justin.”
 “Sepertinya aku merasa belum pernah betemu dengan mu sebelum ini, tapi senang bertemu dengan mu juga Elle.” Ucap Justin dengan senyumannya.

Dia lupa! Dia benar-benar lupa! Dia kira aku teman Chaz dan Ryan. Dia tidak ingat tentang aku, sahabat kecilnya dulu. Dia tidak ingat tentang aku, gadis yang selalu bermain dengannya semasa kecil, gadis yang di obati lututnya, gadis yang ia janjikan akan selalu di pilih. Dia lupa dengan ku! Bati Elle kembali. Kemudian gadis itu hanya bisa tersenyum kecil, tidak ada pembicaraan kembali di antaranya dan Justin. Sedangkan Chaz dan Ryan merasa bersalah dengan Elle karena ternyata Justin tidak mengingat dirinya.
Elle terus terdiam saat Ryan membagi tim untuk mereka bermain basket. Tidak terasa air mata mengalir dari mata Elle. Chaz yang melihat tersebut segera memeluk gadis tersebut tanpa di ketahui oleh Justin dan Ryan yang masih sibuk berunding.

“Maaf ya Ell. Aku benar-benar tidak menyangka kalau ternyata Justin lupa dengan mu. Sekarang aku sama Ryan jadi merasa tidak enak sama kamu.”

Elle segera melepas pelukan Chaz tersebut dan mengelap air mata yang membasahi pipinya. “Ngapain sih kamu minta maaf? Bukan salah kamu, bukan salah Ryan, dan juga bukan salah Justin bisa lupa sama aku. Mungkin aku kurang berkesan oleh Justin sehingga dia lupa sama aku.” Dalam hati Elle marah. Marah karena Justin tidak ingat dengannya, marah karena ternyata Justin melanggar janjinya sediri untuk tidak lupa dengannya, marah karena Chaz dan Ryan jadi menyalahkan dirinya, marah karena waktu mempermainkan perannya dengan sangat kejam.

“Ell—”
“Benerkan Chaz? Kalau aku bisa buat aku lebih berkesan untuk Justin, dia gak mungkin lupa begitu aja sama aku. Kaya kamu dan Ryan yang gak lupa sama aku. Mungkin aku memiliki sebuah kesan buat kalian sehingga kalian tetap ingat dengan ku.” Potong Elle sambil menatap Chaz.
Elle membuang nafas berat. “Ya udah lah, mau di apain lagi, dia sudah lupa dengan ku. Aku hanya bisa menunggu waktu sampai dia bisa ingat dengan ku lagi suatu hari nanti, semoga aja itu tidak lama. Dan untuk sekarang lebih baik kita tidak membuanya bingung.” Kemudian gadis itu kembali terdiam. Chaz kembali memeluknya dan kemudian mengacak rambut gadis itu pelan.
“Aku juga berharap dia bisa segera ingat.”


Pada akhirnya Ella berusaha bersikap biasa di depan Justin, bersikap seakan mereka benar-benar baru bertemu, bersikap seakan tidak pernah ada yang terjadi di antara mereka dulu. Mereka bertiga pun bermain basket bersama denga Chaz dan Ryan menjadi tim lawan atas usul Chaz. Chaz berusaha mengingatkan Justin tentang Elle dengan cara bermain menjadi satu tim. Dulu Justin dan Elle memang selalu bermain satu tim melawan Chaz dan Ryan, mereka pasangan yang kompak dalam bermain basket dan itu membuat Chaz dan Ryan selalu kalah melawan kedua orang tersebut. Tapi itu dulu, dan Chaz ingin melihat apakah dengan keadaan Justin tidak mengingat Elle mereka masih bisa sekompak dahulu.


“Justin tangkap”, teriak Elle melempar bola ke arah Justin dan di tangkap lelaki tersebut dengan sigap.
“Awas di belakang mu!”, teriak gadis itu lagi memperingati Justin akan Ryan yang berada di belakangnya.
“Ell tangkap!” Kini teriak Justin yang terdesak oleh Ryan dan Chaz.
“Shot!” teriak lelaki itu lagi menyuruh Elle melempar bolanya ke ring karena posisi gadis itu aman dan pas untuk melempar bola.
“Nice Shot girls”, ucap Justin sambil bertosan kepada Elle saat gadis itu berhasil memasukkan bolanya untuk yang kesekian kali.

“Argh, syit! Kita kalah lagi” teriak Chaz kesal membuat Justin dan Elle tertawa.
“Kau tidak akan bisa mengalahkan ku bro, terlebih lagi di tambah dengan permainan Elle yang hebat” ucap Justin sambil mengedipkan matanya kepada Elle dan kemudian merangkul gadis tersebut. Perlakuan Justin tersebut membuat Elle cukup terkejut tapi kemudian mencoba untuk kembali santai.
“Salah mu yang mengusulkan mereka menjadi satu tim, kau tau kan kalau mereka sejak dulu tidak terkalahkan.” Ucapan Ryan membuat Justin mengangkat sebelah alisnya bingung.
“Sejak dulu?” Tanya Justin kemudian karena merasa janggal dengan ucapan Ryan. Elle memelototkan mata ke arah Chaz membuat Chaz kalang kabut.
“Ah, itu, maksud nya itu Ryan dan aku tau kalau kau itu jago bermain basket dan kami juga tau kalau Elle memang juga jago bermain basket, jadi salah ku karena meminta Ryan untuk menyatukan dua orang yang jago bermain basket menjadi satu.” karang Chaz yang di jawab anggukan mengerti oleh Justin.
“Jadi rupanya kau juga sudah jago bermain sejak dulu ya.” Ucap Justin kepada Elle yang berada di rangkulannya sedangkan gadis itu hanya membalas denga senyuman simpul.
“Kita harus bermain bersama lagi lain kali. Kau menjadi temanku juga mula sekarang, jadi boleh aku meminta nomor mu untuk menghubungi jika kita akan bermain lagi atau sekedar hang out?”
“Yes, of course.” Jawab Elle singkat dan langsung mengetikkan nomernya di Iphone Justin. Ia sudah tidak bersemangat lagi denngan semuanya dari semenjak mengetahui kalau Justin melupakannya. Semangatnya seakan hilang terbawa anngin begitu saja dan digantikan oleh rasa sakit yang teramat sama. Ia hanya butuh pulang dan menangis di kamarnya sedirian, menumpahkan seluruh rasa kecewanya.
“Oh ya, ngomong-ngomong di mana kamu tinggal?” tanya Justin lagi membuat Elle mengangkat kepalanya yang sejak tadi ia tundukkan. Elle menatap mata hazel Justin lekat-lekat mencoba mencari sesuatu dalam mata itu, mencari segala kenangan yang pernah di lihat oleh mata itu yang kini telah terlupakan. Air mata Elle kembali akan keluar, tetapi gadis itu mencoba untuk tetap kuat.
Elle memasang senyum kecutnya sebelum menjawab. Ia berharap Justin akan ingat dengannya ketika ia menyebutkan rumahnya. “Aku tinggal tidak jauh dari rumah mu, hanya berbeda beberapa rumah.”
Justin terdiam, tampak berfikir. “Benarkah? Tapi aku benar tidak pernah melihat mu. Atau aku saja yang lupa?”
“Mungkin kau yang lupa.” Jawab Elle sambil tertawa garing. Ya kau memang lupa dengan ku Justin. Lupa akan semua kenangan kita, lupa akan janjimu pada ku. Batin Elle.
“Kalau begitu kita bisa pulang bersama. Ayo, aku akan mengantar mu.” Elle hanya menganngguk kecil dan kemudian berjalan pelan di sebelah Justin yag di ikuti oleh Ryan dan Chaz. Dua orang tersebut hanya bisa terdiam karena merasa tidak enak dengan Elle.

Mereka semua berjalan dalam diam hingga akhinya mereka telah sampai tepat di depan rumah Elle yang memang paling dekat di antara semuanya. Elle menatap Justin lekat, berharap lelaki itu ingat dengan dirinya. Tapi sepertinya harapan tersebut harus sirna karena nyatanya lelaki itu benar-benar lupa tentangnya.

“It’s My home. Aku baru saja pindah tadi pagi. Tapi dulu aku pernah tinggal di sini, itu sebabnya Chaz dan Ryan mengenal ku.”
“Ah! Pantas saja aku tidak pernah melihat mu sebelum ini. dan ya, ternyata rumah kita sangat dekat. Rumah ku yg di sebelah sana, rumah ke tiga dari rumah mu.”, ucap Justin sambil menunjuk rumahnya. Elle hanya menanggapi Justin dengan anggukan kecil.
“Thanks for today, that was fun.”, ucap Elle kemudian masuk kedalam rumahnya dan langsunng pergi menuju kamarnya dengan berlari.

Sesampai di kamar gadis itu langsung membanting dirinya ke atas kasur dan menutup seluruh mukanya dengan bantal. Air matanya benar-benar keluar kali ini. Elle merasa sangat kesal, marah, dan kecewa kepada Justin dan dirinya sendiri. Marah karena lelaki itu telah melupakannya, kecewa karena lelaki itu melanggar janjinya sendiri, dan kesal pada dirinya sendiri yang tidak begitu berharga untuk di kenang oleh lelaki tersebut. Semua kenangan yang dia anggap berarga ternyata bukan apa-apa untuk Justin. Ia bukan gadis yang berharga di mata lelaki tersebut.

“Dia lupa. Dia lupa dengan ku.” Ucap Elle lirih.

Elle terus menangis hingga larut malam. Setelah lelah menangis gadis itu pun tertidur begitu saja masih dengan mata yang basah karena air mata. Ia akan melalui hari yang berat esok hari dan seterusnya, dan itu semua karena sahabat kecilnya dan cinta pertamanya yang telah melupakannya. Semua karena Justin Bieber.

***

[ February 11st 2014. Atlanta, Georgia, AS]

            Pagi-pagi sekali Elle dan Ella telah siap mengenakan seragam sekolah barunya. Hari ini akan menjadi hari pertama Elle dan Ella kembali bersekolah di Atlanta, dan kabarnya mereka akan satu sekolah dengan Ryan, Chaz dan juga—Justin. Mungkin itu akan menjadi hal yang menyenangkan jika Justin masih mengingat Elle, tetapi tidak untuk kali ini karena setiap menatap lelaki itu Elle selalu merasa sedih.
            Seusai sarapan Dad pun mengantar kedua gadis kembar itu kesekolah barunya. Sesampai di depan sekolah Dad pun berpesan kepada Elle untuk menjaga Ella dan hanya di balas anggukan malas oleh Elle. Ia telah bosan dengan semua kalimat yang akan di sampaikan Dad dan Mom sebelum ia masuk sekolah, “Titip Ella ya” “jaga Ella, jangan sampai ia kenapa-kenapa” “Terus perhatikan saudaramu itu jangn sampai kambuh” “jangan biarkan Saudaramu melakukan hal yang berat dan melelahkan yang bisa membuatnya drop”. Elle bosan dengan semua hal itu, selalu Ella, Ella dan Ella lagi. Tidak pernah sekali pun momnya menghuatirkan dirinya. Elle memang sehat, tapi ia juga butuh perhatian seperti yanng di lakukan Dad dan Mom nya kepada Ella. Setelah mendengar ribuan kalimat titipan oleh Dadnya  Elle pun masuk begitu saja ke dalam gedung sekolah tanpa memikirkan Ella yang telah tertinggal jauh di belakangnya.

            “Elle Wait!”, teriak Ella kepada kembarannya tersebut yang telah berada agak jauh di depannya.
            “Hurry Ella. Aku tau kau sakit, tapi dengan berjalan sedikit lebih cepat tidak akan membuat jantungmu kambuh.” Teriak Elle tidak perduli dengan kembarannya tersebut. Mereka terus berjalan hingga sampai di depan kelas mereka yang telah tertulis di sebuah kertas petunjuk. Elle pun segera mengetuk pintu kelas dan menunggu hingga guru di dalam kelas membukakan pintu.

            “Yes?”, tanya guru tersebut kepada Elle.
            “Saya murid baru yang akan berada di kelas ini, dan—Juga dengan kembaran saya.” Sambung Elle ketika Ella telah sampai di sebelahnya.
            “Ah ya, silahkan masuk.” Ucap Guru perempuan tersebut yang kemudian mengumumkan kepada seisi kelas tentang kedatangan dua murid baru. Kemudan Elle dan Ella pun di persilahkan untuk memperkenalkan diri di depan kelas. Saat akan memperkenalkan diri Ella mencoba menatap satu persatu murid-muri di dalam kelas hingga matanya menatap satu titik. Menatap Justin yang terduduk di pojok ruangan yang tengah menatapnya tekejut. Kemudian Justin pun merubah eksresinya dan tersenyum kepada Elle.

            “My Name is Elleanor Edward Mitchell, you can call me Elle, Lea, or Elleanor, but all my friends always call me Elle. I’m move from Edmond, Oklahoma but I've lived here when I was child. My hobbies are playing basketball. I hope we can be friends now.” Ucap Elle panjang membuat beberapakali sorakan menggoda terdengar.
            Kini giliran Ella yang memperkenalkan dirinya. “My name is Elleandra Edward Mitchell, you can call me Ella, or leandra. I’m Elle Twin. And same like Elle, i hope we can be friends from now.” Ella memprkenalkan diri sambil memasang senyumannya membuat beberapa pasang mata menatap gadis itu kagum. Elle tidak perduli dengan hal tersebut selama ini, tapi kali ini iya menjadi perduli karena Justin juga ikut menatap kembarannya tersebut dengan tatapan kagum.

            “Ok Elle dan Ella, kalin boleh duduk di salah satu kursi yang kosong sekarang.”

            Elle pun segera berjalan mendekat ke arah banngku kosong yang berada tepat di sampping Justin sedangkan Elle harus duduk di bangku kosong yang berada di paling depan. Saat Elle sedang mengeluarkan buku pelajaran Justin memanggil gadis itu beberapa kali.

            “Ell, Elle!” Elle hanya menjawab dengan gumaan.
            “Kau tidak bercerita padaku kalau kau punya kembaran.”
            “Kau tidak bertanya kepada ku.” Jawab Elle pendek.
            “Astaga, kalian sangat mirip. Hanya saja—warna rambut kalian berbeda.”
            “tentu saja, itu karena aku mengecat rambutku. Warna rambut asliku sama seperti Ella. Tapi aku lebih suka rambutku yang sekarang karena dengan ini orang-oranng bisa membedakan aku dengan Ella.”
            “Ya. Tapi aku rasa kamu jauh lebih cantik jika berambut coklat. Lagi pula tanpa mengecat rambutmu aku akan tetap bisa mebedakannya mu, karena kalian memang berbeda.”
            “Ya itu untuk mu, tapi tidak dengan Mom dan Dad ku.” Deg. Tia-tiba Elle merasa De javu. Ia dan Justin pernah melakukan percakapan seperti ini dulu, di saat ia dan Justin akan mengburkan kalung pembeda antaranya dan Elle kedalam kapsul waktu. Lagi-lagi Elle merasa seperti ada yang meremas hatinya degan erat, teramat sakit tapi tidak dapat di obati.

***

[ March 1st 2014. Atlanta, Georgia, AS]

            Hari ini adalah hari ulang tahun Justin, dan tepat pada hari ini pula Elle yakin dan sangat yakin kalau Justin Mencintai Ella. Elle telah lama sadar dengan hal itu, terlihat jelas dari sikap Justin yang sangat berbeda saat bersama Ella. Lelaki itu ingin tampak selalu sempurna saat berada di depan Ella. Justin menghilangkan tingkah konyolnya dan berlaku gentel saat berada di depan Ella. Terlebih lagi semenjak Justin mengetahui penyakit Ella, lelaki itu jadi lebih sering menghabiskan harinya bersama Ella dari pada bermain dengan Elle dan teman-temannya. Justin berubah. Justin tidak seperti Justin yang Elle kenal lagi. Lelaki itu kini leih mementingkan Ella dari pada dirinya. Lelaki itu lagi-lagi melanggar janjinya.

            Elle tengah termenung di atas kasurnya sambil meratapi album berisi foto kenangannya dengan Justin saat sebuah pesan masuk ke Iphonenya. Dengan malas gadis itu meraih Iphonenya yang berada di atas meja di samping kasur dan membuka pesan tersebut.

            From: Justin
Hei. Today is my birthday. You don’t wanna say something to me? Or give me present maybe. Lol  I'm still waiting for a greeting from you and Ella. ;)

           
            Bukan senang membaca pesan dari Justin itu Elle justru kesal. Elle tau betul apa yang sebenarnya lelaki itu harapkan. Ia hanya berharap Ella akan mengingat ulang tahunnya dan mengucapkan Selamat kepadanya. Lelaki itu tidak mengharapkan ucapan dari dirinya. Pada akhirnya Elle tetap membalas pesan dari Justin tersebut meski dengan hati terluka. Tidak tau kah lelaki itu kalau dirinya memiliki perasaan khusu padanya sejak dulu, selalu mengharapkan untuk bisa kembali lagi bertemu dengannya lagi. Tapi apa balasannya? Lelaki itu melupakannya, dan kini jatuh cinta kepad kembarannya. Hidup memang kejam.

            To: Justin
Lol. I know. :p But im to lazy to say happy birthday to you. And if you wanna get a present, go to store and buy a present for yourself. :p

            Tidak lama datang kembali pesan balasan dari Justin .

            From: Justin
                        you're cruel, Like Cruela Devil. ;(

            Seketika Elle tertawa terbahak-ahak karena membaca pesan balasan konyol dari Justin tersebut. Justin benar-benar terlalu banyak menonton film 1001 dalmatian sehingga selalu ingat dengan nama tokoh jahat di film tersebut.

            To: Justin
                        Lol. You watch too many movies for kids dude. xD


            From: Justin
                        Hei! That's not just a movie for kids, that's a movie for all ages.


            To: Justin
Whatever Justin! But for me, that’s still a movie for kids and that means you are a kids. Lol :p


            From: Justin
                        Err... You are sucks! -.-  i’m not a kid. I’m gentel! I had to prove it to you?


            To: Justin
                        Hahaha... ok Stop it! U will get what you want.
Happy Birthday Justin Sucks Bieber, the most Annoying friends in the world. You are old now. :p


From: Justin
            Thank you. You are annoying too. :p and im not old!
Remind Ella to say happy birthday to me. ;)
            Btw, Wanna Hang out today?

           
            Elle tersenyum akibat ajakan dari Justin tersebut. Sudah lama ia tidak pergi jalan-jalan berda dengan Justin semenjak Ella mengambil perhatian Justin. Elle sangat senang dan dengan cepat mengiyakan ajakan Justin tersebut.

            To: Justin
                        That's will be nice. :)


            Tapi ketika pesan balasan dari Justin datang kembali senyum Elle pun pudar begitu saja. Moodnya menjadi hilang, tapi semua terlanjur karena iya telah menstujui ajakan dari Justin.

            From: Justin
                        Cool! Ask Ella too. I pick you two at 9. See ya. ;)

           
            Pada akhirnya dengan langkah malas Elle pergi menuju kamar Ella dan memberitahu kembarannya itu bahwa Justin mengajaknya jalan-jalan bertiga hari ini. Elle pun kembali ke kamarnya untuk bersiap setelah itu.

            Tepat pada jam 9 seperti janji Justin, lelaki itu telah datang untuk menjemput kedua gadis tersebut. Kedu ekspresi berbeda terlihat dari wajah kedua gadis itu. Ella dengan senyum cerinya dan Elle dengan wajah bosan dan kesalnya. Justin pun mempersilahkan kedua gadis itu masuk ke dalam mobilnya, tapi hal yang paling membuat Elle semakin kesal adalah Justin menyuruh Ella untuk duduk di kursi depan tepat di sebelah Justin dan membukaan pintu untuk gadis itu sedangkan Ella harus menerima duduk di belakang dengan membuka pintunya sendiri. Kesal, Iri, cemburu, Sedih, semua menjadi satu di dalam hati gadis itu. Selalu Ella, Ella dan Ella lagi yang mendapatkan perhatian dari semua orang yang Elle sayang. Mom, Dad, dan kini Justin. Kapan dirinya akan mendapatkan perlakuan spesial seperti itu? Elle bahkan lebih memilih di posisi Ella saat ini meski harus menanggung sakit sekali pun. Hidupnya terlalu tidak adil.


            Justin membawa kedua gadis itu berjalan-jalan di kota. Membeli baju, makan di cafe,  bermain di games store. Mereka memang berjalan bertiga tapi Elle merasa kalau dirinya seakan berjalan sendirian karena nyatanya Justin selalu berada di samping Ella, berbicara dan bercanda dengan gadis itu. Elle seakan tidak ada di sana. Kini Elle sadar alasan Justin mengajaknya adalaah sesungguhnya Justin ingin menghabiskan hari ulang tahunnya dengan Ella, bukan denganya. Seharusnya Elle sadar itu. Selalu Ella yang di butuhkan dan di inginkan, bukan dirinya. Selalu Ella dan Ella lagi.

***

[ May 17th 2014. Atlanta, Georgia, AS]

            Hari ini adalah ulang tahun Elle dan Ella, tapi bukan merasa senang Elle Justru merasa sangat membenci hari itu. Elle tidak pernah suka hari ulangtahunnya, terlebih lagi dia harus memiliki hari ulang tahun yang sama dengan Ella. Ia tau kalah di hari spesial ini dia tetap akan jadi nomor dua karena sesungguhnya dia tidak pernah menjadi nomor satu. Hanya dulu, hanya dulu dia pernah menjadi noomor satu oleh satu orang. Dia hanya pernah merasa menjadi nomor satu oleh Justin. Tapi itu pun kini hanya tinggal kenangan. Tidak ada lagi masa-masa indah untuknya, tidak akan pernah lagi menjadi nomor satu. Ia tidak perduli kalau Mom dan Dadnya menomor duakan dirinya selama ada Justin untuknya, tapi kini ia tidak memilii siapa-siapa lagi, karena kini lelaki itu juga lebih memilih Ella dari padanya. Lelaki itu lupa akan dirinya, lupa akan janjinya.


            Sayup-sayup suara musik terdengar di seluruh penjuru ruangan. Seluruh ruangan telah ramai oleh orang-orang yang datang untuk menghadiri pesta ulang tahun Ella dan Elle. Wajah-wajah bahagia tersirat dari setiap oarang yang datang ke pesta tersebut, tapi ekspresi berbeda muncul dari salah satu gadis yang berulang tahun. Elle tampak duduk menyendir di halaman belakang rumahnya sambil  menatap ke arah Justin yang tengah asyik bercanda tawa dengan Ella. Elle sudah sejak tadi terduduk di sana dan belum ada satu orang pun yang sadar akan kehilangannya. Ya, sesungguhnya memang tidak ada yang perduli dengannya. Hanya Ella yang mereka perdulikan. Baik Mom, Dad, Justin dan bahkan seluruh teman sekolah lebih menyukai Elle dari pada dirinya. Dan Elle merasa kalau pesta ini sesungguhnya memang hanya di adaka untuk Ella, bukan untuknya.
            Setetes demi tetes air mata turun dari kedua mata indah Elle. Gadis itu kembali memangis dan tidak ada yang akan menghiburnya seperti dulu. Tidak ada orang yang bisa ia peluk saat menangis, tidak ada lagi orang yang akan menghiburnya. Ia sendirian sekarang. Tiba-tiba kenangan akan ulang tahunnya yang ke 6 tahun terngiang di otaknya, berlalu bagai film yang berputar.

*Flashback*

            Hari ini adalah hari ulang tahu Elle dan Ella yang ke 6 dan seperti biasa Ella akan mendapatkan perhatian lebih dari Mom dan Dadnya. Mom dan Dad memasak banyak makanan dan membeli kueh untuk mensyukuri umur anaknya itu yang mampu bertahan hingga saat itu. Elle hanya bisa terdiam duduk di atas meja tepat di samping Ella saat mom dan Dadnya memanjatkan doa atas syukurnya, dan seperti biasa pula nama Ella selalu di sebut dalam doa itu dan hanya sekali nama Elle tersebut di sana. Elle kecil hanya bisa tersenyum kecut dan pasrah dengan semua itu, toh setelah ini ia akan merayakan hari ulang tahunnya lagi dengan Justin dan kedua temannya yang lain, Chaz dan Ryan. Elle pun melalui pesta ulang tahun bersama Mom dan Dadnya dengan hanya terdiam, berbeda dengan Ella yang tampak memasang senyum bahagianya. Kembarannya yang satu itu memanng memiliki sifat yang berbeda dengannya, Elle lebih murah senyum dan lebih feminim sedangan dirinya adalah gadis yang bersemangat dan ceria tapi pelit senyum di depan orang tuanya, ia juga gadis yang tomboy. Tidak ada yang mengetahui perbedaan sifat itu selain Justin, bahkan orang tuanya hanya bisa membedakan mereka berdua melalui kalung yang menggantung di leher mereka.
           
            Seusai pesta kecil-kecilan di rumah, Elle pun segera berlari menuju rumah Justin tetapi ia tidak menemukan lelaki itu di sana. Elle pun mendatangi rumah Ryan dan Chaz tapi lelaki itu tetap tidak ada di sana. Kembali Elle mencari Justin di taman dan tempat-tempat lain di mana mereka biasa bermain tapi lelaki itu juga tidak ada. pada akhirnya Elle pulang dengan hati yang sedih karena nyatanya lelaki itu melupakan hari ulang tahunnya. Sesampainya di rumah Elle pun segera masuk kekamarnya dengan air mata yanng sudah menggenang di matanya. Saat akan menuju tempat tidurnya Elle menemukan selembar kertas tereletak di atas meja di samping tempat tidurnya, di kertas itu tertulis “Go to Hill!”. Dan Dengan berlari tergesah-gesah Elle pun pergi ke atas bukit. Gadis itu terkejut saat samai di sana. Ia menemuka Justin tengah berdiri di bawah pohon sambil memegang kue ulang tahun berlilin angka 6. Sambil menangis Elle berlari ke arah Justin dan memeluk sahabatnya itu. Justin hanya tertawa karena lelaki itu merasa sudah sukses membuat kejutan untuk gadis itu. Di tengah pelukan itu Justin menngucapan Selamat ulang tahun kepada Elle membuat lagi-lagi air mata gads itu tumpah. Lalu Elle pun melepas pelukannya dari Justin dan menatap mata lelaki itu dengan lekat.

            “Ini ada hari ulang tahun yang paling indah yang pernah aku rasakan”, ucap gadis itu yang kemudian memeluk kembali sahabatnya itu. Pada akhirnya mereka merayakan pesta ulang tahun tersebut berdua di bukit tersebut dan merayakannya lagi di rumah Chaz bersama Chaz dan Ryan. Sungguh hari ulang tahun yang indah.

*Flashback End*


            Elle merebahkan badanya di atas bangku ayun yang sejak tadi ia duduki. Dengan perlahan gadis itu memejamkan matanya dan kembali mengingat seluruh hari ulang tahunnya dulu, hari ulang tahun yang di rayakan bersama justin dulu. Hari ulang tahu yang indah yang tidak akan pernah terjadi lagi di hidupnya. Ia sendirian sekarang. Perlahan-lahan Elle memejamkan matanya dan tertidur di sana akibat kelelahan menangis. Tanpa ia sadari Justin melihat gadis itu yang tengah tertidur di sana dan memindahkannya ke kamar gadis itu. Justin mengecup dahi gadis itu dengan lembut dan berbisik di telinga gadis itu.

            “Happy Birthday Elle.” Kemudian Justin pergi meninggalkan ruagan tersebut setelah menyelimuti gadis itu. Sungguh malam yang penuh emosi untuk Elle, dan itu akan terus terjadi dalam hidupnya setelah ini.

***

[ June 20th 2014. Atlanta, Georgia, AS]

            Semilir angin berhembus menerbangkan wewangian bunga yang tercium di hidung Elle. Gadis itu tengah terduduk sendirian sambil memegang selembar kertas bergambarkan sebuah peta dan dua buah sekop kecil di tangannya. Sudah sejak 5 jam yang lalu gadis itu duduk menunggu sendirian, menanti kedatangan seorang yang entah ingat akan janjinya atau tidak. Saking lelahnya menunggu Elle pun tertidur dengan keadaan badan menyender ke dahan pohon besar yang memang sejak tadi ia gunakan untuk berteduh dari matahari.

            Elle terbangun dari tidudurnya saat mendengar suara langkah kaki. Gadis itu lekas bangkit dari duduknya dan melihat siapa orang yang datang. Tapi hanya kecewa yang muncul karena nyatanya itu bukan Justin, itu hanyalah dua orang anak kecil yang tengah bermain di sekitar bukit. Pada akhirnya Elle kembali mendudukan dirinya kembali. Gadis itu masih setia menunggu kedatangan Justin untuk menepati janjinya untuk membuka kembali kapsul waktu mereka. Hari tepat 9 tahun yang lalu adalah hari di mana Elle dan Justin menguburkan kapsul waktunya di bukit itu. Elle masih bisa menerima Jika justin tidak menepati kedua janjinya yang lain, tapi ia hanya berharap paling tidak lelaki itu ingat dengan hari ini, hari penting ini. tapi nyatanya hingga senja datang lelaki itu tidak kunjung datang juga. Dengan rasa kecewa yang teramat sangat Elle pun memutuskan untuk menggali time capsulenya sendirian.
            Sedikit demi sedikit Elle menggali tanah menghasiilkan sebuah lubang yang cukup besar dan dalam hingga akhirnya ia bisa melihat sebuah kotak yang terkubur di sana. Tanpa perduli akan mengotori tangannya, gadis itu mengambil kotak tersebut dan menatapnya dengan seksama. Ya itu adalah kotak musiknya yang dulu iya kubur bersama Justin. Kotak yang katanya akan menjadi penting karena berisi sebuah kenangan.  Tapi tetap saja kotak itu tidak menjadi penting untuk Justin, karena nyatanya lelaki itu lupa akan hal tersebut. Lelaki itu benar-benar lupa akan semua janji-janjinya.

            Air mata kembali mengalir di pipi gadis itu saat teringat akan seluruh kata-kata Justin 9 tahun yang lalu.

            “Seluruh yang ada di kotak ini adalah hal penting untukku dan kamu. Seluruh yanng ada di kotak ini akan mengingatkan banyak hal untukku saat kita dewasa nanti.”
            “Memangnya apa yang kau masukkan di sana Justin?”
            “Itu rahasia. Kau akan tau ketika kita membukanya nanti. Yanng jelas itu adalah sesuatu yang penting yang tidak bisa aku katakan padamu sekarang. Dan itu akan selalu menjadi sesuatu yang penting untukku.”

           
            Dengan tangan gemetaran Elle membuka tutup kotak tersebut, memampangkan apa yang ada di dalam kotak tersebut. Elle menatap dengan nanar Seluruh isi kotak tersebut dan air matanya kembal menetes dan terjatuh ke salah satu kertas di dalam kotak. Elle mengambil kertas itu dan membuka lipatan dari kertas tersebut. Air mata gadis itu semakin deras ketika mengetahui kalau kertas itu adalah kertas milik Justin, kertas yang di kubur oleh lelaki itu.

            “Itu adalah sesuatu yang penting yang tidak bisa aku katakan padamu sekarang. Dan itu akan selalu menjadi sesuatu yang penting untukku.


            Kata-kata Justin itu terus terngiang di otak Elle saat membaca kata-kata yang ada di kertas tersebut. Kata-kata yang tidak mungkin lagi di ucapkan oleh lelaki itu lagi untuk dirinya.

            “I love you Elleanor Mitchell, I wanna be with you, make you save, make you happy, make you never feel alone, makes you feel owned, makes you feel to be number one. I will always choose you then other people. I hope you can be mine, Because i love you. <3

-Justin”

            Elle kembali meraih barang milik Justin yang lainnya dan ia menemukan sebuah kotak. Begitu Elle membuka kotak tersebut, gadis itu menemukan sebuah cincin denngan ukuran yang kecil. Ia yain kalau cincin itu adalah cincin yang ingin Justin berikan padanya dulu, teapi nyatanya lelaki itu tidak mampu melakukannya. Elle tau itu karena gadis itu kembali menemukan sebuah kertas di dalam kotak tersebut yang bertuliskan namanya.

            Elle kembali membuka satu persat kertas-kertas yang ada di sana, mencoba  mencari salah satu kertas miliknya. Hingga akhirnya ia berhasil menemukannya, kertas bertuliskan perasaannya untuk Justin. Kertas bertuliskan “I Love Justin Drew Bieber Forever”. Elle kembali menangis. Dia merasa sangat sakit saat tau kalau dulu mereka saling mencintai, mereka memiliki perasaan yang sama tapi sama-sama tidak berani untuk mengungkapkan. Tapi kini semua telah terlambat karena nyatanya Justin telah jatuh cinta kepada orang lain, Justn telah Jatuh cinta kepada Ella kembarannya. Semua sudah terlambat. Ella tidak bisa lagi mendapatkan cinta Justin karena lelaki itu telah jatuh cinta pada Ella dan lupa padanya.

            Dengan tangan yang bergetar hebat, Elle meraih kotak musiknya yang telah kotor karena tanah itu. Gadis itu mencoba memutar baut untuk menyalakan musik dari kotak musik itu meski iya tau kalau kotak musik itu pasti sudah tidak dapat berbunyi akibat karat dan telah lama terpendam di tanah. Tapi ternyata ia salah, Kotak musik itu menyala, bahkan suaranya masih seindah dan sekencang dulu. Masih bersuara merudu seperti saat kotak itu di beli. Hal itu membuat senyum terukir di bibir gadis itu. Kotak musik itu seakan memberi semangat untuknya, sekan menagatakan meski telah lama waktu berlalu dan telah lama terpendam ia masih punya kesempatan untuk bersuara, masih memiliki kesematan untuk mengeluarkan segalanya. Masih ada kesempatan untuknya jika ia berusaha.
            Akhirnya Elle pun memasukkan kembali seluruh barang yang ia keluarkan dari kotak tersebut dan kemudian membungkus kotak tersebut dengan kain yang telah ia siapkan dan kemudian membawa pulang kotak itu bersama dirnya.

***

 [ September 2nd 2014. Atlanta, Georgia, AS]

            Siang itu panas terik melanda Atlanta, sepanas perasaan Elle saat melihat Justin yang mengajak Ella untuk makan malam bersamanya malam maam itu. Elle encoba menahan emosinya dengan mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Saking eratnya tangan gadis itu terluka akibat tertusuk kukunya yang panjang. Semakin hari semakin sesak saja melihat Justin dengan Ella. Justin semakin gencar mengajak Ella jalan setiap dua minggu sekalli, dan sisanya di habiskan lelaki itu untuk datang berkunjung kerumah untuk bertemu dengan Ella. Hal tersebut sukses membuat setiap malam Elle menangis di kamarnya. Sesak, sakit. Itu yang di rasakan Elle. Tapi tidak ada yang bisa di lakukan. Ia tidak memiliki hak apa pun untuk melarang Justin. Ia bukan siapa-siapa Justin. Bahkan Mom dan Dad Elle setuju dengan Justin yang mendekati Ella, kata mereka ke adaan Ella semakin membaik semenjak dekat dengan Justin. Sekarang apa daya Elle. Ia hanya gadis lemah yang di tinggalkan sendirian. Tidak ada yang mendukungnya, tidak ada yang menyemanngatinya, tidak ada yang menyayanginya.


            Malam itu Ella berdandan sangat cantik untuk Justin. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan dress putihnya. Senyuman merekah dari bibir merahnya. Mom yang membantu mendandani gadis itu sehingga menjadi secantik itu. Hati Elle seakan di sengat saat ingat kalau Mom nya bahkan tidak pernah melakukan hal sepert itu saat iya akan pergi ke Prom di SMP dulu. Hal itu semakin meyakinkan Elle kalau Momnya tidak mencintainya. Mom hanya mencintai Ella seorang, Gadis cantik, polos, penurut, lemah, dan penuh senyuman. Tidak seperti dirinya yang selalu membangkang, gadis nakal yang tomboy dan selalu menutup senyumnya.
           
            Tepat pada jam 9 justin menjempu Ella dengan pakaian rapi. Justin mengenakan Suit biru dongker dengan lengan yang di gulung. Lelaki itu terlihat sangat tampan mengenakan setelan tersebut. Justin meraih tangan Ella saat gadis itu berada di sebelahnya, mencium punggunng tangan gadis itu dan kemudian tersenyum sangat manis membuat pipi Ella kemerahan. Sedangan Elle hanya bisa berdiri terdiam, mengintip dari tangga dengan hati yang seakan di hantam ribuan panah. Sakit teramat sakit.
            Elle meremas kencang dadanya untuk menahar seluruh rasa sakit itu, tapi tetap saja rasa sakit itu terus menghantui seluruh tubuhnya bagai virus mematikan. Elle pun hanya bisa menatap punggung Kedua pasangan tersebut dengan mata nanar hingga akhirnya menghilang di balik pintu. Ella segera berlari menuju kamarnya, mengunci pintunya dan pergi ke atas kasurnya, menanngis di sana. Hanya itu yang bisa di lakukan gadis itu, tidak ada yang lain. tidak ada yang bisa ia perbuat, karena dia hanya sendirian.

***

[ September 4th 2014. Atlanta, Georgia, AS]

            Hari itu menjadi hari terburuk untuk Elle. Setelah seharian membuntuti Justin dan Ella dia harus melihat hal yang paling tidak pernah ia ingin lihat dan dengar. Justin, Lelaki itu menyatakan cintanya kepada Ella. Sekali lagi, JUSTIN MENYATAKAN CINTANYA KEPADA ELLA!!
            Dunia Elle seakan berhenti berputas saat itu, saraf-sarafnya mati mendadak membuat dirinya tidak bisa berfikir, tidak bisa bergerak ,tidak dapat bersuara dan bahkan tidak dapat menetesan air mata. Hancur sehancur hancurnya. Itu yang di rasakan Elle saat itu. Tidak ada kesempatan lagi untuknya. Tidak ada lagi! Seharusnya gadis itu sadar sejak awal kalau memang tidak pernah ada kesempata untuknya. Justin Mencintai Ella sekarang, bukan dirinya. Untuk Justi dirinya hanya masa lalu yang tidak penting, masa lalu yang pantas untuk di lupakan, masa lalu yang bahkan tidak pantas untuk di kenang.
            Elle berusaha membuka mulutnya lebar-lebar untuk mencari udara yang tidak dapat ia hirup melalui hidungnya. Berulang kali mencoba, tetap saja ia merasa sesak. Oksigen seakan menghilang dari dunia, membuatnya tidak dapat bernafas. Elle mencoba menguatkan kakinya untuk tetap berdiri tapi pada akhirnya ia tidak mampu dan terjatuh begitu saja ke tanah, menyisakan bunyi dentuman yang cukup kencang untuk di dengar oleh Justin dan Ella. Kedua pasangan itu cukup kaget melihat keberadaan Elle, terlebih lagi gadis itu terjatuh di tanah. Justin langsung berlari menghampiri Elle dan mencoba membantu gadi itu untuk bangkit, tapi Elle menolaknya. Gadis itu terlanjur merasa sakit dengan lelaki tersebut. Elle pun mencoba bangkit sendiri, begitu berhasil gadis itu menatap Justin dan Elle bergantian dengan eksresi yang berbeda. Ekspresi kecewa untuk Justin dan Ekspresi marah untuk Ella. Kemudian gadis itu pergi begitu saja meninggalkan tanda tanya untuk Justin, sedangkan Ella yang mengerti hanya bisa menunduk lesuh. Ella mengerti, Elle mencintai Justin sejak lama dan ia telah merebut Justin dari Elle. Pada akhirnya Ella pun memutuskan untuk menolak Justin. Gadis itu tidak ingin melukai hati Elle. Gadis itu pantas bahagia.

***

[ September 13rd 2014. Atlanta, Georgia, AS]

            Hampir seminggu lebih sudah Elle melakukan misi berdiam diri kepada Ella. Gadis itu bahkan tidak menganggap kembarannya itu ada. Elle marah semarah marahnya dengan Ella. Ia tidak terima karen semua orang jauh lebih mencintainya dari pada dirinya. Elle iri, cemburu, dan kecewa kepada Ella. Kenapa harus Ella, kenapa bukan gadis lain saja yang di cintai Justin, mungkin itu akan jauh lebih mudah untuk hatinya menerima. Sudah terlalu banyak yang Ella dapat. Kenapa tidak sekali saja seseorang memberikan apa yang Elle mau. Elle merasa menjadi gadis yang paling tidak di butuhkan di duni, bahkani ia berfikir jika ia mati sekali pun tidak akan ada yang peruli dengan dirinya. Takdir memang kejam.

            Sore ini lagi-lagi Justin mengajak Ella untuk makan malam di luar. Ella sudah mencoba menolak, tetapi lelaki itu tetap saja memaksanya. Elle bisa mendengar ajakan Justin kepada Ella itu dengan baik karena mereka berbicara di dalam kamar Ella yang berada tepat di sebelah kamar Elle. Di dalam kamar Elle melempar bantal dan gulingnya kedinding yang mengarah ke kamar Elle, melampiaskan seluruh kekesalanya. Dan tepat ketika Justin pulang Elle segera berlari menuju kamar Ella, membuka pintu kamar dengan keras yang menghasilkan dentuman kencang yang mengagetkan Ella. Air mata telah turun membasahi pipi Elle saat itu,  nafasnya sudah tidak beraturan. Dan dengan emosi yang memuncak gadis itu berteriak kepada Ella, memaki gadis itu dengan sangat kejam, meminta gadis itu untuk tidak pergi apa pun yang terjadi. Ella hanya terdiam mendengarkan seluruh caci maki dari Elle kembarannya. Tapi begitu Elle selesai dengan seluruh emosinya Ella mncoma mndekati kembarannya itu, memeluk gadis itu dan menangis bersamanya. Sesungguhnya Ella tau apa yang di rasakan oleh kembarannya itu. Mereka kembar, dan mereka memiliki ikatan batin yang kuat. Sesungguhnya Ella juga sering mendengar suara tangisan Elle dari balik kamarnya yang membuatnya ikut menangis di kamar. Sesungguhnya jika Ella mampu ia mau membuat Justin mencintai Elle, tapi ia hanya gadis lemah yang tidak mampu berbuat seperti itu. Mereka sama-sama terdesak oleh takdir yag menyakitkan.
           
            Ella melepaskan pelukannya dari kembarannya itu. Mengangkat wajah saudaranya itu dan mengusap air matanya. Lalu Ella memasang senyuman terbaiknya untuk kembarannya yang paling ia sayang itu.

            “Maaf kan aku, Maafkan aku, maafkan aku, Maafkan aku Elle. Aku tidak butuh segalanya jika kamu seperti ini. aku rela menggantikan dirimu demi kebahagiaanmu. Kau mau menjadi diriku, megganti nama mu dengan dirimu pun aku mau. Kau satu-satunya sadara yang ku punya, yang ku sayang. Jagan menangis lagi. Kau bisa ambil Justin sesuka mu, dia bukan milikku. Kau bisa memilikinya malam ini, aku akan membantumu.”

            Kata-kata Ella itu membuat Elle menghapus air matanya. Ia merasa bodoh karena tidak pernah berfikir sampai ke sana. Kenapa ia tidak pernah berfikir untuk bertukar posisi dengan Ella? Mereka anak kembar dan mudah bagi mereka untuk melakukan itu.
            Dengan semangat Elle pun menghapus air mata yang tersisa di pipinya dan kemudian pergi ke kamarnya, mengambil seluruh perlengkapan untuk men cat rambut dan membawanya ke kamar Ella.

            “Kau yang bilang ingin membantu ku. Maka bantu aku. Warnai rambut mu seperti warna rambutku sekarang dan aku akan mengembalikan warna rambutku menjadi coklat. Kau harus berpura-pura menjadi diriku.”

            Pada akhirnya sore itu mereka lakukan untuk saling mempersiapkan pertukaran diri tersebut. Tepat pada jam 8 malam Elle telah siap menjadi Ella dan begitu juga sebaliknya. Elle siap untuk makan malam dengan Justin dengan menjadi Ella. Sakit memang karena Justin akan memanggilnya Ella, tapi ia juga ingin merasakan rasanya mendapatkan perhatian lebih dari lelaki itu kembali.


            Jam telah menunjukkan angka 9 malam dan Justin telah datang menjemput dengan mengenakan setelan Suit berwarna Hitam. Laki-laki itu terlihat sangat tampan. Elle yang telah menyamar menjadi Ella telah siap dengan mengenakan dress biru dengan jaket sebagai penghangat dari dingin malam. Justin yanng telah berada di depa Elle mengulurkan tangannya dan langsung di sambut oleh Elle. Justin pun tersenyum sangat manis kepada Elle yang tengah menyamar menjad Ella tersebut. Elle dengan malu-malu membalas senyuman Justin tersebut. Sesungguhnya ia merasakan seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya saat melihat Senyum Justin di jarak sedekat ini, terlebih saat Justin mencium tangan gadis itu dan membisikan pujian di kupingnya. Elle merasa seakan tubuhnya terbang ke khayangan saat itu juga. Ella yang tengan menjadi Elle hanya bisa tersenyum senang saat melihat wajah bahagia dari kembarannya. Dia rela memainkan peran menjadi Elle seumur hidupnya demi melihat gadis itu bahagia. Elle sudah terlalu banyak menderita.
            Tak berlama-lama Justin pun menggandeng Elle menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah. Justin pun membukakan pintu untuk gadis itu yang di balas senyuman manis oleh Elle. Setelah Elle naik ke dalam mobil Justin pun menutup pintunya dan menyusul masuk kedalam mobil. Lalu lelaki itu pun segera menjalankan mobilnya menuju restoran yang telah ia pesan untuk malam itu.


            Semua terlihat berjalan lancar saat tiba-tiba Justin menaruh curiga dengan gadis yang di bawanya itu. Justin terus memperhatikan tingkah gadis itu mulai di pertengahan waktu makan malamnya dan kecurigaan itu terbukti ketika Justin menanyakan sesuatu yang tidak bisa di jawab Elle. Saat itu juga Justin langsung menatap Elle dengan tajam. Lelaki itu kesal di bohongi oleh Elle dan iya tidak mengerti kenapa Elle tega melakukan itu. Lelaki itu marah kepada Elle, mengatakan kalau ia kecewa dengan gadis itu dan kemudian mendiami gadis itu di sepanjang perjalanan pulang. Elle sendiri hanya bisa terdiam dan tidak terasa air matanya menetes begitu saja. Hingga akhirnya mereka pun telah sampai di depan rumah Elle. Gadis itu mencoba meminta maaf keada Justin yang bahkan tidak di tanggapi sama sekali oleh lelaki itu. Sesak dan sakit, itu perasaan yang di rasaka Elle saat itu. Ia mungkin terima Justin melupakannya, Elle masih bisa sabar saat Justin menceritakan perasan sukanya ke Ella kepada Elle, tetapi hal yang paling Elle tidak mau adalah di benci oleh lelaki itu, Diacuhkan oleh lelaki itu. Air mata Elle mengalir dengan deras. Gadis itu menatap ke arah Justin sejenak yang bahkan lelaki itu tidak mau menatapnya. Pada akhirnya Elle pun turun dari mobil dengan membanting pintu mobil itu kuat-kuat. Gadis itu langsung berlari menuju kamar Ella, bukan kamarnya. Dan dengan seluruh emosi yang tidak dapat ia bendung lagi, gadis itu berteriak mencaci maki dan menyumpahi Ella.

            “Dasar gadis munafik! Ini kan yang kau mau! Kau memang sengaja bersikap manis dan mau memberikan malam ini kepadaku dengan berpura-pura jadi dirimu, kau tau kan kalau Justin akan tau dan memang itu kan yang kau mau! Kau memang mau Justin membenci ku!!!!!! Ya itu memang mau mu! Aku tidak pernah berharap memiliki saudara dan kembaran seperti dirimu. Bulsyit dengan kata-kata sayang mu! Itu semua hanya tipu daya mu kan! Kau memang senang mengambil seluruh yang aku mau! Kau boleh ambil Mom! Kau boleh ambil Dad! Kau bisa miliki semuanya! Tapi bisakah untuk tidak mengambil Justin dariku! Kenapa kau lakukan semua ini padaku! Apa masih kurang semua yang telah kau dapatkan! Aku sudah cukup bersabar selama ini! Kau tau apa yang paling ku ingin kan saat ini juga?! Aku-ingin-kau-mati! Aku-ingin-kau-menghilang-dari-hidupku! Jika kau memanng mencintai ku, memang menyayangi diriku apa bisa kau mengabulkan keinginan ku itu? AKU INGIN KAU MATI!! MENGHILANG DARI HIDUPKU!!!!”

            Kata-kata kejam dari Elle itu sukses membuat Elle sedih dan tidak menyangka bukan main. Tiba-tiba penyakit Ella kambuh saat itu juga. Gadis itu kesakitan dan terus memegangi dadanya, merintih kesakitan, tapi Elle tidak perduli dengan semua itu.

            “kau mulai berekting lagi kan?! Aku tidak akan percaya dengan seluruh tipu daya mu! Aku tidak akan pernah percaya lagi dengan mu! DENGAR, AKU-TIDAK-AKAN-PERNAH-PERCAYA-LAGI-DENGAN-MU!”

Teriakan Elle yang terakhir tersebut sukses membuat Mom dan Dad datanng ke kamar tersebut. Kedua orang tua mereka kaget saat melihat Ella yang tengah merintih kesakitan sedangkan Elle justru terus meneriaki gadis tersebut. Momnya pun menapar Elle membuat Elle menatap tidak menyangka.

“Kau tidak lihat kalau saudaramu tengah merintih kesakitan, sedangkan kau disini hanya berdiri memaki dirinya! Saudara macam apa kau hah?! Mom tidak pernah mengajarkan mu seperti itu!!”
Dengan air mata yang semakin membanjiri pipi, Elle pun  menjawab ucapan Mom nya tersebut. “Mengajarkan? Memangnya Mom pernah menagajarkan apa padaku? Mom dan Dad hanya perduli dengan Ella, Ella dan Ella. Kau tidak pernah memperdulikan aku Mom! Kau bahkan tidak pernah tau saat aku terkena demam di malam hari. Mom selalu mementingnkan Ella daripada semuanya dan selalu aku yang terasingkan. Kau punya dua anak Mom, Dad! Tidak hanya Ella saja! Setelah sekian lama aku bersabar selama ini apa aku bahkan tidak boleh mendapatkan keadilan sekali saja? Kenapa selalu Ella, Ella dan Ella. Kenapa semua semua orang selalu mementingkan Ella! Kenapa? Kenapa Mom? Kenapa Ella tidak mati saja?! Aku sudah lelah dengan semua ini Mom!!”

Untuk yang kedua kalinya Elle mendapatkan tamparan di pipinya. Gadis itu menatap Mom nya dengan ekspresi terkejut yang kemudian di gantikan dengan ekspresi marah dan kecewa. Hingga akhirnya Elle memutuskan untuk pergi dari sana, pergi dari rumahnya, pergi dari tempat yang tidak membutuhkannya. Malam itu menjadi malam terkelam untuk Elle. Justin membencinya, orangtuanya bahkan tidak membelanya dan mom bahkan menamparnya 2 kali. Elle merasa benar-benar tidak di butuhkan lagi. Gadis itu berjalan dengan langkah gonta tanpa tau arah tujuan hingga akhirnya ia terjatuh tepat di depan rumah Chaz. Dengan sisa tenaga yag ia punya gadis itu memencet tombol bel dan pingsan tetap di saat Chaz membukakan pintu.

***

[ September 16th 2014. Atlanta, Georgia, AS]

            3 hari sudah Elle kabur dari rumah dan menginap di kediaman Chaz. Tidak ada keinginan sama sekali untuk gadis itu kembali kerumah setelah apa yang terjadi. Chaz yang sudah mendengar seluruh cerita dari Elle pun mau memberikan tumpangan untuk gadis itu selama yang ia mau.

            Elle tengah asyik berman Xbox dengan Chaz saat gadis itu merasakan Iphonenya bergetar. Gadis itu mempaus permainannya sebentar untuk membaca pesan tersebut membuat Chaz marah-marah karena perainannya harus terhenti. Elle hanya bisa tertawa mendengar Chaz yang marah-marah padanya. Tapi kemudian tawa itu terhenti saat membaca pesan masuk tersebut.

            From: Mom
If you still love your Sister, came to Rs Wellstar now. She was dying, and she needs you.


            Elle hanya bisa terpaku menatap layar Iphonenya membuat Chaz penasaran. Lelaki itu merebut Iphone Elle begitu saja dan tidak ada ocehn apa pun dari gadis itu. Chaz membaca pesan tersebut dan eksppresi mukanya langsung berubah. Lelaki itu menatap kearah Elle yang masih terdiam tak bersuara.

            “Apa kau benar-benar serius menginginkannya menghilang dari hidupmu? Apa kau siap jika dia benar-benar mati? Itu bukan pertanyaan yang sulit bukan? Kau hanya butuh melihat di dalam hati mu dengan sungguh-sungguh dan kau akan menemukan jawabannya.”

            Ucapan Chaz tersebut mengetuk hati Elle yang paling dalam. Gadis itu segera bangkit dari duduknya dan segera pergi ke Rs yang telah disebutkan menggunakan taksi. Selama di perjalanan gadis itu tidak henti-hentinya memelintirkan bajunya karena khawatir. Sesungguhnya meskipun Elle mengatakan kalau ia membenci Ella, menginginkan gadis itu untuk menghilang, Ia tidak pernah berharap kalau hal itu benar-benar terjadi. Ia mencintai kembarannya dan sadara satu-satunya itu meskipun gadis itu telah berulang kali membuatnya sakit dan sedih. Semua kata-kata kejam yang melucur dari mulut Elle sesungguhnya hanya karena ia sedang merasa sangat emosi dan terpukul atas apa yang tealah menimpahnya. Sesungguhnya yang salah di sini adalah takdir yang dengan kejam memainkan perannya. Tapi elle juga tidak dapat menyalahkan takdir karena itu sudah menjadi kehendak tuhan. Sudah enjadi kehenda tuhan Elle sehat, Sudah kehendak tuhan Justin lupa dengannya, Sudah kehendak tuhan Justin mencintai Ella, dan sudah kehendak tuhan pula Elle selalu menjadi yang kedua. Sesungguhnya tidak ada yang tau jalan cerita kehidupan kita nantinya, hanya tuhan yang tahu dan berhak menentukan.

            Taksi telah berhenti tepat di depan Rs Wellstar. Elle segera memberika uang kepada supir taksi dan keluar dari mobl tersebut. Dengan langkah lebar gadis itu masuk kedalam rumah sakit tersebut. Elle bertemu dengan Momnya yang tengah mebayar biaya rumah sakit. Momnya memberikan nomer kamar Ella dan Elle pun segera pergi menuju kesana. Tapi elum sampai di depan kamar Elle sudah dapat melihat Justin yang tengah terduduk di bangku luar ruangan dengan keadaan yang kacau. Rambut lelaki itu sudah tak beraturan dan pipi lelaki itu terlihat basa akibat menangis. Elle belum pernah melihat Justin sesedih dan sekacau itu. Justin yang dulu Elle kenal selalu tenang menghadapi apa yang terjadi. Bahkan saat kakek justin masuk rumah sakit dulu lelaki itu masih bisa bersikap tenang. Tapi sekaranng lelaki itu terlihat sangat kacau. Justin seperti itu karena Ella, karena gadis itu tengah berada di hidup dan mati. Elle merasa sangat Iri dengan Ella yang mendapatkan begitu banyak perhatian dari Justin lebih dari ia mendapatkannya dulu. Elle kesal dengan dirinya sendri yang tidak bisa menjadi berharga seperti Ella, Elle kesal dengan dirinya sendiri yang hanya bisa terdiam menerima nasp kejam datang padanya, Elle kesal dengan kebodohan dirinya yang tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada Justin dulu. Elle kesal, tetapi iya tidak dapat berbat apa-apa. Semua sudah terlambat, semua sudah tidak dapat di ubah lagi.
            Pada akhirnya Elle memutuskan untuk pergi dari sana. Ia tidak mau kekesalannya pada dirinya sendiri membuatnya kembali lepas kendali dan Justru mengacaukan segalanya. Ia tidak mau lebih di benci oleh Justin. Ia tida mau karena ia tidak sanggup apa-apa tanpa lelaki itu. Elle berjalan keluar rumah sakit, dan kemudian gadis itu berjalan tanpa tau arah tujuan hingga akhirnya ia telah sampai di bukit tepat ia mengubur kapsul waktu dulu. Gadis itu menduduki dirinya di atas rumput yang mulai kecoklatan, menatap langit biru yang mulai berganti menjadi oranye. Dengan air mata yanng berlinang gadis itu bersenandung kecil menyanyikan lagu Jar of heart milik Christina Perrie hingga langit mulai menggelap. Gadis merebahkan badannya di atas rumput untuk melihat taburan bintang di langit yang sangat cantik. Tiba-tiba ia melihat sebuah bintang jatuh dan hal itu sukses kembali mengingatkannya akan kenanngannya bersama Justin.


            “Ada bintang Jatuh! Lihat justin ada bintang jatuh!”
            “Mana? Mana? Ah iya! Ayo kita buat permintaan?”
            “Membuat permintaan?”
            “Ya, membuat permintaan kepada bintang Jatuh. Ada yang mengatakan kalau bintang jatuh bisa mengabulkan keinginan seorang yang sungguh-sungguh.”
            “Memangnya bintang bisa mendengar kita?”
            “Kau tahu kalau setiap orang yang meninggal nantinya akan berubah menjadi bintang. Mereka menjadi bintang agar bisa tetap melihat dan mendengar kita, mennghiburkita di saat kita sedih. Itu sebabnya aku tidak sedih saat Kakek meninggal. Ia telah menjadi bitang di langit sekarang. Ia selalu memperatikanku dari atas sana. Kau lihat bintanng yang di sana? Yang sedang berkerlap kerlip itu? Aku yakin itu adalah kake yang tengah menyapaku, tersenyum padaku.”
            “Waaaaahh.. Kalau begitu ayo kita buat permintaan! Aku berharap Kita akan selalu bersama selamanya. Tidak apa jika Mom dan Dad dimiliki Ella selama aku bisa bersama mu.”
            “Permintaan di kabulkan.”
            “Bersama selamanya?”
            “ya, bersama selamanya.”



            Air mata kembali mengalir melalui pipi Elle dan jatuh tepat di atas tanah berumput. “Aku rasa permintaanku tidak terkabul Justin. Apa aku kurang bersunggu-sunggu waktu itu sehingga bintang tidak mengabulkannya? Kalau memang waktu itu tidak terkabul, apa sekarang harapanku akan terkabul? Apa bintang mau megabulkan permintaan ku? Aku harap iya.”

            Elle pun memejamkan matanya dan mula memanjatkan harapannya di dalam hati. Bukan harapan yang panjang da sulit, Elle hanya ingin Justin kembali mengingatnya. Hanya ingin lelaki itu kembali mengingat semua kenangan yang pernah terjadi di antara mereka.

            Elle terdiam di bukit tersebut masih tetap menatap bintang-bintang di langit, hingga tidak terasa gadis itu telah tertidur disana, tertidur tanpa ada orang yang mengetahui, tertidur dengan membawa seluruh harapan.

***

[ September 17th 2014. Atlanta, Georgia, AS]

            Semilir angin berhembus di atas bukit yang berada tidak jauh dari sebuh kota kecil. Seorang gadis tertidur semalaman di sana dengan air mata yang masih membasahi pipinya. Tba-tiba getaran dari Iphone gadi stersebut berhasil membanngunkan putri tidur itu dari mimpi-mimpinya. Dengan mata yang sulit di buka akibat silau dari kilatan cahaya matahari Elle bangun. Gadis itu menatap keseitar dan baru ingat kalau semalam ia tertidur di bukit. Gadisi itu pun merogoh phonenya yang berada di kantung jaketnya dan menemukan banyak Misscall dan pesan yann masuk dari nomor-nomor yang dia kenal, salah satunya adalah dari Justin. Gadis itu membuka pesan itu pertama kali dan matanya langsung melebar saat membaca pesan tersbut.


            From: Justin
                        She is dead.

Pesan yang berisis tiga kata tersebut sudah mampu membuat seluruh dunia Elle berputar tak karuan. Elle tau betul siapa ‘Dia’ yang di maksud oleh justin. Dia itu adala Ella. Ella telah meninggal!

Elle meremas dadanya kencang-kencang saat sakit yang teramat sangat menyerang dirinya, tapi tetap saja hal itu tidak mampu menghentikan rasa sakitnya karena sesungguhnya yang sakit adalah hatinya. Gadis itu berteriak kencang menyebut-nyebut nama Ella berkali-kali, Berharap kalau semua itu hanya bualan Justin, tapi Elle tau kalau Justin tidak pernah bercanda untuk masalah Ella. Elle menampar-nampar pipinya sendiri berkali-kali, menyalahkan dirinya yang menjadi penyebab penyakit Ella kambuh dan membuat gadis itu harus pergi untuk selama-lamanya. Berkali-kali Elle meruntuki dirinya sendiri yang pernah meminta Ella untuk menghilang, karena nyatanya ia tidak siap menerima kenyataan itu terjadi. Ella terus berteriak mensesalkan semua hal yang pernah ia katakan pada kembarannya itu yang kini telah tiada.  Tapi apa daya, peyesalan memang selalu datang terlambat. Lagi-lagi Elle harus siap menerima takdir kejam yang mendatanginya. Ia harus siap kehilangan Ella untuk selama-lamanya, kehilangan senyuman gadis itu, kehilanga pelukan hangat gadis itu, kehilangan Satu-satunya saudaranya yang bahkan rela melakkukan apa saja demi kebahagiaan dirinya.

Setelah lama menangis di bukit Elle kembali mendapat pesan masuk ke Iphonenya yanng berisi kalau Ella akan segera di makamkan. Dengan cepat Elle berlari menuju rumahnya dengan segala tenaga yang tersisa. Begitu sampai di rumah gadis itu menemukan rumahnya telah ramai oleh orang-oranng yang menngucapakan bela sungkawa. Elle kembali berlari, menerobos keramaan orang tersebut menuju kamarnya. Gadis itu mengganti pakaiannya denngan pakaian serba hitam. Elle berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya sendiri. ia merasa seperti melihat Ella di depannya, tapi sayang itu memang hanya pantuan dirinya sendiri. Elle kembali menangis sambil tangannya menyentuh cermin yang ada di depannya.

“Kita benar-benar mirip Ell. Kita seperti cermin. Tapi kini aku kehilangan bayanganku. Aku kehilanngan kamu bayangan ku.” Seusai mengucapkan itu Elle pun menghapus kembali air matanya dan keluar dari rumahnya menuju ke makam.

            Selama berada di makan Elle hanya bisa terdiam memanang peti Ella yang perlahan-lahan masuk kedalam liang lahat. Sesekali ia menatap kesekeliling, menatap orang-orang yang menangis kepergian gadis itu. Terbesit difikiran Elle, apakah jika di dalam peti itu dirinya, adakah yang akan menangisisnya seperti orang-orangn itu menangisis kepergian Ella? Hanya tuhan yang tau jawabannya.
            Begitu peti telah masuk kedalam tanah dan tanah sudah kembali di menimbun eti tersebut, satu persatu orang bergantian meletakkan sebuah mawar di atas makam sebagai salam perpisahan. Di awali dengan Mom dan Dad, para keluarga dari Mom dan Dad, Teman-teman, tetangga, Chaz, Ryan, dan kemudian Justin. Mata lelak itu tampak masih basa oleh air mata, air mata kesedihan. Elle tersenyum kecut dan lagi-lagi terbesit pertanyaann di fikirannya. Apa jika ia yang meninggal Justin juga akan menangsinya seperti itu? Apa lelak itu akan tampak sesedih itu? Dan lagi lagi hanya tuhan yang tau jawabannya.
            Kini giliran Elle yang meletakkan bunga di atas makan Ella. Gadis itu berjaan dengan perlaha dengan tatap lurus menatap ke makam Ella. Puluhan mata tampak memperhatikan kembaran gadis yang meninggal tersebut. Beberapa di antara mereka berbisik menyebar gosip dan di antara yang lainnya menatap kasihan kepada Elle. Begitu tiba di depan makan Elle berdiri terdiam di depan makan Ella. Gadis itu tersenyum simpul dan kemudian meletakkan bunga yanga ada di genggamannya ke atas makam tersebut.

            “Kau akan menjadi bintang sekarang. kau akan selalu mengawasiku di atas sana kan? Mendengarkan ceritaku dan menghiburku di saat sedih. Sekarang tidur yang nyenyak ya, sampai bertemu setiap malam.” Ucap Elle dan kemudian pergi meninggalkan makan tersebut. Ia bersyukur karenapaling tidak gadis itu tidak akan pernag merasakan sakit lagi karena penyakitnya. Paling tidak kini gadis itu telah tenang di sana.

***

            Hari dei hari pun berlalu. Keadaan terasa berbeda tanpa Ella di dekat Elle. Mom dan Dad masih sering menangisi Ella di kamarnya dan itu membuat Elle sedih. Gadis itu tetap sadar kalau Ella lah yang paling di sayangi oleh orang tuanya. Sekalipun gadis itu telah tiada Elle tidak akan beubah menjadi nomor satu. kenangan Ella masih tetap melekat di setiap orang yang mengenal gadis itu. Berbeda dengan dirinya yan terlupakan. Hal-hal tersebut memicum hal gila untuk Elle. Gadis itu perlahan-lahan meubah gayanya, mencat kembali rambutnya menjadi coklat dan mengenakan pakaian-pakaina khas Ella. Gadis itu mencoba menjadi Ella. Hal tersebut disambut baik oleh Mom dan Dadnya tapi tidak dengan Justin. Lelaki itu tetap tidak bisa mecintainya. Untuk Justin Ella tetaplah Ella, dan Elle tidak akan pernah bisa menjadi Ella untuk selamanya. Tapi tetap saja Elle terus memainkan perannya menjadi Ella dan hal tersebut justru membuat Justin merasa kasihan dengan Elle. Elle tapak menyedihkan di mata lelaki itu karena mencar i kebahagiaan dengan menjadi orang lain.

            Sebulan, dua bulan, tiga bulan. Elle berhasil mendapatkan hati semua orang dengan menjadi Ella tapi tetap saja tidak dengan Justin. Lelaki itu Justru semakin dan semakin menjauh. Elle sedih, ia tidak tau harus berbuat apa lagi untuk mendapatkan hati lelaki itu. Apakah begitu pentingnya kah Ella untuk diri Justin sehingga Justin bahkan tidak bisa mencintai Elle yang jelas-jelas sangat, sangat  mirip dengan Ella. Beberapa kali Elle berfikir dan mencoba tetap saja ia gagal untuk mendapatkan Justin. Ia bingung. Apa lagi yang harus ia lakukan. Ia tidak bisa mendapatan Justin dengan menjadi dirinya sendiri dan dia tetap tidak bisa mendapatkan Justin dengan menjadi Ella. Lantas apa lagi yang harus ia perbuat? Membuat ingatan lelaki itu kembali? Tapi bagaimana caranya? Apa ia mampu?

***

[June 20th 2015. Atlanta, Georgia, AS]

            Tepat pada hari ini Elle memutuskan untuk mencoba mengingatkan Justin akan kenangan masa lalunya dengannya. Apa pun hasilnya nanti Elle tetap akan mencobanya. Apa pun resikonya nanti pun Elle tetap akan mencobanya. Maka dengan niat yakin Elle mengirim seubah pesan kepada justin untuk datang ke bukit, bukit tempat mereka mengubur kapsul waktu 10 tahun yang lalu. Di sana Elle telah menyiapkan segala barang-barangnya yang berisi kenangannya bersama dengan Justin. Dengan harapan lelaki itu akan ingat kembali Elle pun berjalan menuju bukit tersebut. Ketikan hampir sampai di bukit Elle teringat kalau ia melupakan peta kapsul waktunya yang tertinggal di atas meja di samping tempat tidurnya. Karena takut membuat Justin menunggu lebih lama Elle pun berlari kencang menuju rumah, tapi belum jauh ia berlari kecelakaan terjadi. Gadis itu tertabrak mobil saat menyebrang jalan dengan terburu-buru, tubuh gadis itu terpental agak jauh dari mobil. Darah mulai keluar dari kepala gadis itu, seluruh tubuh gadis itu terasa sakit. Orang-orangn ramai berdatangan untuk melihat kecelakaan itu.
            Di tempat lain Justin yang telah lama menunggu Elle tak kunjung datang pun memutuskan untuk mendatangi rumah gadis itu, tetapi di tengah jalan ia melihat keramaian orang yang seperti mengerubngi sesuatu. Karena penasaran Justin pun menghampiri orang-orang tersebut. Justin mendengar kalau ada seorang gadis yang tertabrak mobil dan tiba-tina Justin menadi khawatir. Dengan teregsah-gesah lelaki itu menerobos kerumunan hingga sampai di barisan terdepan. Matanya lanngsung melebar begitu melihat sang korban yang ternyata adalah Elle. Lelaki itu langsung berlari menghampiri gadis itu, memeluk gadis itu dan berteriak kepada orang-orang untuk segera memanggil ambulans. Tidak terasa a mata justin menetes, rasa takut akan kehilangan muncul di benaknya.
            Di sisi lain Elle yang berada di antara sadar dan tidak membuka matanya saat mendengar suara Justin menyebut-nyebut namanya. Gadis itu tersenyum saat melihat dirinya yang berada di dalam pelukan lelaki itu lagi dengan Justin yang tenga menangisinya. Dengan tangan yang gemetaran Elle mengusap air mata Justin membuat lelaki itu menatap gadis itu. Degan suara yang tertatih Elle mulai bercerita, mencoba menggunakan waktu yang ia miliki.

“Hei Justin. Kau tau alasan kenapa aku memanggilmu ke bukit?” Justin menjawab dengan menggeleng sambil mulutnya menyuruh Elle untuk berhenti berbicara sejenak untuk menyimpan tenaga.
“Kau ingat dulu kita sering bermain di sana semasa kecil? Kau tidak ingat? Ya kau lupa dengan ku.”

“Kau ingat saat kita melihat bintang bersama di sana? Kita melihat bintang jatuh waktu itu, dan kau menyuruh ku untuk membuat permintaan. Kau mengatakan kalau bintanng jatuh akan mengabulkan permintaan orang yang bersungguh-sungguh. Aku rasa aku kurang bersungguh-sungguh waktu itu sehingga harapan ku tidak terkabul. Tapi semalam sebelum Ella meninggal aku melihat bintang jatuh lagi dan membuat permintaan. Aku meminta bintang untuk membuatmu ingat dengan ku. Apa kau sudah ingat sekarang Justin?” Justin terdiam sejenak dan kemudian menganggukan kepala.
“Ya, aku ingat sekarang Ell. Aku ingat semuanya. Aku ingat hal itu. Aku ingat tentang mu. aku ingat tentang teman masa kecilku yang paling manis. Aku ingat.”
“Tentu saja kau harus ingat. Bagaimana bisa kau melupakan gadis aneh sepeti aku. Gadis yang lebih memilih bermain basket dengan para lelaki dari pada bermain voli dengan para perempuan. Gadis yang bahkan bisa membuat Dion si anak yang paling di takuti di sekolah bertekut lutut. Kau ingat dengan kata-katamu itu?” Lagi-lagi Justin mengangguk. Air mata telah tumpah dari mata lelaki membuat muka Elle basah karena air mata tersebut.
“Kau ingat dengan ucapanmu yang berkata kalau orang yang sudah meninggal akan menjadi bintang di langit, Mereka akan mengawasi orang-orang di dunia dari atas sana. Aku rasa Ella telah menjadi salah satu dari bintang di langit sekarang. Setiap malam ia mengawasi ku yang menangis karenanya. Dan aku rasa sebentar lagi aku juga akan bergabung dengannya di atas sana. Aku akan mengawasimu di atas sana bersama Ella.”
Justin menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghentika omongan melantur Elle. “Tidak, Tidak! Kau tidak akan mati Elle. Kau akan tetap hidup! Kau akan tetap bersama ku. Aku akan berjanji untuk mengingat semua kenangan kita. Kau tidak akan kemana-mana!”

Elle terdiam sejenak, kemudian gadis itu mengangkat sebelah tangannya dan meraih tangan Justin. Gadis itu menyatukan jari keligkingnya dengan jari kelingking lelaki tersebut.

“Kau sudah melanggar ketiga janjimu dulu, jadi sekarang kita harus membuat janji baru dan kau harus menepatinya. Kau harus berjanji, kau akan selalu mengingat ku mulai sekarang. Apa pun yang terjadi, dan sesakit apa pun itu, aku mau kamu terus mengingatku. Kau janji Justin?”
“Ya, aku berjanji Ell. Maka dari itu tetaplah bersama ku dan lihatlah kalau aku akan menepati janji itu. Jangan pergi!” Air mata justin kembali menetes tepat di atas pipi Elle. Dengan sisa tenaganya gadis itu mengusap air mata di pipi Justin sambil bersenandung menyanyikan seuah penggalan lagu Arms milik Christina Perrie idolanya.

“You put your arms around me and i believe that it’s easier for you to let me go. You put your arms around me and i’m home—”

Seusai menyanyiakan penggalan lirik lagu tersebut Elle pun menghembuskan nafas terakhirnya yang membuat Justin beteriak kencang menyebut nama gadis itu, meminta gadis itu untuk bangun. Tapi takdir sudah menjemputnya, ketempat yang lebih indah dari dunia. Tempat yang di yakini Elle kalau ia bisa terus mengawasi Justin. Gadis itu meninggal dengan senyuman yang terukir di bibirnya. Elle meninggal setelah mendapatkan permintaannya. Justin tengah mengingatnya kembali dan kini ia telah tenang bersama Ella di alamnya.

***

            Semilir angin berhembus menerbangkan dedaunan dan wewangian bunnga. Justin tengah berdiri sendirian di depan makan kedua gadis kembar yang ia sayangi yang berjajar bersebelahan. Air mata tidak hentinya mengalir dari mata lelaki itu sejak peti mati Elle di masukan kedalam liang lahat 1 jam yang lalu. Justin merasa sangat bodoh saat itu, bodoh karena ia telah melupakan gadisnya, sahabat masa kecilnya, bodoh karena ia baru ingat dengan semua itu di hari gadis itu menghembuskan nafas terakhirnya. Tidak terbayanng di fikiran Justin berapa banyak rasa sakit yang di rasakan gadis itu selama ini saat menngetahui kalau ia melupakannya.
            Justin mendekatkan dirinya ke batu nisan Elle, menatap nama yang terukir di batu nisan tersebut. Terbesit ingatan akan senyuman gadis itu dulu, tawa gadis itu, peluka gadis itu yang kini sudah menghilang. Justin menngelus lembut batu nisan tersebut sambil berguma kecil.

            “I’m Sorry.” Kemudian Justin mencium nsan tersebut dan pergi meninggalkan pemakaman menuju rumah Elle.


            Sesampai d rumah Elle Justin dapat melihat kedua orang tua gadis itu menangis tak henti-hentinya, menyebutkan nama gadis itu, bukan Ella. Jstin tersenyum kecil.

            “Kau lihat Ell, Mereka menyayangimu juga. Mereka menangis untuk mu, menyebut nama mu, bukan Ella. Mereka menyanyanngi mu sama seperti mereka menyayangi Ella.”


            Kemudian Justin kembali melanjutkan lanngkahnya menuju kamar Elle. Begitu sampai di sana lelaki itu menatap seluruh penjuru ruangan, mencoba mencari sisa kenangan yang ada di sana. Hingga tiba saat matanya menatap ke satu arah, ke sebuah kertas yang tergeletak di atas meja kecil di samping tempat tidur. Justin mendekat ke meja itu dan meraih secarik kertas tersebut. Justin menatap kertas putih tersebut yang berisi sebuah gambar peta di bukit, peta yang menunjuk ke sebuah benda yang terkubur di sana. Justn kembali mengingat pesan terakhir dari Elle sebelum gadis itu menggalami kecelakaan.

            “Kau tau bukit kecil yang ada di kota ini? Datang lah ke sana. Ada yang ingin aku tunjukkan padamu.”


            Justin kembali menatap kertas berisi peta tersebut dan tiba-tiba sebesit ingatan muncul. Ingatan tentang saat ia dan Elle mengubur sebuh kapsul waktu di sana, ingatan akan janjinya untuk kembali membuka kapsul waktu itu ketika mereka berumur 18 tahun di tanggal dan bulan yang sama. Justin mengacak rambutnya frustasi saat mengingat hal tersebut. Ia merasa bodoh dengan dirinya sendiri yang bisa lupa akan janji sepenting itu. Ia merasa kesal dengan otaknya yang terlalu lemah sehingga tidak dapat mengingat janji sepenting itu. Kemudian dengan langkah terburu-buru lelaki itu pun pergi ke rumahnya untuk mengambil sekop dan pergi menuju bukit tersebut. Dengan menggunakan peta tersebut Justin mencari tempat di mana ia menguburkan kapsul waktu mereka. Saat lelaki itu merasa menemukan tempat yang cocok ia pun mulai menggali tanah tersebut.

            Perlahan-lahan galian semakin dalam hingga akhirnya sekop justin membentur sebuah benda keras. Lelaki itu melebarkan galiannya dan berhasil menemukan sebuah kotak. Tapi lelaki itu bingung karena kotak itu bukanlah kotak musik milik Ella seperti apa yang mereka kuur dulu. Tapi Justin tetap mengangkat kotak tersebut dan memukanya. Justin menemukan banyak barang di dalam kotak yang ukurannya cukup besar itu, dan salah satunya terdapat sebuah kotak musik milik Elle tersebut yang warnanya sudah pudar. Lelaki itu mengeluarkan kotak musik tersebut dari kotak kayu besar tersebut. Justin menatap lama kotak musik tersebut sambil ingatannya mulai berputar ke 10 tahun yang lalu.


            “Kotak musik? Kau yakin tidak apa menjadikan itu kapsul waktu kita? Apa tidak sayang?”
            “Tidak apa. Ini bukan barang yang begitu penting untukku, aku bisa meminta Mom untuk membelikannya lagi. Tapi mungkin setelah ini, Kotak musik ini akan menjadi penting karena berisi kenangan kita.”


            Dengan tangan bergetar Justin membuka tutup kotak musik tersebut dan lagi-lagi kenangan 10 tahun lalu berputar di memorinya saat melihat 2 buah kalung yang ada di dalam kotak tersebut.


            “Aku mencuri kalung Ella yang sepasang dengan kalung ku. Mom dan Dad mungkin marah, Ella pasti akan kebingungan mencarinya, dan mereka pasti akan tau siapa pelakunya dan memarahi ku tapi aku tidak peduli. Aku—benci kalung ini. Mom dan Dad tidak akan pernah bisa membedakan kami dengan cepat tanpa kalung ini, itu sebabnya mereka memberikan kalung ini kepada ku dan Ella, sebagai pembeda. Aku mau Mom dan Dad bisa membedakan aku dan Ella karena memang mengenal kami dengan baik, bukan karena kalung ini, Seperti kamu yang bisa membedakan aku dengan Ella.”
            “Kalian memang berbeda, benar begitu?”
            “Ya, tapi tidak untuk Mom, Dad, dan yang lainnya. Mereka semua tidak bisa membedakan kami tanpa kalung ini. Itu sebabnya aku mau mengubur kalung ini untu melihat apa Mom dan Dad tetap bisa membedakan kami tanpa kalung ini.”


            Justin pun kini mulai membuka satu persatu kertas yangada di sana. Di salah satu kertas tersebut Justin menemukan kertas berisi janji-janjinya kepada Ella.

            “Meskipun semua orang lebih memilih Ella, tapi kamu harus selalu ingat kalau aku akan selalu memilihmu, di sampingmu apa pun yang terjadi.”
           
“Tidak, aku tidak akan melupakan mu Elle. Aku berjanji.”
           
Kita akan selalu bersama selamanya.
“Permintaan di kabulkan.”
            “Bersama selamanya?”
            “Ya, bersama selamanya.”


Air mata kembali meluncur di pipi lelaki tersebut saat tau sudah sangat banyak janji denga Elle yang ia langgar.
Kemudian Justin kembali membuka kertas lainnya. Ia membuka dua kertas secara bersamaan dan Air mata mengalir semakin deras saat membaca dua kertas dengan tulisan yang berbeda tapi dengan isi yang hampir sama. Kertas miliknya dan milik Elle.


“I love you Elleanor Mitchell, I wanna be with you, make you save, make you happy, make you never feel alone, makes you feel owned, makes you feel to be number one. I will always choose you then other people. I hope you can be mine, Because i love you. <3

-Justin”


            “I Love Justin Drew Bieber Forever <3”


            Dunia Justin seakan berputar dengan kencang, membuat lelaki itu tidak mampu berpegangan. Justin merasakan seperti ada sengatan di hatinya, yang membat hatinya terasa sangat sakit. Justin meruntuki dirinya sendiri, mencaci dan memaki dirinya yang kelewat bodoh karena bisa melupakan perasaan itu. Elle dan Dirinya saling mencintai dulu. Bisa-bisanya Justin melupakan perasaan itu dan Justru mencintai kembaran Elle. Justin kembali meruntuki dirinya sendiri saat mengingat hari di mana Elle menyamar menjadi Ella untuk makan malam dengannya. Kini justin tau alasan gadis itu melakukan semua itu. Gadis itu mencintainya, dan ia telah melukai gadis itu dengan menyalahkannya atas tindakan gadis itu.

            Kemudian Justin menutup kembali kotak musik yanng ada di hadapannya dan menengok kedalam kotak besar yang ada di sebelahnya. Justin menemukan sebuah Album berukkuran sedang dan sebuah buku di sana. Pertama-tama Justin membuka Album berukuran sedang itu dan matanya langsung di sambut dengan deretan foto-foto kecilnya bersama Elle yang tersusun rapih. Fotonya yang tengah memeluk Elle, foto saat mereka tengah bergandengan tangan, foto saat dirinya sedang mencium pipi gadis itu, foto saat dirinya tenga merangkul gadis itu seusai pertandingan basket kelas 1, foto mereka saat memegang teropi piala kemenanngan dalam pertandingan basket tingkat sekolah dasar.
            Justin kembali meneteskan air mata saat membuka lembar demi lembar halaman ambum tersebut yang penuh dengan foto-foto kebersamaan dirinya dengan Elle. Justin mengelus satu foto yang bergambar wajah Elle tengah tersenyum memamerkan gigi kecilnya. Justin ikut tersenyum menatap foto tersebut. Sungguh banyak kenangan yanng telah ia lupakan yang bahkan tidak pernah sedikitpun di lupakan oleh gadis itu. Justin benar-benar menjadi lelaki paling bodoh di dunia. Kemudian Justin meraih sebuah buku denga sampul berwarna coklat. Dibukanya halaman bukku tersebut dan deretan tulisan panjang nan rapih terpampang di sana. Tulisan berisi seluruh curahan hati Elle yang seluruhnya berisikan cerita tentang dirinya dari hari pertama Elle kembali ke Atlanta, hari di mana gadis itu mengetahui kalau dirinya melupakan gadis itu. Justin menemukan beberapa tulisan yang tintanya hilang dan Justin bisa menebak penyebab hal tersebut. Elle menulis Diary tersebut sambil menangis. Lagi-lagi Justin merasa seperti hatinya di remas, terasa sakit. Justin merasa sangat menyesal dengan seluruh hal yang pernah terjadi. Justin menyesal karena membuat gadi situ terluka. Justin menyesal tapi ia tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Semua telah berlalu. Takdir telah berjalan seperti apa yang telah tuhan gariskan. Justin pun menatap ke lagit biru di atasnya, kemudian tersenyum masih dengan air mata yang mengalir.

            “Sekarang kau sudah menjadi bintang di atas langit sana. Kau akan terus mengawasiku dari atas sana kan? Dan lihatlah, aku akan menepati janjiku kali ini. Aku akan selalu mengingatmu, apa ppun yang terjadi, dan sesakit apapun. Aku akan selalu mengingat mu. Lihat aku dari atas sana, dan aku akan berjanji tidak akan mengecewakan mu lagi. Tidur yang tenang malaikat ku yang cantik. Aku mencintai mu.”

-The End-





Kalung Elle dan Ella. (Ella: Putih, Elle: Hitam)

Kotak musik Elle yang di jadikan Kapsul waktu


Album foto Elle yang berisi foto-fotonya dengan Justin




Kiri: Elleandra Mitchell (Ella) kanan: Elleanor Mitchell (Elle)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar