#BLS
“Don’t You Remember”
Title :
Don’t You Remember
Author : Nabila Kholisoh
Genre : Romance, Hurt/Confort, True Love, Sacrifice, Alternative Universe
Length : Completed
Kind : Two-Shot
Casts : Lily Collins as Elleandra and Elleanor Mitchell, Justin Bieber, Chaz Somers, Ryan Butler, and the others
Author : Nabila Kholisoh
Genre : Romance, Hurt/Confort, True Love, Sacrifice, Alternative Universe
Length : Completed
Kind : Two-Shot
Casts : Lily Collins as Elleandra and Elleanor Mitchell, Justin Bieber, Chaz Somers, Ryan Butler, and the others
Disclaimer :
All the characters, the story line, the quotes and the ideas are belong to me.
Think twice before copying. Don't break all your dreams to be areal fan fiction
author by copying this very amateur story. Grow up and respec other creativity
Author's notes : Thanks to google, google translate and Wikipedia for their help. Thank so much. Just for warning, this fan fiction contains of many bad words that should not be imitated, abalism, gajeness, typos, and any other imperfect factors. I'm just an amateur author, and i hope you can understand that. Accept all critics and advices but no flames nor flammers and silent readers (sider). Be a good reader isn't hard, guys. At last but not least, happy reading..
Author's notes : Thanks to google, google translate and Wikipedia for their help. Thank so much. Just for warning, this fan fiction contains of many bad words that should not be imitated, abalism, gajeness, typos, and any other imperfect factors. I'm just an amateur author, and i hope you can understand that. Accept all critics and advices but no flames nor flammers and silent readers (sider). Be a good reader isn't hard, guys. At last but not least, happy reading..
***
[
February 7th 2014. Edmond, Oklahoma, USA]
Seorang
gadis tengah sibuk mengepak barang-barang di kamarnya dengan bersemangat.
Senyum tak pudar dari wajah gadis berumur 17 tahun tersebut saat memasukan satu
persatu buku-bukunya kedalam sebuah kotak kardus berukuran besar. Tanpa gadis
itu sadari ada seorang gadis lainnya dengan wajah yang mirip dengannya tengah
memperhatikan tingkahnya tersebut dengan bingung. tidak ingin berlama-lama
penasaran, gadis bernama Ella tersebut bertanya kepada kembarannya yang sedang
sibuk mengepak barang tersebut.
“Kenapa
kamu terlihat senang sekali dengan kepindahan kita ini? Bahkan sejak tadi kamu
tidak berhenti-hentinya tersenyum dan bersenandung senang.” Pertanyaan tersebut
membuat Gadis bernama Elle tersebut menghentikan pekerjaannya dan menatap gadis
yang tengah duduk di kasur di belakangnya.
“Kau
tanya kenapa? Kita akan kembali ke Atlanta Ella. Aku ulang sekali lagi, A-T-L-A-N-T-A!
Kampung halaman kita. Tempat di mana kita menghabiskan waktu kecil kita sebelum
akhirnya kita pindah kemari.”
“Lalu?”,
tanya gadis tersebut masih saja bingung.
“Dan itu
berarti aku bisa bertemu dengan teman-teman ku semasa kecil. Itu berarti aku
akan bertemu Justin kembali, teman kecil ku sekaligus cinta pertama ku.”
“Justin?
Maksud mu Justin Bieb—”
“Yeah,
Justin Bieber.” Potong Elle sambil tersenyum menyebut nama seorang lelaki
tersebut.
“Tidak
terasa sudah 9 tahun berlalu semenjak kepindahan kita dari sana. Banyak
kenangan yang aku tinggal di kota kecil itu dan sebagian besar dari kenangan
tersebut adalah bersama Justin, Justin Drew Bieber.” Elle bercerita mengenai
Justin kepada Ella kembarannya, tentang masa-masa bahagianya bersama Justin
dulu. Gadis itu bercerita sambil membuka sebuah album usang miliknya yang
berisi foto-foto kecilnya bersama Justin. Fotonya yang tengah bermain bersama
Justin di taman berdua, fotonya yang tengah bergandengan tanga, fotonya yang
tengah di cium oleh Justin di pipi, fotonya yang tengah berpelukan dengan
Justin, dan masih banyak lagi foto-foto kenangannya bersama Justin yang memenuhi
satu album tersebut. Sambil bercerita terkadang gadis tersebut tertawa dan
tersenyum sendiri akibat kenangan manis tersebut.
*Flashback*
Gadis
berumur 5 tahun tengah menangis sendirian di sebuah taman yang berada tidak
jauh dari rumahnya. Tidak lama setelah itu datang seorang bocah laki-laki
menghampiri gadis itu dan langsung memelukknya.
“Kenapa
kamu menangis? Siapa yang jahat pada mu? Aku akan membalasnya.”, ucap lelaki
keci tersebut mencoba menghibur gadis kecil tersebut.
“Hiks.
Mom dan Dad tidak menyanyangi ku Justin. Mereka lebih menyayangi Ella dari pada
aku. Nenek dan kakek juga. Semua orang lebih menyanyangi Ella dari pada aku.
Hiks.”
Bocah
kecil itu pun mendudukan dirinya di samping gadis kecil tersebut. “Mereka
menyayangi mu juga, aku yakin itu.”
“No, They
are not. Ketika Aku dan Ella terjatuh di kebun tadi, Mom dan Dad menghampiri
Ella terlebih dahulu. Mereka lebih mencemaskan Ella dari pada aku.”
“Kau
terjatuh? Apa ada yang sakit?”, tanya bocah kecil bernama Justin itu khawatir.
“Ya, dan
lutut ku sedikit lecet, tapi itu terasa sakit.” Jawab Elle sambil menunjukkan
lututnya tang terluka. Justin merogoh kantong celananya dan mengeluarkan sebuah
plester bergambar bintang. Bocah kecil itu kemudian meludahi jarinya sedikit
dan mengoleskannya ke lutut yang terluka tersebut.
“Sakit,
sakit, pergilah.”, ucap bocah lelaki tersebut kemudian menempel plester yang ia
punya keatas luka tersebut.
“Sudah
lebih baik bukan?” Justin tersenyum sambil memamerkan gigi-gigi kecilnya
membuat gadis kecil bernama Elle tersebut ikut tersenyum.
“Ya,
sudah lebih baik. Terimakasih Justin” Ucap Elle kemudian memeluk boca laki-laki
tersebut.
“Meskipun
semua orang lebih memilih Ella, tapi kamu harus selalu ingat kalau aku akan
selalu memilihmu, di sampingmu apa pun yang terjadi.” Ucap Justin kemudian
mencium pipi Elle dengan sayang.
“Kamu
janji?” Elle mengulurkan jari kelingkingnya meminta Justin untuk melakukan
janji jari kelingking dengannya
“Ya, aku
janji.” Jawab Justin sambil menyatukan jari kelingkingnya dengan Elle.
***
Ella
berlari dengan berlinang air mata menuju rumah sahabat lelakinya yang berada
tidak jauh dari rumahnya. Gadis berumur 8 tahun itu masuk begitu saja kedalam
kamar lelaki tersebut dan langsung memeluk sahabatnya yang berbeda jenis
kelamin tersebut, sontak hal tersebut membuat Justin yang tengah memainkan Xbox
nya kaget dan hampir terjungkil jika tidak menahan tubuhnya.
“Woah,
kau membuat ku kaget dan hampir terjatuh dengan tiba-tiba masuk dan memel—”
Justin menghentikan ucapannya saat menyadari kalau gadis yang tengah memeluknya
itu sedang menangis.
“W—What
happen Elle? Why are you crying?” Justin melepaskan pelukannya kepada gadis
tersebut dan menatap wajah gadis itu lekat-lekat, mencoba mencari tahu alasan
kenapa sahabatnya tersebut menangis.
“Tentang
Ella lagi?” tanya lelaki tersebut yang kemudian mendapat gelengan dari Elle.
“No,
it’s not about Ella.”
“Lalu
kenapa kamu menangis?” Bukannya menjawab Elle kembali menangis membuat Justin
kebingungan.
“Shuuut.
Dont’t cry. I’m here. Just talk with me.” Hibur Justin sambil mengelus rambut
sahabatnya tersebut dengan lembut membuat perlahan-lahan tangisan Elle sedikit
meredah.
“Ada
apa? Bicara dengan ku agar aku mengerti, aku akan mendengarkan.” Elle masih
tetap terdiam tapi dengan sabar Justin menunggu hingga gadis tersebut mau
berbicara dengannya. Dengan lembut Justin mengusap air mata yang membasahi pipi
Elle dengan jarinya.
“Aku
akan pindah Justin.” Ucap Elle tiba-tiba membuat Justin menghentikan
tindakannya tersebut.
“Aku
akan pindah rumah. Aku dan seluruh keluarga ku.” Ulang Elle dengan air mata
yang kembali mengalir dari matanya.
“Aku
akan pindah dari sini dan itu berarti aku tidak bisa bertemu dengan mu lagi,
tidak akan ada yang lebih memilih aku lagi dari pada Ella, dan itu berarti aku
akan sendirian lagi.”
Justin
kembali memeluk tubuh mungil sahabatnya tersebut. “Shuut. Itu tidak benar.
Mereka semua menyayangi mu Elle. Mom, Dad, dan Ella menyayangi mu. Kau tidak
akan sendirian di sana. Dan aku juga sudah berjanji dengan mu bukan, apa pun
yang terjadi, di mana pun kamu berada, aku akan tetap memilihmu dari pada Ella.
Kau ingat?” di dalam pelukkan Justin Elle mengangguk.
“Kau
tidak akan sendirin di sana. kau pasti akan menemukan teman baru di sana, dan
aku yakin kau akan bahagia di sana.”
“Tapi kau
akan melupakan ku ketika aku pindah.”
“Tidak,
aku tidak akan melupakan mu Elle. Aku berjanji. Lagi pula mana mungkin aku akan
melupakan gadis aneh seperti mu, gadis yang bahkan lebih memilih bermain basket
dengan para lelaki dari pada bermain Voli dengan para perempuan. Gadis yang
bahkan bisa membuat Dion si anak yang paling di takuti di sekolah bertekut
lutut.” Elle menonjok dada Justin pelan mendengar kata-kata Justin tersebut
yang kemudian membuat Justin terkekeh.
“Bukannya
menghiburku kamu malah meledekku. Aku tidak aneh Justin. Aku malas bermain
denga para anak perempuan di sekolah karena mereka itu tidak pernah bisa serius
bermain voli, sedikit saja aku memukul bola dengan kencang mereka Justru takut
dan menghindar, bola terkena mereka sedikit mereka langsung menangis. Lebih
seru bermain dengan anak lelaki. Dan asal kau tau saja, Dion itu tidak pantas
di takuti, dia itu jauh lebih lemah dari apa yang kalian semua kira.”
“Woah.
Tidak salah kan aku mengatai mu aneh. Kau terlalu kuat untuk menjadi seoranng
perempuan Ell.” Ledek Justin membuat Elle memanyunkan bibirnya kesal yang
lagi-lagi Justru membuat Justin tertawa. Tapi taklama kemudian Justin
menghentikan tawanya dan memeluk Elle kembali.
“See?
Aku tidak akan melupakan mu. Aku berjanji.”
***
Justin
dan Elle berlari kencang ke arah bukit kecil sambil membawa sekop kecil.
Sesampainya di bukit Elle mencoba mencari tempat yang menurutnya tepat untuk
mengubur sebuah kapsul waktu untuknya dan Justin. Saat menemukan tepat yang
tepat mereka berdua pun mulai menggali tanah tersebut berdua hingga akhirnya
mereka merasa kalau kedalaman tanah cukup untuk mengubur kapsul waktu mereka.
“Mana barang
mu yang ingin kau kubur di kapsul waktu kita?”, tanya Elle kepada Justin.
Justin pun kemudian mengeluarkan kantong berisi beberapa barang di dalam saku
celananya.
“Mana
kapsul waktu kita?”, kini ganti justin yang bertanya. Elle pun mengelurkan
sebuah kotak musik miliknya dari tas yang ia jinjing.
“Kotak
musik? Kau yakin tidak apa menjadikan itu kapsul waktu kita? Apa tidak sayang?”
“Tidak
apa. Ini bukan barang yang begitu penting untukku, aku bisa meminta Mom untuk
membelikannya lagi. Tapi mungkin setelah ini, Kotak musik ini akan menjadi
penting karena berisi kenangan kita.”
“Lalu
apa yang mau kau masukkan ke dalam kotak itu?” tanya justin lagi yang membuat
Elle mengeluarkan beberapa kertas dan sepasang kalung.
“Aku
mencuri kalung Ella yang sepasang dengan kalung ku. Mom dan Dad mungkin marah,
Ella pasti akan kebingungan mencarinya, dan mereka pasti akan tau siapa
pelakunya dan memarahi ku tapi aku tidak peduli. Aku—benci kalung ini. Mom dan
Dad tidak akan pernah bisa membedakan kami dengan cepat tanpa kalung ini, itu
sebabnya mereka memberikan kalung ini kepada ku dan Ella, sebagai pembeda. Aku
mau Mom dan Dad bisa membedakan aku dan Ella karena memang mengenal kami dengan
baik, bukan karena kalung ini, Seperti kamu yang bisa membedakan aku dengan Ella.”
“Kalian
memang berbeda, benar begitu?”
“Ya,
tapi tidak untuk Mom, Dad, dan yang lainnya. Mereka semua tidak bisa membedakan
kami tanpa kalung ini. Itu sebabnya aku mau mengubur kalung ini untu melihat
apa Mom dan Dad tetap bisa membedakan kami tanpa kalung ini.”
“Kalau
begitu ayo kita mengubur kapsul waktunya, bukan kah ka akan pergi sebentar
lagi.”
Elle dan
justin pun mengubur beberapa kertas dan barang-barang yang menurut mereka penting
dan memiliki kenangan tersendiri Seperti Ella yang mengubur plester bergambar
bintang mirip seperti yang Justin berikan padanya ketika berumur 5 tahun.
Selesai mengubur kapsul waktu itu mereka pun menaruh batu besar di atasnya dan
membuat peta untuk menandai kapsul waktu itu. Kemudian Elle dan Justin membuat
janji untuk kembali berkumpul di tempat itu lagi untuk membuka kapsul waktu
tersebut ketika umur mereka berumur 18 tahun pada tanggal dan bulan yang sama
saat mereka menguburnya. Itu berarti Elle berjanji akan kembali ke kota kecil
itu ketika umurnya menginjak 18 tahun, ia harus kembali untuk membuka kotak
tersebut bersama Justin pada tanggal 20 Juni mendatang.
*Flashback End*
Ella
tersenyum mendengar cerita kembarannya tersebut. Gadis itu merasa sangat senang
bisa melihat kembarannya tersebut tersenyum bahagia. Selama ini Elle hanya bisa
melihat kembarannya tersebut kesal, cemburu dan bersedih akibat mendapatkan
perlakuan yang berbeda hanya karena ia sehat dan Ella memiliki penyakit jantung
yang membuat tubuhnya tidak sekuat Elle. Elle tidak boleh kelelahan dan tidak
boleh terlalu banyak beban pikiran karena hal tersebut bisa membuat penyakitnya
kambuh, itu sebabnya Mom dan Dad nya selalu mengawasi Ella dengan ketat dan
membuat Ella kembarannya merasa terasingkan. Tetapi sesungguhnya Ella juga
merasa iri dengan Elle yang bisa dengan asyiknya berlari kesana kemari dan
bermain olahraga apa pun yang ia suka, Ella merasa iri dengan apa yang Elle
bisa lakukan sedangkan ia tidak. Tapi Ella tidak bisa menyalahkan Elle maupun
tuhan yang telah memberikan penyakit itu padanya, ia hanya bisa bersabar dan
mengambil hikmah atas apa yang telah ia dapat itu.
“Aku
berharap kalian akan mendapatkan waktu dan kenangan yang lebih indah lagi
setelah ini. Aku turut bahagia melihatmu bahagia seperti ini Ell.”
“Ya, aku
juga berharap demikian. Hanya saja—aku takut kalau Justin sudah melupakan ku.
Kami sudah tidak bertemu dan saling berhubungan selama 9 tahun dan itu waktu
yang sangat lama.”
“Dia
pasti akan mengingat mu, percaya dengan ku. Dia juga sudah berjanji dengan mu
bukan untuk tidak lupa dengan mu. Kau hanya perlu percaya itu.”
“Terimakasih
karena sudah menghiubrku. Maafkan aku kalau selama ini aku selalu kesal, marah,
dan menyalahkan mu. Aku seharusnya sadar kalau kamu memang pantas mendapat
perhatian lebih dari Mom dan Dad karena penyakit mu itu. Maafkan aku juga
karena pernah mendoakan mu untuk segera menghilanng dari hidupku. Aku tidak mau
kau benar-benar mnghilang dari sini, kau satu-satunya kembaran ku yang ku
punya. Aku menyayangi mu.” Ucap Elle sambil memeluk Ella.
“Maafkan
aku juga karena selama ini aku hanya bisa terus membuatmu sedih karena
perlakuan Mom dan Dad yang terlalu berlebihan pada ku. Aku juga menyanyangi mu
Elle”
***
[
February 9th 2014. Atlanta, Georgia, AS]
Hal yang
di tunggu Elle akhirnya datang juga, ia telah sampai di rumah lamanya di
Atlanta. Begitu sampai Elle langsung pergi mengelilingi kota tempat tinggal
lamanya itu. Elle mendatangi tempat-tempat yang sering ia datangi bersama
Justin dulu. Elle mendatangi SD tempat ia menuntut ilmu selama 2 tahun dulu,
mendatangi taman bermain tempat ia sering bermain bersama Justin, dan tak lupa
Elle mendatangi bukit tempat ia mengubur kapsul waktunya dengan Justin. Memang
banyak yang telah berubah dari kota itu, tapi Elle senang karena semua tempat
kenangannya masih ada sampai sekarang. Setelah puas mengelilingi kota Elle pun
berniat menlihat dan mendatangi rumah Justin dahulu. Sambil berjalan gadis itu
terus berharap kalau Justin masih tinggal di sana. Di seperempat jalan menuju
rumah Justin Elle bersisihan dengan 2 orang lelaki yang sepertinya tidak asing
untuknya. Elle memutuskan untuk menghentikan langkahnya dan kembali menengok ke
arah dua lelaki tersebut yang rupanya juga tengah menengok kepadanya. Elle dan
kedua lelaki tersebut saling bertatapan hingga akhirnya salah satu dari mereka
berbicara.
“Elle?
Elleanor Mitchell?”, tanya salah satu lelaki tersebut membuat lelaki di
sebelahnya menatap Elle lebih lekat.
“Kamu
Elleanor bukan? Gadis yang pernah bersekolah di SD Harworld?” tanya lelaki
satunya lagi yang membuat Elle memekikkan nama kedua lelaki tersebut.
“Chaz!
Ryan! OMG ternyata ini benar kalian. Astaga! Kalian tidak banyak berubah.” Chaz
dan Ryan mendekat ke arah Elle dan memeluk gadis itu bergantian.
Ryan dan Chaz adalah sahabat Elle yang lainnya selain
Justin. Berbeda dengan Justin yang sudah berteman sejak kecil, kedua lelaki
tersebut berteman dengan Elle sejak masuk sekolah dasar. Elle, Justin, Ryan dan
Chaz bisa hang out dan bermain basket bersama. Dari banyak lelaki yang biasa
bermain bersama Elle memang hanya ketiga orang tersebut yang paling dekat
dengan Elle karena memiliki banyak kesamaan.
“Jadi benar kalau kau telah pindah kembali kemari, aku
melihat banyak barang yang sedang di masukan ke dalam rumah mu saat lewat
tadi.” Ucap Ryan yang di balas anggukan oleh Elle.
“OMG Ell! Kau—sangat berubah. Kau menjadi seorang
perempuan sekarang”, kata Chaz yang di balas toyolan di kepala oleh Elle.
“Enak saja, Sejak dulu aku memang sudah seorang perempuan.”
“Masudku, lihat dandanan mu. lebih feminim ketimbanng
dulu di SD. Dan kau mewarnai rambutmu.”
“Aku tidak berubah sama sekali. Kalian belum saja melihat
sifat asliku keluar. Dan aku sengaja mewarnai rambutku untuk membedakan antara
aku dan Ella. Paling tidak orang lain akan mudah mengenali kami.” Tutur gadis
tersebut sambil terkekeh.
“Oh ya, ngomong-ngomong kalian mau pergi ke mana dengan
membawa bola basket?”
“Kami ingin bermain basket di lapangan di kota bersama
Justin. Kau mau ikut?” ucap Chaz.
“Oh ya? Kebetulan aku mau memastikan apa Justin masih
tinggal di kota ini atau tidak. Apa kabar dengannya?”
“Dia baik-baik saja. Tidak ada yang berubah dengannya,
dia tetap konyol seperti dulu.” Ucap Ryan kini.
“Emm.. aku mau ikut, tapi—aku tidak yakin kalau ia masih
mengingat ku. Bukan kalian mengatakan sendiri kalau aku berbeda dengan yang
dulu.”
“Aku yakin dia pasti mengingat mu. kau kan yang paling
dekat dengannya dan kau sudah bersahabat dengannya sejak kecil jauh sebelum
kami bersahabat dengannya, jadi mana mungkin dia lupa dengan mu. Jadi ayo ikut
kami bermain basket sambil menemuinya.” Bujuk Ryan yang akhirnya membuat Elle
ikut dengan mereka.
Tanpa berjalan kaki lama mereka bertiga telah sampai ke
sebuah gedung untuk bermain basket yang ada di kota tersebut. Mereka pun segera
masuk kedalam gedung tersebut yang di dalamnya sudah ada Justin tengah terduduk
di salah satu bangku penonton. Ryan dan Chaz pun langsung berlari menghampiri
Justin sedangkan Elle justru berjalan semakin pelan hingga ahirnya berhenti
tidak jauh dari tempat Justin terduduk. Mata Elle terus tertuju kepada Justin,
menatap setiap inci tubuh lelaki tersebut yang telah banyak berubah. Badan
lelaki itu kini lebih berisi dan berotot. Bahkan kini Justin jauh lebih tinggi
dari pada Elle padahal dulu mereka memiliki tinggi badan yang sama. Justin juga
telah merubah gaya rambutnya menjadi lebih terlihat dewasa. Justin benar-benar
jauh lebih tampan sekarang dan hal itu membuat perasaan Elle kepada Justin yang
telah lama ia pendam kembali muncul. Elle mencoba memasang senyuman terbaiknya
saat Justin menatapnya setelah di tunjuk oleh Chaz. Ryan menyuruh Elle untuk
mendekat. Gadis itu pun kembali melangkahkan kakinya beberapa langkah hingga
kini ia telah tepat berdiri di depan Justin yang tengah terduduk.
“Hi”, sapa Elle dengan canggung.
“Hei.” Balas Justin sambil tersenyum kepada Elle.
“Chaz, Ryan, kok kalian tidak bilang pada ku kalau kalian
mau membawa teman perempuan juga?” Deg. Untuk sesaat tubuh Elle mematung.
Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dari seharusnya. Dua kata yang
menyakitkan, Dia-Lupa! Semua sel-sel
di dalam otak terasa mati dan tidak berfungsi lagi. Jauh di dalam sana Elle
merasakan sakit yang teramat dalam, seperti ada sesuatu yang menyengat, meremas
hatinya. Sekali lagi Elle membatin, Dia Lupa!
Chaz dan Ryan terdiam canggung. “Ka—kau tidak tau?” tanya
Chaz kepada Justin dan di balas gelengan oleh Justin. Elle tertawa garing
menahan sakit di dadanya. Air matanya sudah akan mengalir jika gadis itu tidak
mencoba menahannya.
“Kamu cuman bercanda kan Justin? Ini Elle, Masa kamu
tidak ingat.” Suara Chaz tertahan, merasa tidak enak dengan Elle.
“Elle?” Elle menghebuskan lega, merasa bersyukur kalau
Justin ternyata masih ingat dengannya.
“Yes, I’m Elle. Nice to meet you again Justin.”
“Sepertinya aku
merasa belum pernah betemu dengan mu sebelum ini, tapi senang bertemu dengan mu
juga Elle.” Ucap Justin dengan senyumannya.
Dia
lupa! Dia benar-benar lupa! Dia kira aku teman Chaz dan Ryan. Dia tidak ingat
tentang aku, sahabat kecilnya dulu. Dia tidak ingat tentang aku, gadis yang
selalu bermain dengannya semasa kecil, gadis yang di obati lututnya, gadis yang
ia janjikan akan selalu di pilih. Dia lupa dengan ku! Bati Elle kembali. Kemudian gadis itu hanya bisa
tersenyum kecil, tidak ada pembicaraan kembali di antaranya dan Justin.
Sedangkan Chaz dan Ryan merasa bersalah dengan Elle karena ternyata Justin
tidak mengingat dirinya.
Elle terus terdiam saat Ryan membagi tim untuk mereka
bermain basket. Tidak terasa air mata mengalir dari mata Elle. Chaz yang
melihat tersebut segera memeluk gadis tersebut tanpa di ketahui oleh Justin dan
Ryan yang masih sibuk berunding.
“Maaf ya Ell. Aku benar-benar tidak menyangka kalau
ternyata Justin lupa dengan mu. Sekarang aku sama Ryan jadi merasa tidak enak
sama kamu.”
Elle segera melepas pelukan Chaz tersebut dan mengelap
air mata yang membasahi pipinya. “Ngapain sih kamu minta maaf? Bukan salah
kamu, bukan salah Ryan, dan juga bukan salah Justin bisa lupa sama aku. Mungkin
aku kurang berkesan oleh Justin sehingga dia lupa sama aku.” Dalam hati Elle
marah. Marah karena Justin tidak ingat dengannya, marah karena ternyata Justin melanggar
janjinya sediri untuk tidak lupa dengannya, marah karena Chaz dan Ryan jadi
menyalahkan dirinya, marah karena waktu mempermainkan perannya dengan sangat
kejam.
“Ell—”
“Benerkan Chaz? Kalau aku bisa buat aku lebih berkesan
untuk Justin, dia gak mungkin lupa begitu aja sama aku. Kaya kamu dan Ryan yang
gak lupa sama aku. Mungkin aku memiliki sebuah kesan buat kalian sehingga
kalian tetap ingat dengan ku.” Potong Elle sambil menatap Chaz.
Elle membuang nafas berat. “Ya udah lah, mau di apain
lagi, dia sudah lupa dengan ku. Aku hanya bisa menunggu waktu sampai dia bisa
ingat dengan ku lagi suatu hari nanti, semoga aja itu tidak lama. Dan untuk
sekarang lebih baik kita tidak membuanya bingung.” Kemudian gadis itu kembali
terdiam. Chaz kembali memeluknya dan kemudian mengacak rambut gadis itu pelan.
“Aku juga berharap dia bisa segera ingat.”
Pada akhirnya Ella berusaha bersikap biasa di depan
Justin, bersikap seakan mereka benar-benar baru bertemu, bersikap seakan tidak
pernah ada yang terjadi di antara mereka dulu. Mereka bertiga pun bermain
basket bersama denga Chaz dan Ryan menjadi tim lawan atas usul Chaz. Chaz
berusaha mengingatkan Justin tentang Elle dengan cara bermain menjadi satu tim.
Dulu Justin dan Elle memang selalu bermain satu tim melawan Chaz dan Ryan,
mereka pasangan yang kompak dalam bermain basket dan itu membuat Chaz dan Ryan
selalu kalah melawan kedua orang tersebut. Tapi itu dulu, dan Chaz ingin
melihat apakah dengan keadaan Justin tidak mengingat Elle mereka masih bisa
sekompak dahulu.
“Justin tangkap”, teriak Elle melempar bola ke arah
Justin dan di tangkap lelaki tersebut dengan sigap.
“Awas di belakang mu!”, teriak gadis itu lagi
memperingati Justin akan Ryan yang berada di belakangnya.
“Ell tangkap!” Kini teriak Justin yang terdesak oleh Ryan
dan Chaz.
“Shot!” teriak lelaki itu lagi menyuruh Elle melempar
bolanya ke ring karena posisi gadis itu aman dan pas untuk melempar bola.
“Nice Shot girls”, ucap Justin sambil bertosan kepada
Elle saat gadis itu berhasil memasukkan bolanya untuk yang kesekian kali.
“Argh, syit! Kita kalah lagi” teriak Chaz kesal membuat
Justin dan Elle tertawa.
“Kau tidak akan bisa mengalahkan ku bro, terlebih lagi di
tambah dengan permainan Elle yang hebat” ucap Justin sambil mengedipkan matanya
kepada Elle dan kemudian merangkul gadis tersebut. Perlakuan Justin tersebut
membuat Elle cukup terkejut tapi kemudian mencoba untuk kembali santai.
“Salah mu yang mengusulkan mereka menjadi satu tim, kau
tau kan kalau mereka sejak dulu tidak terkalahkan.” Ucapan Ryan membuat Justin
mengangkat sebelah alisnya bingung.
“Sejak dulu?” Tanya Justin kemudian karena merasa janggal
dengan ucapan Ryan. Elle memelototkan mata ke arah Chaz membuat Chaz kalang
kabut.
“Ah, itu, maksud nya itu Ryan dan aku tau kalau kau itu
jago bermain basket dan kami juga tau kalau Elle memang juga jago bermain
basket, jadi salah ku karena meminta Ryan untuk menyatukan dua orang yang jago
bermain basket menjadi satu.” karang Chaz yang di jawab anggukan mengerti oleh
Justin.
“Jadi rupanya kau juga sudah jago bermain sejak dulu ya.”
Ucap Justin kepada Elle yang berada di rangkulannya sedangkan gadis itu hanya
membalas denga senyuman simpul.
“Kita harus bermain bersama lagi lain kali. Kau menjadi
temanku juga mula sekarang, jadi boleh aku meminta nomor mu untuk menghubungi
jika kita akan bermain lagi atau sekedar hang out?”
“Yes, of course.” Jawab Elle singkat dan langsung
mengetikkan nomernya di Iphone Justin. Ia sudah tidak bersemangat lagi denngan
semuanya dari semenjak mengetahui kalau Justin melupakannya. Semangatnya seakan
hilang terbawa anngin begitu saja dan digantikan oleh rasa sakit yang teramat
sama. Ia hanya butuh pulang dan menangis di kamarnya sedirian, menumpahkan
seluruh rasa kecewanya.
“Oh ya, ngomong-ngomong di mana kamu tinggal?” tanya
Justin lagi membuat Elle mengangkat kepalanya yang sejak tadi ia tundukkan.
Elle menatap mata hazel Justin lekat-lekat mencoba mencari sesuatu dalam mata
itu, mencari segala kenangan yang pernah di lihat oleh mata itu yang kini telah
terlupakan. Air mata Elle kembali akan keluar, tetapi gadis itu mencoba untuk
tetap kuat.
Elle memasang senyum kecutnya sebelum menjawab. Ia
berharap Justin akan ingat dengannya ketika ia menyebutkan rumahnya. “Aku tinggal
tidak jauh dari rumah mu, hanya berbeda beberapa rumah.”
Justin terdiam, tampak berfikir. “Benarkah? Tapi aku
benar tidak pernah melihat mu. Atau aku saja yang lupa?”
“Mungkin kau yang lupa.” Jawab Elle sambil tertawa
garing. Ya kau memang lupa dengan ku
Justin. Lupa akan semua kenangan kita, lupa akan janjimu pada ku. Batin
Elle.
“Kalau begitu kita bisa pulang bersama. Ayo, aku akan
mengantar mu.” Elle hanya menganngguk kecil dan kemudian berjalan pelan di
sebelah Justin yag di ikuti oleh Ryan dan Chaz. Dua orang tersebut hanya bisa
terdiam karena merasa tidak enak dengan Elle.
Mereka semua berjalan dalam diam hingga akhinya mereka
telah sampai tepat di depan rumah Elle yang memang paling dekat di antara
semuanya. Elle menatap Justin lekat, berharap lelaki itu ingat dengan dirinya.
Tapi sepertinya harapan tersebut harus sirna karena nyatanya lelaki itu
benar-benar lupa tentangnya.
“It’s My home. Aku baru saja pindah tadi pagi. Tapi dulu
aku pernah tinggal di sini, itu sebabnya Chaz dan Ryan mengenal ku.”
“Ah! Pantas saja aku tidak pernah melihat mu sebelum ini.
dan ya, ternyata rumah kita sangat dekat. Rumah ku yg di sebelah sana, rumah ke
tiga dari rumah mu.”, ucap Justin sambil menunjuk rumahnya. Elle hanya
menanggapi Justin dengan anggukan kecil.
“Thanks for today, that was fun.”, ucap Elle kemudian
masuk kedalam rumahnya dan langsunng pergi menuju kamarnya dengan berlari.
Sesampai di kamar gadis itu langsung membanting dirinya
ke atas kasur dan menutup seluruh mukanya dengan bantal. Air matanya
benar-benar keluar kali ini. Elle merasa sangat kesal, marah, dan kecewa kepada
Justin dan dirinya sendiri. Marah karena lelaki itu telah melupakannya, kecewa
karena lelaki itu melanggar janjinya sendiri, dan kesal pada dirinya sendiri
yang tidak begitu berharga untuk di kenang oleh lelaki tersebut. Semua kenangan
yang dia anggap berarga ternyata bukan apa-apa untuk Justin. Ia bukan gadis
yang berharga di mata lelaki tersebut.
“Dia lupa. Dia lupa dengan ku.” Ucap Elle lirih.
Elle terus menangis hingga larut malam. Setelah lelah
menangis gadis itu pun tertidur begitu saja masih dengan mata yang basah karena
air mata. Ia akan melalui hari yang berat esok hari dan seterusnya, dan itu
semua karena sahabat kecilnya dan cinta pertamanya yang telah melupakannya.
Semua karena Justin Bieber.
***
[
February 11st 2014. Atlanta, Georgia, AS]
Pagi-pagi
sekali Elle dan Ella telah siap mengenakan seragam sekolah barunya. Hari ini
akan menjadi hari pertama Elle dan Ella kembali bersekolah di Atlanta, dan
kabarnya mereka akan satu sekolah dengan Ryan, Chaz dan juga—Justin. Mungkin
itu akan menjadi hal yang menyenangkan jika Justin masih mengingat Elle, tetapi
tidak untuk kali ini karena setiap menatap lelaki itu Elle selalu merasa sedih.
Seusai
sarapan Dad pun mengantar kedua gadis kembar itu kesekolah barunya. Sesampai di
depan sekolah Dad pun berpesan kepada Elle untuk menjaga Ella dan hanya di
balas anggukan malas oleh Elle. Ia telah bosan dengan semua kalimat yang akan
di sampaikan Dad dan Mom sebelum ia masuk sekolah, “Titip Ella ya” “jaga Ella,
jangan sampai ia kenapa-kenapa” “Terus perhatikan saudaramu itu jangn sampai
kambuh” “jangan biarkan Saudaramu melakukan hal yang berat dan melelahkan yang
bisa membuatnya drop”. Elle bosan dengan semua hal itu, selalu Ella, Ella dan
Ella lagi. Tidak pernah sekali pun momnya menghuatirkan dirinya. Elle memang
sehat, tapi ia juga butuh perhatian seperti yanng di lakukan Dad dan Mom nya
kepada Ella. Setelah mendengar ribuan kalimat titipan oleh Dadnya Elle pun masuk begitu saja ke dalam gedung
sekolah tanpa memikirkan Ella yang telah tertinggal jauh di belakangnya.
“Elle
Wait!”, teriak Ella kepada kembarannya tersebut yang telah berada agak jauh di
depannya.
“Hurry
Ella. Aku tau kau sakit, tapi dengan berjalan sedikit lebih cepat tidak akan
membuat jantungmu kambuh.” Teriak Elle tidak perduli dengan kembarannya
tersebut. Mereka terus berjalan hingga sampai di depan kelas mereka yang telah
tertulis di sebuah kertas petunjuk. Elle pun segera mengetuk pintu kelas dan
menunggu hingga guru di dalam kelas membukakan pintu.
“Yes?”,
tanya guru tersebut kepada Elle.
“Saya
murid baru yang akan berada di kelas ini, dan—Juga dengan kembaran saya.”
Sambung Elle ketika Ella telah sampai di sebelahnya.
“Ah ya,
silahkan masuk.” Ucap Guru perempuan tersebut yang kemudian mengumumkan kepada
seisi kelas tentang kedatangan dua murid baru. Kemudan Elle dan Ella pun di
persilahkan untuk memperkenalkan diri di depan kelas. Saat akan memperkenalkan
diri Ella mencoba menatap satu persatu murid-muri di dalam kelas hingga matanya
menatap satu titik. Menatap Justin yang terduduk di pojok ruangan yang tengah
menatapnya tekejut. Kemudian Justin pun merubah eksresinya dan tersenyum kepada
Elle.
“My Name
is Elleanor Edward Mitchell, you can call me Elle, Lea, or Elleanor, but all my
friends always call me Elle. I’m move from Edmond, Oklahoma but I've lived here
when I was child. My hobbies are playing basketball. I hope we can be friends
now.” Ucap Elle panjang membuat beberapakali sorakan menggoda terdengar.
Kini
giliran Ella yang memperkenalkan dirinya. “My name is Elleandra Edward
Mitchell, you can call me Ella, or leandra. I’m Elle Twin. And same like Elle,
i hope we can be friends from now.” Ella memprkenalkan diri sambil memasang
senyumannya membuat beberapa pasang mata menatap gadis itu kagum. Elle tidak perduli
dengan hal tersebut selama ini, tapi kali ini iya menjadi perduli karena Justin
juga ikut menatap kembarannya tersebut dengan tatapan kagum.
“Ok Elle
dan Ella, kalin boleh duduk di salah satu kursi yang kosong sekarang.”
Elle pun
segera berjalan mendekat ke arah banngku kosong yang berada tepat di sampping
Justin sedangkan Elle harus duduk di bangku kosong yang berada di paling depan.
Saat Elle sedang mengeluarkan buku pelajaran Justin memanggil gadis itu
beberapa kali.
“Ell,
Elle!” Elle hanya menjawab dengan gumaan.
“Kau
tidak bercerita padaku kalau kau punya kembaran.”
“Kau
tidak bertanya kepada ku.” Jawab Elle pendek.
“Astaga,
kalian sangat mirip. Hanya saja—warna rambut kalian berbeda.”
“tentu
saja, itu karena aku mengecat rambutku. Warna rambut asliku sama seperti Ella.
Tapi aku lebih suka rambutku yang sekarang karena dengan ini orang-oranng bisa
membedakan aku dengan Ella.”
“Ya.
Tapi aku rasa kamu jauh lebih cantik jika berambut coklat. Lagi pula tanpa
mengecat rambutmu aku akan tetap bisa mebedakannya mu, karena kalian memang
berbeda.”
“Ya itu
untuk mu, tapi tidak dengan Mom dan Dad ku.” Deg. Tia-tiba Elle merasa De javu.
Ia dan Justin pernah melakukan percakapan seperti ini dulu, di saat ia dan
Justin akan mengburkan kalung pembeda antaranya dan Elle kedalam kapsul waktu.
Lagi-lagi Elle merasa seperti ada yang meremas hatinya degan erat, teramat
sakit tapi tidak dapat di obati.
***
[
March 1st 2014. Atlanta,
Georgia, AS]
Hari ini
adalah hari ulang tahun Justin, dan tepat pada hari ini pula Elle yakin dan
sangat yakin kalau Justin Mencintai Ella. Elle telah lama sadar dengan hal itu,
terlihat jelas dari sikap Justin yang sangat berbeda saat bersama Ella. Lelaki
itu ingin tampak selalu sempurna saat berada di depan Ella. Justin
menghilangkan tingkah konyolnya dan berlaku gentel saat berada di depan Ella.
Terlebih lagi semenjak Justin mengetahui penyakit Ella, lelaki itu jadi lebih
sering menghabiskan harinya bersama Ella dari pada bermain dengan Elle dan
teman-temannya. Justin berubah. Justin tidak seperti Justin yang Elle kenal
lagi. Lelaki itu kini leih mementingkan Ella dari pada dirinya. Lelaki itu
lagi-lagi melanggar janjinya.
Elle
tengah termenung di atas kasurnya sambil meratapi album berisi foto kenangannya
dengan Justin saat sebuah pesan masuk ke Iphonenya. Dengan malas gadis itu
meraih Iphonenya yang berada di atas meja di samping kasur dan membuka pesan
tersebut.
From: Justin
Hei. Today is
my birthday. You don’t wanna say something to me? Or give me present maybe.
Lol I'm still waiting for a greeting
from you and Ella. ;)
Bukan
senang membaca pesan dari Justin itu Elle justru kesal. Elle tau betul apa yang
sebenarnya lelaki itu harapkan. Ia hanya berharap Ella akan mengingat ulang
tahunnya dan mengucapkan Selamat kepadanya. Lelaki itu tidak mengharapkan
ucapan dari dirinya. Pada akhirnya Elle tetap membalas pesan dari Justin
tersebut meski dengan hati terluka. Tidak tau kah lelaki itu kalau dirinya
memiliki perasaan khusu padanya sejak dulu, selalu mengharapkan untuk bisa
kembali lagi bertemu dengannya lagi. Tapi apa balasannya? Lelaki itu
melupakannya, dan kini jatuh cinta kepad kembarannya. Hidup memang kejam.
To: Justin
Lol. I know.
:p But im to lazy to say happy birthday to you. And if you wanna get a present,
go to store and buy a present for yourself. :p
Tidak lama datang kembali pesan balasan dari Justin .
From: Justin
you're cruel, Like
Cruela Devil. ;(
Seketika Elle tertawa terbahak-ahak karena membaca pesan balasan konyol
dari Justin tersebut. Justin benar-benar terlalu banyak menonton film 1001
dalmatian sehingga selalu ingat dengan nama tokoh jahat di film tersebut.
To: Justin
Lol. You watch too many
movies for kids dude. xD
From: Justin
Hei! That's not just a
movie for kids, that's a movie for all ages.
To: Justin
Whatever
Justin! But for me, that’s still a movie for kids and that means you are a
kids. Lol :p
From: Justin
Err... You are sucks!
-.- i’m not a kid. I’m gentel! I had to
prove it to you?
To: Justin
Hahaha... ok Stop it! U
will get what you want.
Happy Birthday Justin Sucks Bieber, the most Annoying
friends in the world. You are old now. :p
From: Justin
Thank
you. You are annoying too. :p and im not old!
Remind Ella to say happy birthday to me. ;)
Btw, Wanna Hang out today?
Elle
tersenyum akibat ajakan dari Justin tersebut. Sudah lama ia tidak pergi
jalan-jalan berda dengan Justin semenjak Ella mengambil perhatian Justin. Elle
sangat senang dan dengan cepat mengiyakan ajakan Justin tersebut.
To: Justin
That's will be nice. :)
Tapi
ketika pesan balasan dari Justin datang kembali senyum Elle pun pudar begitu
saja. Moodnya menjadi hilang, tapi semua terlanjur karena iya telah menstujui
ajakan dari Justin.
From: Justin
Cool! Ask Ella too. I
pick you two at 9. See ya. ;)
Pada
akhirnya dengan langkah malas Elle pergi menuju kamar Ella dan memberitahu
kembarannya itu bahwa Justin mengajaknya jalan-jalan bertiga hari ini. Elle pun
kembali ke kamarnya untuk bersiap setelah itu.
Tepat
pada jam 9 seperti janji Justin, lelaki itu telah datang untuk menjemput kedua
gadis tersebut. Kedu ekspresi berbeda terlihat dari wajah kedua gadis itu. Ella
dengan senyum cerinya dan Elle dengan wajah bosan dan kesalnya. Justin pun
mempersilahkan kedua gadis itu masuk ke dalam mobilnya, tapi hal yang paling
membuat Elle semakin kesal adalah Justin menyuruh Ella untuk duduk di kursi
depan tepat di sebelah Justin dan membukaan pintu untuk gadis itu sedangkan
Ella harus menerima duduk di belakang dengan membuka pintunya sendiri. Kesal,
Iri, cemburu, Sedih, semua menjadi satu di dalam hati gadis itu. Selalu Ella,
Ella dan Ella lagi yang mendapatkan perhatian dari semua orang yang Elle
sayang. Mom, Dad, dan kini Justin. Kapan dirinya akan mendapatkan perlakuan
spesial seperti itu? Elle bahkan lebih memilih di posisi Ella saat ini meski
harus menanggung sakit sekali pun. Hidupnya terlalu tidak adil.
Justin
membawa kedua gadis itu berjalan-jalan di kota. Membeli baju, makan di
cafe, bermain di games store. Mereka
memang berjalan bertiga tapi Elle merasa kalau dirinya seakan berjalan sendirian
karena nyatanya Justin selalu berada di samping Ella, berbicara dan bercanda
dengan gadis itu. Elle seakan tidak ada di sana. Kini Elle sadar alasan Justin
mengajaknya adalaah sesungguhnya Justin ingin menghabiskan hari ulang tahunnya
dengan Ella, bukan denganya. Seharusnya Elle sadar itu. Selalu Ella yang di
butuhkan dan di inginkan, bukan dirinya. Selalu Ella dan Ella lagi.
***
[
May 17th 2014. Atlanta,
Georgia, AS]
Hari ini
adalah ulang tahun Elle dan Ella, tapi bukan merasa senang Elle Justru merasa
sangat membenci hari itu. Elle tidak pernah suka hari ulangtahunnya, terlebih
lagi dia harus memiliki hari ulang tahun yang sama dengan Ella. Ia tau kalah di
hari spesial ini dia tetap akan jadi nomor dua karena sesungguhnya dia tidak
pernah menjadi nomor satu. Hanya dulu, hanya dulu dia pernah menjadi noomor satu
oleh satu orang. Dia hanya pernah merasa menjadi nomor satu oleh Justin. Tapi
itu pun kini hanya tinggal kenangan. Tidak ada lagi masa-masa indah untuknya,
tidak akan pernah lagi menjadi nomor satu. Ia tidak perduli kalau Mom dan
Dadnya menomor duakan dirinya selama ada Justin untuknya, tapi kini ia tidak
memilii siapa-siapa lagi, karena kini lelaki itu juga lebih memilih Ella dari
padanya. Lelaki itu lupa akan dirinya, lupa akan janjinya.
Sayup-sayup
suara musik terdengar di seluruh penjuru ruangan. Seluruh ruangan telah ramai
oleh orang-orang yang datang untuk menghadiri pesta ulang tahun Ella dan Elle.
Wajah-wajah bahagia tersirat dari setiap oarang yang datang ke pesta tersebut, tapi
ekspresi berbeda muncul dari salah satu gadis yang berulang tahun. Elle tampak
duduk menyendir di halaman belakang rumahnya sambil menatap ke arah Justin yang tengah asyik
bercanda tawa dengan Ella. Elle sudah sejak tadi terduduk di sana dan belum ada
satu orang pun yang sadar akan kehilangannya. Ya, sesungguhnya memang tidak ada
yang perduli dengannya. Hanya Ella yang mereka perdulikan. Baik Mom, Dad,
Justin dan bahkan seluruh teman sekolah lebih menyukai Elle dari pada dirinya.
Dan Elle merasa kalau pesta ini sesungguhnya memang hanya di adaka untuk Ella,
bukan untuknya.
Setetes
demi tetes air mata turun dari kedua mata indah Elle. Gadis itu kembali
memangis dan tidak ada yang akan menghiburnya seperti dulu. Tidak ada orang
yang bisa ia peluk saat menangis, tidak ada lagi orang yang akan menghiburnya.
Ia sendirian sekarang. Tiba-tiba kenangan akan ulang tahunnya yang ke 6 tahun
terngiang di otaknya, berlalu bagai film yang berputar.
*Flashback*
Hari ini
adalah hari ulang tahu Elle dan Ella yang ke 6 dan seperti biasa Ella akan
mendapatkan perhatian lebih dari Mom dan Dadnya. Mom dan Dad memasak banyak
makanan dan membeli kueh untuk mensyukuri umur anaknya itu yang mampu bertahan
hingga saat itu. Elle hanya bisa terdiam duduk di atas meja tepat di samping
Ella saat mom dan Dadnya memanjatkan doa atas syukurnya, dan seperti biasa pula
nama Ella selalu di sebut dalam doa itu dan hanya sekali nama Elle tersebut di
sana. Elle kecil hanya bisa tersenyum kecut dan pasrah dengan semua itu, toh
setelah ini ia akan merayakan hari ulang tahunnya lagi dengan Justin dan kedua
temannya yang lain, Chaz dan Ryan. Elle pun melalui pesta ulang tahun bersama
Mom dan Dadnya dengan hanya terdiam, berbeda dengan Ella yang tampak memasang
senyum bahagianya. Kembarannya yang satu itu memanng memiliki sifat yang
berbeda dengannya, Elle lebih murah senyum dan lebih feminim sedangan dirinya
adalah gadis yang bersemangat dan ceria tapi pelit senyum di depan orang
tuanya, ia juga gadis yang tomboy. Tidak ada yang mengetahui perbedaan sifat
itu selain Justin, bahkan orang tuanya hanya bisa membedakan mereka berdua
melalui kalung yang menggantung di leher mereka.
Seusai
pesta kecil-kecilan di rumah, Elle pun segera berlari menuju rumah Justin
tetapi ia tidak menemukan lelaki itu di sana. Elle pun mendatangi rumah Ryan
dan Chaz tapi lelaki itu tetap tidak ada di sana. Kembali Elle mencari Justin
di taman dan tempat-tempat lain di mana mereka biasa bermain tapi lelaki itu
juga tidak ada. pada akhirnya Elle pulang dengan hati yang sedih karena
nyatanya lelaki itu melupakan hari ulang tahunnya. Sesampainya di rumah Elle
pun segera masuk kekamarnya dengan air mata yanng sudah menggenang di matanya.
Saat akan menuju tempat tidurnya Elle menemukan selembar kertas tereletak di
atas meja di samping tempat tidurnya, di kertas itu tertulis “Go to Hill!”. Dan
Dengan berlari tergesah-gesah Elle pun pergi ke atas bukit. Gadis itu terkejut
saat samai di sana. Ia menemuka Justin tengah berdiri di bawah pohon sambil
memegang kue ulang tahun berlilin angka 6. Sambil menangis Elle berlari ke arah
Justin dan memeluk sahabatnya itu. Justin hanya tertawa karena lelaki itu
merasa sudah sukses membuat kejutan untuk gadis itu. Di tengah pelukan itu Justin
menngucapan Selamat ulang tahun kepada Elle membuat lagi-lagi air mata gads itu
tumpah. Lalu Elle pun melepas pelukannya dari Justin dan menatap mata lelaki
itu dengan lekat.
“Ini ada
hari ulang tahun yang paling indah yang pernah aku rasakan”, ucap gadis itu
yang kemudian memeluk kembali sahabatnya itu. Pada akhirnya mereka merayakan
pesta ulang tahun tersebut berdua di bukit tersebut dan merayakannya lagi di
rumah Chaz bersama Chaz dan Ryan. Sungguh hari ulang tahun yang indah.
*Flashback End*
Elle
merebahkan badanya di atas bangku ayun yang sejak tadi ia duduki. Dengan
perlahan gadis itu memejamkan matanya dan kembali mengingat seluruh hari ulang
tahunnya dulu, hari ulang tahun yang di rayakan bersama justin dulu. Hari ulang
tahu yang indah yang tidak akan pernah terjadi lagi di hidupnya. Ia sendirian
sekarang. Perlahan-lahan Elle memejamkan matanya dan tertidur di sana akibat
kelelahan menangis. Tanpa ia sadari Justin melihat gadis itu yang tengah tertidur
di sana dan memindahkannya ke kamar gadis itu. Justin mengecup dahi gadis itu
dengan lembut dan berbisik di telinga gadis itu.
“Happy
Birthday Elle.” Kemudian Justin pergi meninggalkan ruagan tersebut setelah
menyelimuti gadis itu. Sungguh malam yang penuh emosi untuk Elle, dan itu akan
terus terjadi dalam hidupnya setelah ini.
***
[
June 20th 2014. Atlanta,
Georgia, AS]
Semilir
angin berhembus menerbangkan wewangian bunga yang tercium di hidung Elle. Gadis
itu tengah terduduk sendirian sambil memegang selembar kertas bergambarkan
sebuah peta dan dua buah sekop kecil di tangannya. Sudah sejak 5 jam yang lalu
gadis itu duduk menunggu sendirian, menanti kedatangan seorang yang entah ingat
akan janjinya atau tidak. Saking lelahnya menunggu Elle pun tertidur dengan
keadaan badan menyender ke dahan pohon besar yang memang sejak tadi ia gunakan
untuk berteduh dari matahari.
Elle
terbangun dari tidudurnya saat mendengar suara langkah kaki. Gadis itu lekas
bangkit dari duduknya dan melihat siapa orang yang datang. Tapi hanya kecewa
yang muncul karena nyatanya itu bukan Justin, itu hanyalah dua orang anak kecil
yang tengah bermain di sekitar bukit. Pada akhirnya Elle kembali mendudukan
dirinya kembali. Gadis itu masih setia menunggu kedatangan Justin untuk menepati
janjinya untuk membuka kembali kapsul waktu mereka. Hari tepat 9 tahun yang
lalu adalah hari di mana Elle dan Justin menguburkan kapsul waktunya di bukit
itu. Elle masih bisa menerima Jika justin tidak menepati kedua janjinya yang
lain, tapi ia hanya berharap paling tidak lelaki itu ingat dengan hari ini,
hari penting ini. tapi nyatanya hingga senja datang lelaki itu tidak kunjung
datang juga. Dengan rasa kecewa yang teramat sangat Elle pun memutuskan untuk
menggali time capsulenya sendirian.
Sedikit
demi sedikit Elle menggali tanah menghasiilkan sebuah lubang yang cukup besar
dan dalam hingga akhirnya ia bisa melihat sebuah kotak yang terkubur di sana.
Tanpa perduli akan mengotori tangannya, gadis itu mengambil kotak tersebut dan
menatapnya dengan seksama. Ya itu adalah kotak musiknya yang dulu iya kubur
bersama Justin. Kotak yang katanya akan menjadi penting karena berisi sebuah
kenangan. Tapi tetap saja kotak itu
tidak menjadi penting untuk Justin, karena nyatanya lelaki itu lupa akan hal
tersebut. Lelaki itu benar-benar lupa akan semua janji-janjinya.
Air mata
kembali mengalir di pipi gadis itu saat teringat akan seluruh kata-kata Justin
9 tahun yang lalu.
“Seluruh yang ada di kotak ini adalah hal
penting untukku dan kamu. Seluruh yanng ada di kotak ini akan mengingatkan
banyak hal untukku saat kita dewasa nanti.”
“Memangnya apa yang kau masukkan di
sana Justin?”
“Itu rahasia. Kau akan tau ketika
kita membukanya nanti. Yanng jelas itu adalah sesuatu yang penting yang tidak
bisa aku katakan padamu sekarang. Dan itu akan selalu menjadi sesuatu yang
penting untukku.”
Dengan
tangan gemetaran Elle membuka tutup kotak tersebut, memampangkan apa yang ada
di dalam kotak tersebut. Elle menatap dengan nanar Seluruh isi kotak tersebut
dan air matanya kembal menetes dan terjatuh ke salah satu kertas di dalam
kotak. Elle mengambil kertas itu dan membuka lipatan dari kertas tersebut. Air
mata gadis itu semakin deras ketika mengetahui kalau kertas itu adalah kertas
milik Justin, kertas yang di kubur oleh lelaki itu.
“Itu adalah sesuatu yang penting yang tidak
bisa aku katakan padamu sekarang. Dan itu akan selalu menjadi sesuatu yang
penting untukku.”
Kata-kata
Justin itu terus terngiang di otak Elle saat membaca kata-kata yang ada di
kertas tersebut. Kata-kata yang tidak mungkin lagi di ucapkan oleh lelaki itu
lagi untuk dirinya.
“I love you Elleanor Mitchell, I wanna be
with you, make you save, make you happy, make you never feel alone, makes you
feel owned, makes you feel to be number one. I will always choose you then
other people. I hope you can be mine, Because i love you. <3
-Justin”
Elle
kembali meraih barang milik Justin yang lainnya dan ia menemukan sebuah kotak.
Begitu Elle membuka kotak tersebut, gadis itu menemukan sebuah cincin denngan
ukuran yang kecil. Ia yain kalau cincin itu adalah cincin yang ingin Justin
berikan padanya dulu, teapi nyatanya lelaki itu tidak mampu melakukannya. Elle
tau itu karena gadis itu kembali menemukan sebuah kertas di dalam kotak
tersebut yang bertuliskan namanya.
Elle
kembali membuka satu persat kertas-kertas yang ada di sana, mencoba mencari salah satu kertas miliknya. Hingga akhirnya
ia berhasil menemukannya, kertas bertuliskan perasaannya untuk Justin. Kertas
bertuliskan “I Love Justin Drew Bieber Forever”. Elle kembali menangis. Dia
merasa sangat sakit saat tau kalau dulu mereka saling mencintai, mereka
memiliki perasaan yang sama tapi sama-sama tidak berani untuk mengungkapkan.
Tapi kini semua telah terlambat karena nyatanya Justin telah jatuh cinta kepada
orang lain, Justn telah Jatuh cinta kepada Ella kembarannya. Semua sudah
terlambat. Ella tidak bisa lagi mendapatkan cinta Justin karena lelaki itu
telah jatuh cinta pada Ella dan lupa padanya.
Dengan
tangan yang bergetar hebat, Elle meraih kotak musiknya yang telah kotor karena
tanah itu. Gadis itu mencoba memutar baut untuk menyalakan musik dari kotak
musik itu meski iya tau kalau kotak musik itu pasti sudah tidak dapat berbunyi
akibat karat dan telah lama terpendam di tanah. Tapi ternyata ia salah, Kotak
musik itu menyala, bahkan suaranya masih seindah dan sekencang dulu. Masih
bersuara merudu seperti saat kotak itu di beli. Hal itu membuat senyum terukir
di bibir gadis itu. Kotak musik itu seakan memberi semangat untuknya, sekan
menagatakan meski telah lama waktu berlalu dan telah lama terpendam ia masih
punya kesempatan untuk bersuara, masih memiliki kesematan untuk mengeluarkan
segalanya. Masih ada kesempatan untuknya jika ia berusaha.
Akhirnya
Elle pun memasukkan kembali seluruh barang yang ia keluarkan dari kotak
tersebut dan kemudian membungkus kotak tersebut dengan kain yang telah ia
siapkan dan kemudian membawa pulang kotak itu bersama dirnya.
***
[
September 2nd 2014. Atlanta, Georgia, AS]
Siang itu panas terik melanda
Atlanta, sepanas perasaan Elle saat melihat Justin yang mengajak Ella untuk
makan malam bersamanya malam maam itu. Elle encoba menahan emosinya dengan
mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Saking eratnya tangan gadis itu terluka
akibat tertusuk kukunya yang panjang. Semakin hari semakin sesak saja melihat
Justin dengan Ella. Justin semakin gencar mengajak Ella jalan setiap dua minggu
sekalli, dan sisanya di habiskan lelaki itu untuk datang berkunjung kerumah
untuk bertemu dengan Ella. Hal
tersebut sukses membuat setiap malam Elle menangis di kamarnya. Sesak, sakit.
Itu yang di rasakan Elle. Tapi tidak ada yang bisa di lakukan. Ia tidak
memiliki hak apa pun untuk melarang Justin. Ia bukan siapa-siapa Justin. Bahkan
Mom dan Dad Elle setuju dengan Justin yang mendekati Ella, kata mereka ke adaan
Ella semakin membaik semenjak dekat dengan Justin. Sekarang apa daya Elle. Ia
hanya gadis lemah yang di tinggalkan sendirian. Tidak ada yang mendukungnya,
tidak ada yang menyemanngatinya, tidak ada yang menyayanginya.
Malam itu Ella berdandan sangat cantik untuk Justin.
Gadis itu terlihat sangat cantik dengan dress putihnya. Senyuman merekah dari
bibir merahnya. Mom yang membantu mendandani gadis itu sehingga menjadi
secantik itu. Hati Elle seakan di sengat saat ingat kalau Mom nya bahkan tidak
pernah melakukan hal sepert itu saat iya akan pergi ke Prom di SMP dulu. Hal
itu semakin meyakinkan Elle kalau Momnya tidak mencintainya. Mom hanya
mencintai Ella seorang, Gadis cantik, polos, penurut, lemah, dan penuh
senyuman. Tidak seperti dirinya yang selalu membangkang, gadis nakal yang
tomboy dan selalu menutup senyumnya.
Tepat pada jam 9 justin menjempu Ella dengan pakaian
rapi. Justin mengenakan Suit biru dongker dengan lengan yang di gulung. Lelaki
itu terlihat sangat tampan mengenakan setelan tersebut. Justin meraih tangan
Ella saat gadis itu berada di sebelahnya, mencium punggunng tangan gadis itu
dan kemudian tersenyum sangat manis membuat pipi Ella kemerahan. Sedangan Elle
hanya bisa berdiri terdiam, mengintip dari tangga dengan hati yang seakan di
hantam ribuan panah. Sakit teramat sakit.
Elle meremas kencang dadanya untuk menahar seluruh rasa
sakit itu, tapi tetap saja rasa sakit itu terus menghantui seluruh tubuhnya
bagai virus mematikan. Elle pun hanya bisa menatap punggung Kedua pasangan
tersebut dengan mata nanar hingga akhirnya menghilang di balik pintu. Ella
segera berlari menuju kamarnya, mengunci pintunya dan pergi ke atas kasurnya,
menanngis di sana. Hanya itu yang bisa di lakukan gadis itu, tidak ada yang
lain. tidak ada yang bisa ia perbuat, karena dia hanya sendirian.
***
[
September 4th 2014. Atlanta, Georgia, AS]
Hari itu menjadi hari terburuk untuk Elle. Setelah
seharian membuntuti Justin dan Ella dia harus melihat hal yang paling tidak
pernah ia ingin lihat dan dengar. Justin, Lelaki itu menyatakan cintanya kepada
Ella. Sekali lagi, JUSTIN MENYATAKAN CINTANYA KEPADA ELLA!!
Dunia Elle seakan berhenti berputas saat itu,
saraf-sarafnya mati mendadak membuat dirinya tidak bisa berfikir, tidak bisa
bergerak ,tidak dapat bersuara dan bahkan tidak dapat menetesan air mata. Hancur
sehancur hancurnya. Itu yang di rasakan Elle saat itu. Tidak ada kesempatan
lagi untuknya. Tidak ada lagi! Seharusnya gadis itu sadar sejak awal kalau
memang tidak pernah ada kesempata untuknya. Justin Mencintai Ella sekarang,
bukan dirinya. Untuk Justi dirinya hanya masa lalu yang tidak penting, masa lalu
yang pantas untuk di lupakan, masa lalu yang bahkan tidak pantas untuk di
kenang.
Elle berusaha membuka mulutnya lebar-lebar untuk mencari
udara yang tidak dapat ia hirup melalui hidungnya. Berulang kali mencoba, tetap
saja ia merasa sesak. Oksigen seakan menghilang dari dunia, membuatnya tidak
dapat bernafas. Elle mencoba menguatkan kakinya untuk tetap berdiri tapi pada
akhirnya ia tidak mampu dan terjatuh begitu saja ke tanah, menyisakan bunyi
dentuman yang cukup kencang untuk di dengar oleh Justin dan Ella. Kedua
pasangan itu cukup kaget melihat keberadaan Elle, terlebih lagi gadis itu
terjatuh di tanah. Justin langsung berlari menghampiri Elle dan mencoba
membantu gadi itu untuk bangkit, tapi Elle menolaknya. Gadis itu terlanjur
merasa sakit dengan lelaki tersebut. Elle pun mencoba bangkit sendiri, begitu
berhasil gadis itu menatap Justin dan Elle bergantian dengan eksresi yang
berbeda. Ekspresi kecewa untuk Justin dan Ekspresi marah untuk Ella. Kemudian
gadis itu pergi begitu saja meninggalkan tanda tanya untuk Justin, sedangkan
Ella yang mengerti hanya bisa menunduk lesuh. Ella mengerti, Elle mencintai
Justin sejak lama dan ia telah merebut Justin dari Elle. Pada akhirnya Ella pun
memutuskan untuk menolak Justin. Gadis itu tidak ingin melukai hati Elle. Gadis
itu pantas bahagia.
***
[
September 13rd 2014. Atlanta, Georgia, AS]
Hampir seminggu lebih sudah Elle melakukan misi berdiam
diri kepada Ella. Gadis itu bahkan tidak menganggap kembarannya itu ada. Elle
marah semarah marahnya dengan Ella. Ia tidak terima karen semua orang jauh
lebih mencintainya dari pada dirinya. Elle iri, cemburu, dan kecewa kepada
Ella. Kenapa harus Ella, kenapa bukan gadis lain saja yang di cintai Justin,
mungkin itu akan jauh lebih mudah untuk hatinya menerima. Sudah terlalu banyak
yang Ella dapat. Kenapa tidak sekali saja seseorang memberikan apa yang Elle
mau. Elle merasa menjadi gadis yang paling tidak di butuhkan di duni, bahkani ia
berfikir jika ia mati sekali pun tidak akan ada yang peruli dengan dirinya.
Takdir memang kejam.
Sore ini lagi-lagi Justin mengajak Ella untuk makan malam
di luar. Ella sudah mencoba menolak, tetapi lelaki itu tetap saja memaksanya.
Elle bisa mendengar ajakan Justin kepada Ella itu dengan baik karena mereka
berbicara di dalam kamar Ella yang berada tepat di sebelah kamar Elle. Di dalam
kamar Elle melempar bantal dan gulingnya kedinding yang mengarah ke kamar Elle,
melampiaskan seluruh kekesalanya. Dan tepat ketika Justin pulang Elle segera
berlari menuju kamar Ella, membuka pintu kamar dengan keras yang menghasilkan
dentuman kencang yang mengagetkan Ella. Air mata telah turun membasahi pipi
Elle saat itu, nafasnya sudah tidak
beraturan. Dan dengan emosi yang memuncak gadis itu berteriak kepada Ella,
memaki gadis itu dengan sangat kejam, meminta gadis itu untuk tidak pergi apa
pun yang terjadi. Ella hanya terdiam mendengarkan seluruh caci maki dari Elle
kembarannya. Tapi begitu Elle selesai dengan seluruh emosinya Ella mncoma
mndekati kembarannya itu, memeluk gadis itu dan menangis bersamanya.
Sesungguhnya Ella tau apa yang di rasakan oleh kembarannya itu. Mereka kembar,
dan mereka memiliki ikatan batin yang kuat. Sesungguhnya Ella juga sering
mendengar suara tangisan Elle dari balik kamarnya yang membuatnya ikut menangis
di kamar. Sesungguhnya jika Ella mampu ia mau membuat Justin mencintai Elle, tapi
ia hanya gadis lemah yang tidak mampu berbuat seperti itu. Mereka sama-sama
terdesak oleh takdir yag menyakitkan.
Ella melepaskan pelukannya dari kembarannya itu.
Mengangkat wajah saudaranya itu dan mengusap air matanya. Lalu Ella memasang
senyuman terbaiknya untuk kembarannya yang paling ia sayang itu.
“Maaf kan aku, Maafkan aku, maafkan aku, Maafkan aku
Elle. Aku tidak butuh segalanya jika kamu seperti ini. aku rela menggantikan
dirimu demi kebahagiaanmu. Kau mau menjadi diriku, megganti nama mu dengan dirimu
pun aku mau. Kau satu-satunya sadara yang ku punya, yang ku sayang. Jagan
menangis lagi. Kau bisa ambil Justin sesuka mu, dia bukan milikku. Kau bisa
memilikinya malam ini, aku akan membantumu.”
Kata-kata Ella itu membuat Elle menghapus air matanya. Ia
merasa bodoh karena tidak pernah berfikir sampai ke sana. Kenapa ia tidak
pernah berfikir untuk bertukar posisi dengan Ella? Mereka anak kembar dan mudah
bagi mereka untuk melakukan itu.
Dengan semangat Elle pun menghapus air mata yang tersisa di
pipinya dan kemudian pergi ke kamarnya, mengambil seluruh perlengkapan untuk
men cat rambut dan membawanya ke kamar Ella.
“Kau yang bilang ingin membantu ku. Maka bantu aku.
Warnai rambut mu seperti warna rambutku sekarang dan aku akan mengembalikan warna
rambutku menjadi coklat. Kau harus berpura-pura menjadi diriku.”
Pada akhirnya sore itu mereka lakukan untuk saling
mempersiapkan pertukaran diri tersebut. Tepat pada jam 8 malam Elle telah siap
menjadi Ella dan begitu juga sebaliknya. Elle siap untuk makan malam dengan
Justin dengan menjadi Ella. Sakit memang karena Justin akan memanggilnya Ella,
tapi ia juga ingin merasakan rasanya mendapatkan perhatian lebih dari lelaki
itu kembali.
Jam telah menunjukkan angka 9 malam dan Justin telah
datang menjemput dengan mengenakan setelan Suit berwarna Hitam. Laki-laki itu
terlihat sangat tampan. Elle yang telah menyamar menjadi Ella telah siap dengan
mengenakan dress biru dengan jaket sebagai penghangat dari dingin malam. Justin
yanng telah berada di depa Elle mengulurkan tangannya dan langsung di sambut
oleh Elle. Justin pun tersenyum sangat manis kepada Elle yang tengah menyamar
menjad Ella tersebut. Elle dengan malu-malu membalas senyuman Justin tersebut.
Sesungguhnya ia merasakan seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam
perutnya saat melihat Senyum Justin di jarak sedekat ini, terlebih saat Justin
mencium tangan gadis itu dan membisikan pujian di kupingnya. Elle merasa seakan
tubuhnya terbang ke khayangan saat itu juga. Ella yang tengan menjadi Elle
hanya bisa tersenyum senang saat melihat wajah bahagia dari kembarannya. Dia
rela memainkan peran menjadi Elle seumur hidupnya demi melihat gadis itu
bahagia. Elle sudah terlalu banyak menderita.
Tak berlama-lama Justin pun menggandeng Elle menuju mobilnya
yang terparkir di depan rumah. Justin pun membukakan pintu untuk gadis itu yang
di balas senyuman manis oleh Elle. Setelah Elle naik ke dalam mobil Justin pun
menutup pintunya dan menyusul masuk kedalam mobil. Lalu lelaki itu pun segera
menjalankan mobilnya menuju restoran yang telah ia pesan untuk malam itu.
Semua terlihat berjalan lancar saat tiba-tiba Justin
menaruh curiga dengan gadis yang di bawanya itu. Justin terus memperhatikan
tingkah gadis itu mulai di pertengahan waktu makan malamnya dan kecurigaan itu
terbukti ketika Justin menanyakan sesuatu yang tidak bisa di jawab Elle. Saat
itu juga Justin langsung menatap Elle dengan tajam. Lelaki itu kesal di bohongi
oleh Elle dan iya tidak mengerti kenapa Elle tega melakukan itu. Lelaki itu
marah kepada Elle, mengatakan kalau ia kecewa dengan gadis itu dan kemudian
mendiami gadis itu di sepanjang perjalanan pulang. Elle sendiri hanya bisa
terdiam dan tidak terasa air matanya menetes begitu saja. Hingga akhirnya
mereka pun telah sampai di depan rumah Elle. Gadis itu mencoba meminta maaf
keada Justin yang bahkan tidak di tanggapi sama sekali oleh lelaki itu. Sesak
dan sakit, itu perasaan yang di rasaka Elle saat itu. Ia mungkin terima Justin
melupakannya, Elle masih bisa sabar saat Justin menceritakan perasan sukanya ke
Ella kepada Elle, tetapi hal yang paling Elle tidak mau adalah di benci oleh
lelaki itu, Diacuhkan oleh lelaki itu. Air mata Elle mengalir dengan deras.
Gadis itu menatap ke arah Justin sejenak yang bahkan lelaki itu tidak mau
menatapnya. Pada akhirnya Elle pun turun dari mobil dengan membanting pintu
mobil itu kuat-kuat. Gadis itu langsung berlari menuju kamar Ella, bukan
kamarnya. Dan dengan seluruh emosi yang tidak dapat ia bendung lagi, gadis itu
berteriak mencaci maki dan menyumpahi Ella.
“Dasar gadis munafik! Ini kan yang kau mau! Kau memang
sengaja bersikap manis dan mau memberikan malam ini kepadaku dengan
berpura-pura jadi dirimu, kau tau kan kalau Justin akan tau dan memang itu kan
yang kau mau! Kau memang mau Justin membenci ku!!!!!! Ya itu memang mau mu! Aku
tidak pernah berharap memiliki saudara dan kembaran seperti dirimu. Bulsyit
dengan kata-kata sayang mu! Itu semua hanya tipu daya mu kan! Kau memang senang
mengambil seluruh yang aku mau! Kau boleh ambil Mom! Kau boleh ambil Dad! Kau
bisa miliki semuanya! Tapi bisakah untuk tidak mengambil Justin dariku! Kenapa
kau lakukan semua ini padaku! Apa masih kurang semua yang telah kau dapatkan!
Aku sudah cukup bersabar selama ini! Kau tau apa yang paling ku ingin kan saat
ini juga?! Aku-ingin-kau-mati! Aku-ingin-kau-menghilang-dari-hidupku! Jika kau
memanng mencintai ku, memang menyayangi diriku apa bisa kau mengabulkan
keinginan ku itu? AKU INGIN KAU MATI!! MENGHILANG DARI HIDUPKU!!!!”
Kata-kata kejam dari Elle itu sukses membuat Elle sedih
dan tidak menyangka bukan main. Tiba-tiba penyakit Ella kambuh saat itu juga.
Gadis itu kesakitan dan terus memegangi dadanya, merintih kesakitan, tapi Elle
tidak perduli dengan semua itu.
“kau mulai berekting lagi kan?! Aku tidak akan percaya
dengan seluruh tipu daya mu! Aku tidak akan pernah percaya lagi dengan mu!
DENGAR, AKU-TIDAK-AKAN-PERNAH-PERCAYA-LAGI-DENGAN-MU!”
Teriakan Elle
yang terakhir tersebut sukses membuat Mom dan Dad datanng ke kamar tersebut.
Kedua orang tua mereka kaget saat melihat Ella yang tengah merintih kesakitan
sedangkan Elle justru terus meneriaki gadis tersebut. Momnya pun menapar Elle
membuat Elle menatap tidak menyangka.
“Kau tidak
lihat kalau saudaramu tengah merintih kesakitan, sedangkan kau disini hanya
berdiri memaki dirinya! Saudara macam apa kau hah?! Mom tidak pernah
mengajarkan mu seperti itu!!”
Dengan air
mata yang semakin membanjiri pipi, Elle pun
menjawab ucapan Mom nya tersebut. “Mengajarkan? Memangnya Mom pernah
menagajarkan apa padaku? Mom dan Dad hanya perduli dengan Ella, Ella dan Ella.
Kau tidak pernah memperdulikan aku Mom! Kau bahkan tidak pernah tau saat aku
terkena demam di malam hari. Mom selalu mementingnkan Ella daripada semuanya
dan selalu aku yang terasingkan. Kau punya dua anak Mom, Dad! Tidak hanya Ella
saja! Setelah sekian lama aku bersabar selama ini apa aku bahkan tidak boleh
mendapatkan keadilan sekali saja? Kenapa selalu Ella, Ella dan Ella. Kenapa
semua semua orang selalu mementingkan Ella! Kenapa? Kenapa Mom? Kenapa Ella
tidak mati saja?! Aku sudah lelah dengan semua ini Mom!!”
Untuk yang
kedua kalinya Elle mendapatkan tamparan di pipinya. Gadis itu menatap Mom nya
dengan ekspresi terkejut yang kemudian di gantikan dengan ekspresi marah dan
kecewa. Hingga akhirnya Elle memutuskan untuk pergi dari sana, pergi dari
rumahnya, pergi dari tempat yang tidak membutuhkannya. Malam itu menjadi malam
terkelam untuk Elle. Justin membencinya, orangtuanya bahkan tidak membelanya
dan mom bahkan menamparnya 2 kali. Elle merasa benar-benar tidak di butuhkan
lagi. Gadis itu berjalan dengan langkah gonta tanpa tau arah tujuan hingga
akhirnya ia terjatuh tepat di depan rumah Chaz. Dengan sisa tenaga yag ia punya
gadis itu memencet tombol bel dan pingsan tetap di saat Chaz membukakan pintu.
***
[
September 16th 2014. Atlanta, Georgia, AS]
3 hari sudah Elle kabur dari rumah dan menginap di
kediaman Chaz. Tidak ada keinginan sama sekali untuk gadis itu kembali kerumah
setelah apa yang terjadi. Chaz yang sudah mendengar seluruh cerita dari Elle
pun mau memberikan tumpangan untuk gadis itu selama yang ia mau.
Elle tengah asyik berman Xbox dengan Chaz saat gadis itu
merasakan Iphonenya bergetar. Gadis itu mempaus permainannya sebentar untuk
membaca pesan tersebut membuat Chaz marah-marah karena perainannya harus
terhenti. Elle hanya bisa tertawa mendengar Chaz yang marah-marah padanya. Tapi
kemudian tawa itu terhenti saat membaca pesan masuk tersebut.
From: Mom
If you still love your Sister, came to Rs Wellstar now. She was dying, and
she needs you.
Elle hanya bisa terpaku menatap layar Iphonenya membuat
Chaz penasaran. Lelaki itu merebut Iphone Elle begitu saja dan tidak ada ocehn
apa pun dari gadis itu. Chaz membaca pesan tersebut dan eksppresi mukanya
langsung berubah. Lelaki itu menatap kearah Elle yang masih terdiam tak
bersuara.
“Apa kau benar-benar serius menginginkannya menghilang
dari hidupmu? Apa kau siap jika dia benar-benar mati? Itu bukan pertanyaan yang
sulit bukan? Kau hanya butuh melihat di dalam hati mu dengan sungguh-sungguh
dan kau akan menemukan jawabannya.”
Ucapan Chaz tersebut mengetuk hati Elle yang paling
dalam. Gadis itu segera bangkit dari duduknya dan segera pergi ke Rs yang telah
disebutkan menggunakan taksi. Selama di perjalanan gadis itu tidak
henti-hentinya memelintirkan bajunya karena khawatir. Sesungguhnya meskipun
Elle mengatakan kalau ia membenci Ella, menginginkan gadis itu untuk
menghilang, Ia tidak pernah berharap kalau hal itu benar-benar terjadi. Ia
mencintai kembarannya dan sadara satu-satunya itu meskipun gadis itu telah
berulang kali membuatnya sakit dan sedih. Semua kata-kata kejam yang melucur
dari mulut Elle sesungguhnya hanya karena ia sedang merasa sangat emosi dan
terpukul atas apa yang tealah menimpahnya. Sesungguhnya yang salah di sini
adalah takdir yang dengan kejam memainkan perannya. Tapi elle juga tidak dapat
menyalahkan takdir karena itu sudah menjadi kehendak tuhan. Sudah enjadi
kehenda tuhan Elle sehat, Sudah kehendak tuhan Justin lupa dengannya, Sudah
kehendak tuhan Justin mencintai Ella, dan sudah kehendak tuhan pula Elle selalu
menjadi yang kedua. Sesungguhnya tidak ada yang tau jalan cerita kehidupan kita
nantinya, hanya tuhan yang tahu dan berhak menentukan.
Taksi telah berhenti tepat di depan Rs Wellstar. Elle
segera memberika uang kepada supir taksi dan keluar dari mobl tersebut. Dengan
langkah lebar gadis itu masuk kedalam rumah sakit tersebut. Elle bertemu dengan
Momnya yang tengah mebayar biaya rumah sakit. Momnya memberikan nomer kamar
Ella dan Elle pun segera pergi menuju kesana. Tapi elum sampai di depan kamar
Elle sudah dapat melihat Justin yang tengah terduduk di bangku luar ruangan
dengan keadaan yang kacau. Rambut lelaki itu sudah tak beraturan dan pipi
lelaki itu terlihat basa akibat menangis. Elle belum pernah melihat Justin
sesedih dan sekacau itu. Justin yang dulu Elle kenal selalu tenang menghadapi
apa yang terjadi. Bahkan saat kakek justin masuk rumah sakit dulu lelaki itu
masih bisa bersikap tenang. Tapi sekaranng lelaki itu terlihat sangat kacau.
Justin seperti itu karena Ella, karena gadis itu tengah berada di hidup dan
mati. Elle merasa sangat Iri dengan Ella yang mendapatkan begitu banyak
perhatian dari Justin lebih dari ia mendapatkannya dulu. Elle kesal dengan
dirinya sendri yang tidak bisa menjadi berharga seperti Ella, Elle kesal dengan
dirinya sendiri yang hanya bisa terdiam menerima nasp kejam datang padanya,
Elle kesal dengan kebodohan dirinya yang tidak berani mengungkapkan perasaannya
kepada Justin dulu. Elle kesal, tetapi iya tidak dapat berbat apa-apa. Semua
sudah terlambat, semua sudah tidak dapat di ubah lagi.
Pada akhirnya Elle memutuskan untuk pergi dari sana. Ia
tidak mau kekesalannya pada dirinya sendiri membuatnya kembali lepas kendali
dan Justru mengacaukan segalanya. Ia tidak mau lebih di benci oleh Justin. Ia
tida mau karena ia tidak sanggup apa-apa tanpa lelaki itu. Elle berjalan keluar
rumah sakit, dan kemudian gadis itu berjalan tanpa tau arah tujuan hingga
akhirnya ia telah sampai di bukit tepat ia mengubur kapsul waktu dulu. Gadis
itu menduduki dirinya di atas rumput yang mulai kecoklatan, menatap langit biru
yang mulai berganti menjadi oranye. Dengan air mata yanng berlinang gadis itu
bersenandung kecil menyanyikan lagu Jar of heart milik Christina Perrie hingga
langit mulai menggelap. Gadis merebahkan badannya di atas rumput untuk melihat
taburan bintang di langit yang sangat cantik. Tiba-tiba ia melihat sebuah
bintang jatuh dan hal itu sukses kembali mengingatkannya akan kenanngannya
bersama Justin.
“Ada bintang Jatuh! Lihat
justin ada bintang jatuh!”
“Mana? Mana? Ah iya! Ayo
kita buat permintaan?”
“Membuat permintaan?”
“Ya, membuat permintaan
kepada bintang Jatuh. Ada yang mengatakan kalau bintang jatuh bisa mengabulkan
keinginan seorang yang sungguh-sungguh.”
“Memangnya bintang bisa
mendengar kita?”
“Kau tahu kalau setiap
orang yang meninggal nantinya akan berubah menjadi bintang. Mereka menjadi
bintang agar bisa tetap melihat dan mendengar kita, mennghiburkita di saat kita
sedih. Itu sebabnya aku tidak sedih saat Kakek meninggal. Ia telah menjadi
bitang di langit sekarang. Ia selalu memperatikanku dari atas sana. Kau lihat
bintanng yang di sana? Yang sedang berkerlap kerlip itu? Aku yakin itu adalah
kake yang tengah menyapaku, tersenyum padaku.”
“Waaaaahh.. Kalau begitu
ayo kita buat permintaan! Aku berharap Kita akan selalu bersama selamanya.
Tidak apa jika Mom dan Dad dimiliki Ella selama aku bisa bersama mu.”
“Permintaan di kabulkan.”
“Bersama selamanya?”
“ya, bersama selamanya.”
Air mata kembali mengalir melalui pipi Elle dan jatuh
tepat di atas tanah berumput. “Aku rasa permintaanku tidak terkabul Justin. Apa
aku kurang bersunggu-sunggu waktu itu sehingga bintang tidak mengabulkannya?
Kalau memang waktu itu tidak terkabul, apa sekarang harapanku akan terkabul?
Apa bintang mau megabulkan permintaan ku? Aku harap iya.”
Elle pun memejamkan matanya dan mula memanjatkan
harapannya di dalam hati. Bukan harapan yang panjang da sulit, Elle hanya ingin
Justin kembali mengingatnya. Hanya ingin lelaki itu kembali mengingat semua
kenangan yang pernah terjadi di antara mereka.
Elle terdiam di bukit tersebut masih tetap menatap
bintang-bintang di langit, hingga tidak terasa gadis itu telah tertidur disana,
tertidur tanpa ada orang yang mengetahui, tertidur dengan membawa seluruh
harapan.
***
[
September 17th 2014. Atlanta, Georgia, AS]
Semilir angin berhembus di atas bukit yang berada tidak
jauh dari sebuh kota kecil. Seorang gadis tertidur semalaman di sana dengan air
mata yang masih membasahi pipinya. Tba-tiba getaran dari Iphone gadi stersebut
berhasil membanngunkan putri tidur itu dari mimpi-mimpinya. Dengan mata yang
sulit di buka akibat silau dari kilatan cahaya matahari Elle bangun. Gadis itu
menatap keseitar dan baru ingat kalau semalam ia tertidur di bukit. Gadisi itu
pun merogoh phonenya yang berada di kantung jaketnya dan menemukan banyak
Misscall dan pesan yann masuk dari nomor-nomor yang dia kenal, salah satunya
adalah dari Justin. Gadis itu membuka pesan itu pertama kali dan matanya
langsung melebar saat membaca pesan tersbut.
From: Justin
She is dead.
Pesan yang
berisis tiga kata tersebut sudah mampu membuat seluruh dunia Elle berputar tak
karuan. Elle tau betul siapa ‘Dia’ yang di maksud oleh justin. Dia itu adala
Ella. Ella telah meninggal!
Elle meremas
dadanya kencang-kencang saat sakit yang teramat sangat menyerang dirinya, tapi
tetap saja hal itu tidak mampu menghentikan rasa sakitnya karena sesungguhnya
yang sakit adalah hatinya. Gadis itu berteriak kencang menyebut-nyebut nama
Ella berkali-kali, Berharap kalau semua itu hanya bualan Justin, tapi Elle tau
kalau Justin tidak pernah bercanda untuk masalah Ella. Elle menampar-nampar
pipinya sendiri berkali-kali, menyalahkan dirinya yang menjadi penyebab
penyakit Ella kambuh dan membuat gadis itu harus pergi untuk selama-lamanya.
Berkali-kali Elle meruntuki dirinya sendiri yang pernah meminta Ella untuk
menghilang, karena nyatanya ia tidak siap menerima kenyataan itu terjadi. Ella
terus berteriak mensesalkan semua hal yang pernah ia katakan pada kembarannya
itu yang kini telah tiada. Tapi apa
daya, peyesalan memang selalu datang terlambat. Lagi-lagi Elle harus siap
menerima takdir kejam yang mendatanginya. Ia harus siap kehilangan Ella untuk
selama-lamanya, kehilangan senyuman gadis itu, kehilanga pelukan hangat gadis
itu, kehilangan Satu-satunya saudaranya yang bahkan rela melakkukan apa saja
demi kebahagiaan dirinya.
Setelah lama
menangis di bukit Elle kembali mendapat pesan masuk ke Iphonenya yanng berisi
kalau Ella akan segera di makamkan. Dengan cepat Elle berlari menuju rumahnya
dengan segala tenaga yang tersisa. Begitu sampai di rumah gadis itu menemukan
rumahnya telah ramai oleh orang-oranng yang menngucapakan bela sungkawa. Elle
kembali berlari, menerobos keramaan orang tersebut menuju kamarnya. Gadis itu
mengganti pakaiannya denngan pakaian serba hitam. Elle berdiri di depan cermin
menatap pantulan dirinya sendiri. ia merasa seperti melihat Ella di depannya,
tapi sayang itu memang hanya pantuan dirinya sendiri. Elle kembali menangis
sambil tangannya menyentuh cermin yang ada di depannya.
“Kita benar-benar
mirip Ell. Kita seperti cermin. Tapi kini aku kehilangan bayanganku. Aku
kehilanngan kamu bayangan ku.” Seusai mengucapkan itu Elle pun menghapus
kembali air matanya dan keluar dari rumahnya menuju ke makam.
Selama berada di makan Elle hanya bisa terdiam memanang
peti Ella yang perlahan-lahan masuk kedalam liang lahat. Sesekali ia menatap
kesekeliling, menatap orang-orang yang menangis kepergian gadis itu. Terbesit
difikiran Elle, apakah jika di dalam peti itu dirinya, adakah yang akan menangisisnya
seperti orang-orangn itu menangisis kepergian Ella? Hanya tuhan yang tau
jawabannya.
Begitu peti telah masuk kedalam tanah dan tanah sudah
kembali di menimbun eti tersebut, satu persatu orang bergantian meletakkan
sebuah mawar di atas makam sebagai salam perpisahan. Di awali dengan Mom dan
Dad, para keluarga dari Mom dan Dad, Teman-teman, tetangga, Chaz, Ryan, dan
kemudian Justin. Mata lelak itu tampak masih basa oleh air mata, air mata
kesedihan. Elle tersenyum kecut dan lagi-lagi terbesit pertanyaann di
fikirannya. Apa jika ia yang meninggal Justin juga akan menangsinya seperti
itu? Apa lelak itu akan tampak sesedih itu? Dan lagi lagi hanya tuhan yang tau
jawabannya.
Kini giliran Elle yang meletakkan bunga di atas makan
Ella. Gadis itu berjaan dengan perlaha dengan tatap lurus menatap ke makam
Ella. Puluhan mata tampak memperhatikan kembaran gadis yang meninggal tersebut.
Beberapa di antara mereka berbisik menyebar gosip dan di antara yang lainnya
menatap kasihan kepada Elle. Begitu tiba di depan makan Elle berdiri terdiam di
depan makan Ella. Gadis itu tersenyum simpul dan kemudian meletakkan bunga
yanga ada di genggamannya ke atas makam tersebut.
“Kau akan menjadi bintang sekarang. kau akan selalu
mengawasiku di atas sana kan? Mendengarkan ceritaku dan menghiburku di saat
sedih. Sekarang tidur yang nyenyak ya, sampai bertemu setiap malam.” Ucap Elle
dan kemudian pergi meninggalkan makan tersebut. Ia bersyukur karenapaling tidak
gadis itu tidak akan pernag merasakan sakit lagi karena penyakitnya. Paling
tidak kini gadis itu telah tenang di sana.
***
Hari dei hari pun berlalu. Keadaan terasa berbeda tanpa
Ella di dekat Elle. Mom dan Dad masih sering menangisi Ella di kamarnya dan itu
membuat Elle sedih. Gadis itu tetap sadar kalau Ella lah yang paling di sayangi
oleh orang tuanya. Sekalipun gadis itu telah tiada Elle tidak akan beubah
menjadi nomor satu. kenangan Ella masih tetap melekat di setiap orang yang
mengenal gadis itu. Berbeda dengan dirinya yan terlupakan. Hal-hal tersebut
memicum hal gila untuk Elle. Gadis itu perlahan-lahan meubah gayanya, mencat
kembali rambutnya menjadi coklat dan mengenakan pakaian-pakaina khas Ella.
Gadis itu mencoba menjadi Ella. Hal tersebut disambut baik oleh Mom dan Dadnya
tapi tidak dengan Justin. Lelaki itu tetap tidak bisa mecintainya. Untuk Justin
Ella tetaplah Ella, dan Elle tidak akan pernah bisa menjadi Ella untuk
selamanya. Tapi tetap saja Elle terus memainkan perannya menjadi Ella dan hal
tersebut justru membuat Justin merasa kasihan dengan Elle. Elle tapak
menyedihkan di mata lelaki itu karena mencar i kebahagiaan dengan menjadi orang
lain.
Sebulan, dua bulan, tiga bulan. Elle berhasil mendapatkan
hati semua orang dengan menjadi Ella tapi tetap saja tidak dengan Justin.
Lelaki itu Justru semakin dan semakin menjauh. Elle sedih, ia tidak tau harus
berbuat apa lagi untuk mendapatkan hati lelaki itu. Apakah begitu pentingnya
kah Ella untuk diri Justin sehingga Justin bahkan tidak bisa mencintai Elle
yang jelas-jelas sangat, sangat mirip
dengan Ella. Beberapa kali Elle berfikir dan mencoba tetap saja ia gagal untuk
mendapatkan Justin. Ia bingung. Apa lagi yang harus ia lakukan. Ia tidak bisa
mendapatan Justin dengan menjadi dirinya sendiri dan dia tetap tidak bisa
mendapatkan Justin dengan menjadi Ella. Lantas apa lagi yang harus ia perbuat?
Membuat ingatan lelaki itu kembali? Tapi bagaimana caranya? Apa ia mampu?
***
[June 20th 2015. Atlanta,
Georgia, AS]
Tepat pada hari ini Elle
memutuskan untuk mencoba mengingatkan Justin akan kenangan masa lalunya
dengannya. Apa pun hasilnya nanti Elle tetap akan mencobanya. Apa pun resikonya
nanti pun Elle tetap akan mencobanya. Maka dengan niat yakin Elle mengirim
seubah pesan kepada justin untuk datang ke bukit, bukit tempat mereka mengubur
kapsul waktu 10 tahun yang lalu. Di sana Elle telah menyiapkan segala
barang-barangnya yang berisi kenangannya bersama dengan Justin. Dengan harapan
lelaki itu akan ingat kembali Elle pun berjalan menuju bukit tersebut. Ketikan
hampir sampai di bukit Elle teringat kalau ia melupakan peta kapsul waktunya
yang tertinggal di atas meja di samping tempat tidurnya. Karena takut membuat
Justin menunggu lebih lama Elle pun berlari kencang menuju rumah, tapi belum
jauh ia berlari kecelakaan terjadi. Gadis itu tertabrak mobil saat menyebrang
jalan dengan terburu-buru, tubuh gadis itu terpental agak jauh dari mobil.
Darah mulai keluar dari kepala gadis itu, seluruh tubuh gadis itu terasa sakit.
Orang-orangn ramai berdatangan untuk melihat kecelakaan itu.
Di tempat lain Justin yang telah lama menunggu Elle tak
kunjung datang pun memutuskan untuk mendatangi rumah gadis itu, tetapi di
tengah jalan ia melihat keramaian orang yang seperti mengerubngi sesuatu.
Karena penasaran Justin pun menghampiri orang-orang tersebut. Justin mendengar
kalau ada seorang gadis yang tertabrak mobil dan tiba-tina Justin menadi
khawatir. Dengan teregsah-gesah lelaki itu menerobos kerumunan hingga sampai di
barisan terdepan. Matanya lanngsung melebar begitu melihat sang korban yang
ternyata adalah Elle. Lelaki itu langsung berlari menghampiri gadis itu,
memeluk gadis itu dan berteriak kepada orang-orang untuk segera memanggil
ambulans. Tidak terasa a mata justin menetes, rasa takut akan kehilangan muncul
di benaknya.
Di sisi lain Elle yang berada di antara sadar dan tidak
membuka matanya saat mendengar suara Justin menyebut-nyebut namanya. Gadis itu
tersenyum saat melihat dirinya yang berada di dalam pelukan lelaki itu lagi
dengan Justin yang tenga menangisinya. Dengan tangan yang gemetaran Elle
mengusap air mata Justin membuat lelaki itu menatap gadis itu. Degan suara yang
tertatih Elle mulai bercerita, mencoba menggunakan waktu yang ia miliki.
“Hei Justin.
Kau tau alasan kenapa aku memanggilmu ke bukit?” Justin menjawab dengan
menggeleng sambil mulutnya menyuruh Elle untuk berhenti berbicara sejenak untuk
menyimpan tenaga.
“Kau ingat
dulu kita sering bermain di sana semasa kecil? Kau tidak ingat? Ya kau lupa
dengan ku.”
“Kau ingat
saat kita melihat bintang bersama di sana? Kita melihat bintang jatuh waktu
itu, dan kau menyuruh ku untuk membuat permintaan. Kau mengatakan kalau
bintanng jatuh akan mengabulkan permintaan orang yang bersungguh-sungguh. Aku
rasa aku kurang bersungguh-sungguh waktu itu sehingga harapan ku tidak
terkabul. Tapi semalam sebelum Ella meninggal aku melihat bintang jatuh lagi
dan membuat permintaan. Aku meminta bintang untuk membuatmu ingat dengan ku.
Apa kau sudah ingat sekarang Justin?” Justin terdiam sejenak dan kemudian
menganggukan kepala.
“Ya, aku ingat
sekarang Ell. Aku ingat semuanya. Aku ingat hal itu. Aku ingat tentang mu. aku
ingat tentang teman masa kecilku yang paling manis. Aku ingat.”
“Tentu saja
kau harus ingat. Bagaimana bisa kau melupakan gadis aneh sepeti aku. Gadis yang
lebih memilih bermain basket dengan para lelaki dari pada bermain voli dengan
para perempuan. Gadis yang bahkan
bisa membuat Dion si anak yang paling di takuti di sekolah bertekut lutut. Kau
ingat dengan kata-katamu itu?” Lagi-lagi Justin mengangguk. Air mata telah tumpah dari mata lelaki
membuat muka Elle basah karena air mata tersebut.
“Kau ingat
dengan ucapanmu yang berkata kalau orang yang sudah meninggal akan menjadi
bintang di langit, Mereka akan mengawasi orang-orang di dunia dari atas sana.
Aku rasa Ella telah menjadi salah satu dari bintang di langit sekarang. Setiap
malam ia mengawasi ku yang menangis karenanya. Dan aku rasa sebentar lagi aku
juga akan bergabung dengannya di atas sana. Aku akan mengawasimu di atas sana
bersama Ella.”
Justin
menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghentika omongan melantur Elle. “Tidak,
Tidak! Kau tidak akan mati Elle. Kau akan tetap hidup! Kau akan tetap bersama
ku. Aku akan berjanji untuk mengingat semua kenangan kita. Kau tidak akan
kemana-mana!”
Elle terdiam
sejenak, kemudian gadis itu mengangkat sebelah tangannya dan meraih tangan
Justin. Gadis itu menyatukan jari keligkingnya dengan jari kelingking lelaki
tersebut.
“Kau sudah
melanggar ketiga janjimu dulu, jadi sekarang kita harus membuat janji baru dan
kau harus menepatinya. Kau harus berjanji, kau akan selalu mengingat ku mulai
sekarang. Apa pun yang terjadi, dan sesakit apa pun itu, aku mau kamu terus
mengingatku. Kau janji Justin?”
“Ya, aku
berjanji Ell. Maka dari itu tetaplah bersama ku dan lihatlah kalau aku akan
menepati janji itu. Jangan pergi!” Air mata justin kembali menetes tepat di
atas pipi Elle. Dengan sisa tenaganya gadis itu mengusap air mata di pipi
Justin sambil bersenandung menyanyikan seuah penggalan lagu Arms milik
Christina Perrie idolanya.
“You put your
arms around me and i believe that it’s easier for you to let me go. You put
your arms around me and i’m home—”
Seusai
menyanyiakan penggalan lirik lagu tersebut Elle pun menghembuskan nafas
terakhirnya yang membuat Justin beteriak kencang menyebut nama gadis itu,
meminta gadis itu untuk bangun. Tapi takdir sudah menjemputnya, ketempat yang
lebih indah dari dunia. Tempat yang di yakini Elle kalau ia bisa terus
mengawasi Justin. Gadis itu meninggal dengan senyuman yang terukir di bibirnya.
Elle meninggal setelah mendapatkan permintaannya. Justin tengah mengingatnya
kembali dan kini ia telah tenang bersama Ella di alamnya.
***
Semilir angin berhembus menerbangkan dedaunan dan
wewangian bunnga. Justin tengah berdiri sendirian di depan makan kedua gadis
kembar yang ia sayangi yang berjajar bersebelahan. Air mata tidak hentinya
mengalir dari mata lelaki itu sejak peti mati Elle di masukan kedalam liang
lahat 1 jam yang lalu. Justin merasa sangat bodoh saat itu, bodoh karena ia
telah melupakan gadisnya, sahabat masa kecilnya, bodoh karena ia baru ingat
dengan semua itu di hari gadis itu menghembuskan nafas terakhirnya. Tidak
terbayanng di fikiran Justin berapa banyak rasa sakit yang di rasakan gadis itu
selama ini saat menngetahui kalau ia melupakannya.
Justin mendekatkan dirinya ke batu nisan Elle, menatap
nama yang terukir di batu nisan tersebut. Terbesit ingatan akan senyuman gadis
itu dulu, tawa gadis itu, peluka gadis itu yang kini sudah menghilang. Justin
menngelus lembut batu nisan tersebut sambil berguma kecil.
“I’m Sorry.” Kemudian Justin mencium nsan tersebut dan
pergi meninggalkan pemakaman menuju rumah Elle.
Sesampai d rumah Elle Justin dapat melihat kedua orang
tua gadis itu menangis tak henti-hentinya, menyebutkan nama gadis itu, bukan
Ella. Jstin tersenyum kecil.
“Kau lihat Ell, Mereka menyayangimu juga. Mereka menangis
untuk mu, menyebut nama mu, bukan Ella. Mereka menyanyanngi mu sama seperti
mereka menyayangi Ella.”
Kemudian Justin kembali melanjutkan lanngkahnya menuju
kamar Elle. Begitu sampai di sana lelaki itu menatap seluruh penjuru ruangan,
mencoba mencari sisa kenangan yang ada di sana. Hingga tiba saat matanya
menatap ke satu arah, ke sebuah kertas yang tergeletak di atas meja kecil di
samping tempat tidur. Justin mendekat ke meja itu dan meraih secarik kertas
tersebut. Justin menatap kertas putih tersebut yang berisi sebuah gambar peta
di bukit, peta yang menunjuk ke sebuah benda yang terkubur di sana. Justn
kembali mengingat pesan terakhir dari Elle sebelum gadis itu menggalami
kecelakaan.
“Kau tau bukit kecil yang
ada di kota ini? Datang lah ke sana. Ada yang ingin aku tunjukkan padamu.”
Justin kembali menatap kertas berisi peta tersebut dan
tiba-tiba sebesit ingatan muncul. Ingatan tentang saat ia dan Elle mengubur
sebuh kapsul waktu di sana, ingatan akan janjinya untuk kembali membuka kapsul
waktu itu ketika mereka berumur 18 tahun di tanggal dan bulan yang sama. Justin
mengacak rambutnya frustasi saat mengingat hal tersebut. Ia merasa bodoh dengan
dirinya sendiri yang bisa lupa akan janji sepenting itu. Ia merasa kesal dengan
otaknya yang terlalu lemah sehingga tidak dapat mengingat janji sepenting itu.
Kemudian dengan langkah terburu-buru lelaki itu pun pergi ke rumahnya untuk
mengambil sekop dan pergi menuju bukit tersebut. Dengan menggunakan peta
tersebut Justin mencari tempat di mana ia menguburkan kapsul waktu mereka. Saat
lelaki itu merasa menemukan tempat yang cocok ia pun mulai menggali tanah
tersebut.
Perlahan-lahan galian semakin dalam hingga akhirnya sekop
justin membentur sebuah benda keras. Lelaki itu melebarkan galiannya dan
berhasil menemukan sebuah kotak. Tapi lelaki itu bingung karena kotak itu
bukanlah kotak musik milik Ella seperti apa yang mereka kuur dulu. Tapi Justin
tetap mengangkat kotak tersebut dan memukanya. Justin menemukan banyak barang
di dalam kotak yang ukurannya cukup besar itu, dan salah satunya terdapat
sebuah kotak musik milik Elle tersebut yang warnanya sudah pudar. Lelaki itu
mengeluarkan kotak musik tersebut dari kotak kayu besar tersebut. Justin
menatap lama kotak musik tersebut sambil ingatannya mulai berputar ke 10 tahun
yang lalu.
“Kotak musik? Kau yakin tidak apa menjadikan itu kapsul
waktu kita? Apa tidak sayang?”
“Tidak apa. Ini bukan barang yang
begitu penting untukku, aku bisa meminta Mom untuk membelikannya lagi. Tapi
mungkin setelah ini, Kotak musik ini akan menjadi penting karena berisi
kenangan kita.”
Dengan
tangan bergetar Justin membuka tutup kotak musik tersebut dan lagi-lagi
kenangan 10 tahun lalu berputar di memorinya saat melihat 2 buah kalung yang
ada di dalam kotak tersebut.
“Aku mencuri kalung Ella yang
sepasang dengan kalung ku. Mom dan Dad mungkin marah, Ella pasti akan
kebingungan mencarinya, dan mereka pasti akan tau siapa pelakunya dan memarahi
ku tapi aku tidak peduli. Aku—benci kalung ini. Mom dan Dad tidak akan pernah
bisa membedakan kami dengan cepat tanpa kalung ini, itu sebabnya mereka
memberikan kalung ini kepada ku dan Ella, sebagai pembeda. Aku mau Mom dan Dad
bisa membedakan aku dan Ella karena memang mengenal kami dengan baik, bukan
karena kalung ini, Seperti kamu yang bisa membedakan aku dengan Ella.”
“Kalian memang berbeda, benar
begitu?”
“Ya, tapi tidak untuk Mom, Dad, dan
yang lainnya. Mereka semua tidak bisa membedakan kami tanpa kalung ini. Itu
sebabnya aku mau mengubur kalung ini untu melihat apa Mom dan Dad tetap bisa
membedakan kami tanpa kalung ini.”
Justin pun kini mulai membuka satu persatu kertas yangada
di sana. Di salah satu kertas tersebut Justin menemukan kertas berisi
janji-janjinya kepada Ella.
“Meskipun semua orang lebih memilih Ella, tapi kamu harus
selalu ingat kalau aku akan selalu memilihmu, di sampingmu apa pun yang
terjadi.”
“Tidak,
aku tidak akan melupakan mu Elle. Aku berjanji.”
“Kita akan selalu bersama selamanya.”
“Permintaan di kabulkan.”
“Bersama selamanya?”
“Ya, bersama selamanya.”
Air mata kembali meluncur di pipi lelaki tersebut saat
tau sudah sangat banyak janji denga Elle yang ia langgar.
Kemudian Justin kembali membuka kertas lainnya. Ia
membuka dua kertas secara bersamaan dan Air mata mengalir semakin deras saat
membaca dua kertas dengan tulisan yang berbeda tapi dengan isi yang hampir
sama. Kertas miliknya dan milik Elle.
“I
love you Elleanor Mitchell, I wanna be with you, make you save, make you happy,
make you never feel alone, makes you feel owned, makes you feel to be number
one. I will always choose you then other people. I hope you can be mine,
Because i love you. <3
-Justin”
“I Love Justin Drew Bieber Forever
<3”
Dunia Justin seakan berputar dengan kencang, membuat lelaki itu tidak mampu
berpegangan. Justin merasakan seperti ada sengatan di hatinya, yang membat
hatinya terasa sangat sakit. Justin meruntuki dirinya sendiri, mencaci dan
memaki dirinya yang kelewat bodoh karena bisa melupakan perasaan itu. Elle dan
Dirinya saling mencintai dulu. Bisa-bisanya Justin melupakan perasaan itu dan
Justru mencintai kembaran Elle. Justin kembali meruntuki dirinya sendiri saat
mengingat hari di mana Elle menyamar menjadi Ella untuk makan malam dengannya.
Kini justin tau alasan gadis itu melakukan semua itu. Gadis itu mencintainya,
dan ia telah melukai gadis itu dengan menyalahkannya atas tindakan gadis itu.
Kemudian
Justin menutup kembali kotak musik yanng ada di hadapannya dan menengok kedalam
kotak besar yang ada di sebelahnya. Justin menemukan sebuah Album berukkuran
sedang dan sebuah buku di sana. Pertama-tama Justin membuka Album berukuran
sedang itu dan matanya langsung di sambut dengan deretan foto-foto kecilnya
bersama Elle yang tersusun rapih. Fotonya yang tengah memeluk Elle, foto saat
mereka tengah bergandengan tangan, foto saat dirinya sedang mencium pipi gadis
itu, foto saat dirinya tenga merangkul gadis itu seusai pertandingan basket
kelas 1, foto mereka saat memegang teropi piala kemenanngan dalam pertandingan
basket tingkat sekolah dasar.
Justin
kembali meneteskan air mata saat membuka lembar demi lembar halaman ambum
tersebut yang penuh dengan foto-foto kebersamaan dirinya dengan Elle. Justin
mengelus satu foto yang bergambar wajah Elle tengah tersenyum memamerkan gigi
kecilnya. Justin ikut tersenyum menatap foto tersebut. Sungguh banyak kenangan
yanng telah ia lupakan yang bahkan tidak pernah sedikitpun di lupakan oleh
gadis itu. Justin benar-benar menjadi lelaki paling bodoh di dunia. Kemudian
Justin meraih sebuah buku denga sampul berwarna coklat. Dibukanya halaman bukku
tersebut dan deretan tulisan panjang nan rapih terpampang di sana. Tulisan
berisi seluruh curahan hati Elle yang seluruhnya berisikan cerita tentang
dirinya dari hari pertama Elle kembali ke Atlanta, hari di mana gadis itu
mengetahui kalau dirinya melupakan gadis itu. Justin menemukan beberapa tulisan
yang tintanya hilang dan Justin bisa menebak penyebab hal tersebut. Elle
menulis Diary tersebut sambil menangis. Lagi-lagi Justin merasa seperti hatinya
di remas, terasa sakit. Justin merasa sangat menyesal dengan seluruh hal yang
pernah terjadi. Justin menyesal karena membuat gadi situ terluka. Justin
menyesal tapi ia tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Semua telah berlalu. Takdir
telah berjalan seperti apa yang telah tuhan gariskan. Justin pun menatap ke
lagit biru di atasnya, kemudian tersenyum masih dengan air mata yang mengalir.
“Sekarang
kau sudah menjadi bintang di atas langit sana. Kau akan terus mengawasiku dari
atas sana kan? Dan lihatlah, aku akan menepati janjiku kali ini. Aku akan
selalu mengingatmu, apa ppun yang terjadi, dan sesakit apapun. Aku akan selalu
mengingat mu. Lihat aku dari atas sana, dan aku akan berjanji tidak akan
mengecewakan mu lagi. Tidur yang tenang malaikat ku yang cantik. Aku mencintai
mu.”
-The End-
Kotak musik Elle yang di jadikan Kapsul waktu
Album foto Elle yang berisi foto-fotonya dengan Justin
Kiri: Elleandra Mitchell (Ella) kanan: Elleanor Mitchell (Elle)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar