Selasa, 18 Februari 2014

Dear Diary Part 9




            Beberapa bulan telah berlalu semenjak kedatangan gadis ini ke Paris. Jessy tampak sangat menikmati kehidupannya yang baru di kota teromantis sedunia itu. Jessy memiliki teman yang banyak di sini, dan gadis itu seringkali meluangkan waktu bersama teman-teman yang kebanyakan adalah para gadis. Jessy senang, Jessy bahagia, tapi dia tetap tidak akan melupakan teman pertamanya di kanada, Steven Clark Onson. Kaka kelasnya yang baik hati yang pernah menjadi kekasihnya. Jessy juga tentunya tidak akan pernah melupakan sosok ibu keduanya di kanada, Pattie Mallette dan tentunya dua orang bocah lucu yang sudah gadis itu anggap seperti adik-adiknya sendiri, Jaxon dan Jazmyn Bieber. Jessy sudah menghubungi mereka sebulan yang lalu untuk yang pertama kali. Gadis itu merasa sangat menyesal karena baru bisa menghunungi mereka begitu lama. Tapi mereka memaklumi jessy yang harus beradaptasi terlebih dahulu dengan tempat tinggal barunya.
            Suara Katy Perry yang menyanyikan lagu Last Friday Night menghentikan lamunan gadis itu tentang orang-orang tersayangnya di kanada. Jessy pun segera mengulurkan tangannya keatas kasur di belakangnya dan mengambil Iphone nya yang tergeletak di sana. Gadis itu tersenyum lebar saat melihat nama Steven tertera di layar Iphonenya. Tanpa berlama-lama lagi gadis itu pun segera menekan tombol answer untuk menerima panggilan tersebut.

            “Bonjour!”, sapa gadis itu ceria menggunakan bahasa prancis yang telah ia pelajari.
            “Woah, sepertinya aku salah tesambung karena aku merasa tidak menghubungi orang perancis tapi orang kanada yang pindah ke sana”, canda Steven di ujung sana membuat Jessy terkekeh.
            “Haha.. Kau bisa saja ka. Aku hanya sedang ingin sedikit mempraktekan bahasa perancis. Hitung-hitung pamer padamu. Haha..”, gadis itu membalasnya dengan candaan.
            “Haha... Jadi apa kabarmu gadis manis? Apa kamu telah menikmati tinggal di sana sampai lupa dengan ku?”
            “Oh ayo lah, jangan berkata seperti itu ka. Aku tidak melupakan mu sama sekali, bahkan aku baru saja memikirkan tentang mu sampai akhirnya aku mendapat telfon dari mu. Dan, aku baik-baik saja di sini, lebih baik dari yang kau tau. Bagai mana dengan mu sendiri? Aku sangat merindukan mu di sini.”, Jessy menjawab sangat panjang membuat Steven di sebrang sana terkekeh mendengar kecerewetan mantan kekasihnya yang sekarang telah dia anggap seperti adiknya sendiri.
            “Gezzz...Lama di sana kamu menjadi sangat cerewet J. Jadi—kamu baru saja memikirkan ku, eh? Amat beruntungnya sekali aku mengetahui hal itu.”, pipi gadis itu  memerah dan hanya bisa mengumpat sendiri mengetahui dia telah terlampau jujur kepada Steven. Sedangkan seteve yang bisa mendengar umpatan kecil Jessy hanya tertawa.
            “Aku juga sangat merindukan mu gadis manis”, lanjut Steven setelah mereka saling terdiam beberapa lama. Jessy tersenyum mendengar ucapan Steven barusan.

            “Apa yang sedang kamu lakukan sekarang?”, tanya Jessy membuka percakapan kembali.
            “Menelfon mu”, jawab Steven dengan polosnya.
            “Oh my god ka Steven! Maksudku sebelum itu.”, Steven kembali tertawa. Jessy benar-benar gadis yang mampu membuat Steven selalu bisa tertawa karena kepolosan dan kelucuannya.
            “Aku Baru saja selesai makan pagi sebelum akhirnya menelpon mu, apa kamu sudah makan siang di sana? Karena seingatku di sana sudah lewat tengah hari bukan?”
            “ya memang, tapi aku belum makan. Aku berniat melakukannya setelah ini. Tapi aku rasa hal ini akan berjalan cukup lama karena aku sedang sangat merindukan mu.”
            “Aku juga fikir begitu. Tapi aku juga tidak mau membuat mu sakit hanya karena terlambat makan demi berbincang dengan ku di telfon.”
            “Kamu seperti ibuku saja. Aku bukan anak kecil yang mudah sakit karena sedikit telat makan.”, dengus Jessy yang lagi-lagi membuat Steven tertawa.
            “Jadi aku seperti ibumu, eh?”
            “Apa sekarang aku harus memanggil mu Mom, Mom?”, canda Jessy di iringi dengan tawanya. Steven Tersenyum di ujung sana mendengar Tawa gadis itu. Jessy benar-benar merasa bahagia dia sana, batin laki-laki itu.

            “Emm... Jessica... kau tau? Dia—telah putus.”, ucap Steven dan berhasil membuat senyum dan tawa hilang dari muka Jessy seketika. Jessy tau betul siapa ‘Dia’ yang di maksud oleh Steven itu. Siapa lagi kalau bukan, Justin Bieber.
            Jessy membuang nafas beratnya. “Aku tidak Mood untuk membicarakan tentang ‘Dia’ ka”, ucap Jessy menekan kata ‘Dia’ di kata-katanya.
            “Ok, aku tidak berniat ingin membuat mu sedih kembali dengan membicarakan tentang dia kembali setelah kamu telah mencoba melupakannya di sama, tapi—dia sudah berubah Jessica.”
            “Berubah? Apa yang kamu maksud berubah dari seorang Justin Bieber?”, Nafas gadis itu terasa sesak ketika menyebut kembali nama lelaki itu. Lelaki yang telah menghancurkan hatinya beberapa bulan yang lalu. Lelaki yang bahkan sekarang tidak pernah teringat kembali di fikirannya.
            “Entahlah. Tapi aku benar-benar merasa dia telah berubah. Aku bahkan yakin sekarang kalau dia juga mencintai mu.”, lagi-lagi kata-kata Steven tersebut berhasil membuat dada Jessy berdesis, membuat Jessy hanya bisa memejamkan matanya sejenakuntuk menghilangkan rasa sakit yang kembali muncul itu. Justin mencintainya? Itu hanya ada di dalam mimpinya.
            “Kau tau kan kalau—itu tidak mungkin terjadi. Justin membenciku.”, ucap Jessy dengan suara yang bergetar menahan tangisannya. Gadis itu telah berjanji untuk tidak lagi memangis tetap hanya dengan mengingat tentang laki-laki itu membuat air matanya kembali ingin keluar.
            “Percaya lah, aku tidak mungkin berbohong padamu bukan? Baru-baru ini dia menghampiriku dan menanyakan nomor handphone mu yang bisa ia hubungi. Dia memaksa ku, sangat memaksa. Tapi aku tidak memberikannya. Aku mengatakan kalau kau belum menghubungi ku sampai saat itu dan kemudian dia pergi dengan muka kecewa dan sedih. Aku tidak memberikan nomor mu karena aku tau kalau kamu pasti tidak mau aku melakukan itu.”
            Jessy mencoba menarik nafasnya dalam-dalam agar tidak menangis setelah mendengar ucapan Steven barusan. Justin meminta nomornya? Laki-laki itu ingin menghubunginya. Tapi kenapa? Bukannya lelaki itu membencinya? Batin gadis itu. Hening yang di timbulkan oleh Jessy membuat Steven kembali menyerukan nama gadis itu. Hingga akhirnya gadis itu kembali bersuara.

            “Terimakasih. Terimakasih karena tidak memberikan nomorku padanya.”, ucap Jessy lemah.
            “Sama-sama—”
            “Tapi bisakah kamu berhenti untuk membicarakan tentangnya? Aku—aku sudah bertekat untuk melupakannya dan membuang semua tentangnya di sini. Jadi ku mohon!”, potong Jessy.
            Suara hembusan berat terdengar dari sebrang. “Baiklah. Aku tau ini terlalau berat untukmu kembali mengingat tentang lelaki yang telah membuat hati mu sakit. Tapi aku berharap kamu mau mencoba menghubunginya suatu saat. Aku hanya kasian dengannya yang terlihat sangat terpuruk semenjak dia tau kalau kamu telah pindah. Ah bahkan aku tidak tau tepatnya kapan dia tau hal itu karena tiba-tiba dia selalu terlihat murung. Dan Maaf karena telah membuat mu kembali sedih karena membicarakannya. Aku harap kamu tidak membenciku karena hal itu”
            “Tidak! Tantu saja tidak ka. Aku tidak mungkin membencimu hanya karena hal itu. Hanya saja aku—tidak suka saat kamu terus-terusan membahas tentangnya.”
            “ok, ok. Aku berhenti membicarakannya. Dan sepertinya kita sudah terlalu lama berbicara dan kamu belum makan siang. Jadi, selamat makan dan sampai jumpa di lain waktu. Aku akan kembali menghubungi mu lagi lain waktu. Aku merindukan mu”
            “Ya, sampai jumpa di lain waktu dan terimakasih untuk menghubungiku hari ini. Aku juga merindukan mu.”, telfon pun terputus setelah gadis itu mengatakan hal tersebut. Jessy membanting Iphonenya di kasur kemudian membenamkan wajahnya di bantal dan berteriak kencang di sana hingga gadis itu merasa cukup lega. Jessy merebahkan dirinya di atas kasur empuknya dan memejam kan matanya. Sedetik kemudian kata-kata Steven tentang laki-laki itu kembali terngiang di telinganya.


            “Dia telah putus”
            “Dia telah berubah. Aku bahkan yakin sekarang kalau dia juga mencintai mu.”
            “Baru-baru ini dia menghampiriku dan menanyakan nomor handphone mu yang bisa ia hubungi. Dia memaksa ku, sangat memaksa. Tapi aku tidak memberikannya. Aku mengatakan kalau kau belum menghubungi ku sampai saat itu dan kemudian dia pergi dengan muka kecewa dan sedih.”
            “Aku berharap kamu mau mencoba menghubunginya suatu saat. Aku hanya kasian dengannya yang terlihat sangat terpuruk semenjak dia tau kalau kamu telah pindah.”


            Air mata mengalir dari mata gadis itu menuju pipinya yang lembut. Gadis itu telah mengingkari janji yang telah ia buat sendiri untuk tidak lagi menangis. Tapi semua ini benar-benar membuatnya sangat sakit. Laki-laki itu lah penyebabnya. Laki-laki yang sukses membuatnya kembali menangis hanya karena menyebut namanya.

            “Sial!”, guma gadis itu sambil meremas dadanya yang terasa sakit.

***

            Semenjak kejadian Steven membahas tentang Justin hidup Jessy kembali diikuti oleh bayang-bayang masa lalunya. Gadis itu kembali tidak dapat melupakan Justin dari otaknya di tambahlagi oleh kata-kata Steven yang membuat gadis itu menjadi sedikit berharap. Tapi sebesar apapun harapan gadis itu, gadis itu tetap mencoba menyangkalnya mengingat semua perlakuan lelaki itu padanya selama ini. Terkadang Jessy kembali menangis saat mengingat akan semua kenangannya tentang Justin. Jessy sadar kalau seharusnya ia tidak menangis dan melanggar janjnya. tapi apa boleh buat, setiap mengingat nama lelaki itu dengan reflek air matanya pun ikut mengalir dari matanya. Ya, laki-laki itu dengan sukses kembali mengganggu hidup Jessy yang tenang dan damai di paris. Beberapa kali Gadis itu terkena teguran oleh guru karena melamun saat belajar. Teman-temannya juga merasa bingung dan khawatir dengan tingkah gadis itu yang sedikit menjadi pendiam dan terkadang suka menyendiri. Jessy sudah beberapa kali mencoba untuk melupakan kembali Justin, tapi entah kenapa semakin dia mencoba semakin sering juga nama itu terus muncul di otaknya.

            Di tempat lain, Justin merasa kehilangan semangat hidupnya semenjak dia tau kalau Jessy telah pindah ke paris. Ingin sekali lelaki itu melihat dan mendengar kembali suara gadis itu, tapi itu seakan sebuah mimpi untuknya. Justin telah mencoba, membuang rasa gengsinya dengan meminta dan memohon pada Steven untuk memberitahukan nomor telfon gadis itu padanya. Tapi steven mengatakan kalau dia belum pernah di hubungi oleh Jessy. Justin yakin kalau Steven berbohong, tapi dia tidak bisa terus memaksa dan memohon pada steven untuk memberi tahunya nomor gadis itu. Justin tau kalau Jessy pasti tidak mau mendengar suaranya lagi, Justin yakin kalau gadis itu telah membencinya sekarang. Justin sadar dengan semua kesalahan yang telah ia lakukan pada gadis itu yang membuat gadis itu tidak mau lagi bertemu dengannya. Tapi apa salahnya mencoba? Pasti masih ada kesempatan kedua untuknya.  Tuhan saja mau memberikan kesempatan kedua pada hambanya meski hambanya itu telah berbuat sesuatu yang sangat jahat. Justin yakin pasti Jessy mau memberikan kesempatan kedua padanya karena Justin tau betul sifat gadis itu meski telah lama tidak dekat dengannya lagi. Jessy memiliki hati yang baik dan seorang yang pemaaf. Justin yakin itu tapi dia harus mencoba jika ia ingin mendapatkan kesempatan kedua. Hanya ada satu cara yang Justin harus lakukan sekarang. Hanya satu cara karena Justin tidak bisa menghubungi gadis itu, maka Justin harus datang ke tempat Jessy berada. Ya, Justin berniat menghampiri Jessy dengan cara mencari beasiswa universitas di sana. Hanya cara itu yang bisa Justin andalkan sekarang. Oleh kaena itu demi bisa mengabulkan keingiannya itu Justin berusaha belajar mati-matian dari sekarang. Justin masih kelas satu dan dia tau kalau masih perlu waktu yang lama untuk sampai ke jenjang itu. Tapi tidak apa baginya selama dia bisa betemu gadis itu lagi. Waktu selama apapun akan dia tunggu demi menggapai gadisnya kembali. Demi kembali bertemu dengan Jessica Athena Jhonson.

***

            Tiga tahun telah berlalu semenjak kepindahan Jessy ke Paris, kini Jessy telah berkuliah di University of Paris I: Panthéon-Sorbonne, Universitas paling terkenal yang ada di paris. Gadis itu berhasil masuk ke universitas ternama itu bersama ketigga teman sekolahnya yaitu Jade, Megan, dan Tristan. Mereka bertiga mengambil jurusan Seni di universitas tersebut. Jessy menyukai seni terutama menyanyi sejak dulu, sejak Justin menyanyi di depannya. Dulu Jessy pernah bercita-cita menjadi seorang penyanyi bersama Justin. Mungkin Jessy bisa saja menggapai cita-citanya itu tapi tidak bersama Justin. Dulu Jessy Juga ingin sekali Justin mengajarkannya bermain gitar karena Jessy tidak bisa bermain gitar, tapi kini Jessy telah pandai bermain gitar setelah belajar oleh Tristan temannya yang sama-sama masuk ke universitas ternama itu.
            Sudah 3 bulan Jessy menjalani hari-harinya sebagai mahasiswi di universitas ternama tersebut bersama teman-temannya. Jessy sangat menikmati kehidupan sebagai masiswi di universitas tersebut, apa lagi gadis tersebut berhasil masuk ke jurusan yang di inginkan. Jessy bisa mengembangkan bakatnya di jurusan yang dia pilih. Jessy sangat ingin menjadi penyanyi, bahkan Jessy telah membuat lagu sendiri untuk dirinya. Lagu yang dia buat untuk sedikit melegakan perasaannya karena semua perasaannya tercurahkan dalam lagunya tersebut.


            Jam telah menunjukkan angka 02.15 siang dan Jessy memiliki kelas mata kuliah musik. Gadis itu benar-benar bersemangat untuk kelas yang satu ini, terlebih lagi di kelas musik hari ini mrs. Janet guru musiknya menyuruh para masiswa dan mahasiswinya untuk membuat sebuah lagu dan menyanyikannya didepan kelas. Jessy telah memiliki lagunya sendiri. Lagu yang telah gadis itu buat cukup lama. lagu yang di buat di masa-masa tersedihnya karena kembali mengingat seseorang yang menyebutkan namanya saja dapat membuat dadanya sesak. Ya, Jessy sudah jauh lebih tenang sekarang. Dia tidak lagi sesedih ketika pertama kali Steven kembali menyebut nama laki-laki itu di depannya. Jessy lebih tegar sekarang, itu semua juga berkat lagu yang ia buat.
            Jessy tengah duduk di kelasnya di antara Tristan dan jade sedangkan Megan tidak ada kelas hari ini. Mereka bertiga sedang sibuk bercanda-canda sambil membicarakan lagu masing-masing saat tiba-tiba Mrs. Janet masuk kekelas itu dan membuat semua siswa yang tengah berbicara terdiam dan langsung kembali ke bangku masing-masing.

            “Good Afternoon”, ucap Mrs. Janet mengawali kelasnya.
            “Seperti tugas yang telah saya berikan minggu kemarin, sekarang saya akan memanggil kalian satu persatu untuk menyanyikan lagu ciptaan kalian sendiri di depan. Kalian bisa memilih alat musik yang ingin kalian mainkan yang sudah tersedia di pojok sana”, Mrs. Janet memberi instruksi sambil menunjuk ke arah alat musik yang ada di pojokdepan kelas. Semua siswa di sana hanya bisa mengangguk menandakan mereka mengerti dengan apa yang Mrs. Janet sampaikan. Mrs. Janet pun mulai memanggil satu persatu siswa untuk maju ke depan hingga sampailah ketika nama Jessy di panggil untuk menyanyikan lagunya.
            “Jessica Athena Jhonson”, Panggil Mrs. Janet dan Jessy pun segera bengkit dari kursinya dan melangkah menuju ke depan kelas. Sebelum duduk di kursi yang tersedia di depan Jessy terlebih dahulu mengambil gitar listrik yang berada di pojokan alat-alat musik. Jessy pun telah terduduk di bangku yang berada di depan kelas dengan gitar listriknya yang telah tergantung di badannya.

            “I'm Jessica Jhonson, I will sing my artificial song entitled 'Bless Myself'.”, Ucap Jessy sebelum mulai menyanyi. Jessy merasa agak gugup karena harus memperdengarkan lagu ciptaannya di depan teman-teman sekelasnya, tapi Jessy mencoba menghilangkan kegugupannya itu dengan cara menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian itu mulai memetik gitarnya dan menyanyikan lagu ciptaannya dengan suaranya yang merdu.

There's a little secret
  I would like to tell you
  There's a book of lies
  I know they'll try to sell you
  And they'll try, and they'll try
  To convince you to buy you need 'em
  So the next time you're down
  Look inside not around.

  I can bless myself
  There's no need for someone's help
  There's no one to blame
  There's no one to save you but yourself
  I can justify all the mistakes in my life
  It's taught me to be, it's givin' me me
  And I'll survive
  'Cause I have blessed myself.

            Semua murid terdiam mendengar suara Jessy yang begitu Merdu dan Indah. Terlebih lagi Jessy menyanyikan lagu ciptaannya dengan segenap perasaannya. Gadis itu benar-benar menghayati lagunya dan berhasil menghipnotis semua orang yang ada di ruanganan itu untuk terfokus padanya.

I have searched the world to find
  There's nothing better
  Than when me, myself and I
  Can come together
  And I know for a fact
  There's a spirit I lack called defend
  Yeah I've been through it all
  Just to find in the end

  I can bless myself
  There's no need for someone's help
  There's no one to blame
  There's no one to save you but yourself
  I can justify all the mistakes in my life
  It's taught me to be, it's givin' me me
  And I'll survive
  'Cause I have blessed myself.

  Do you ever wonder
  How anything can make you cry
  Have yourself discover
  That the pain you feel
  Is the pain that you deny in your life
  So open up your eyes

  You can bless yourself
  There's no need for someone else
  There's no one to blame
  There's no one to save you but yourself
  I can bless myself
  There's no need for someone's help
  There's no one to blame
  There's no one to save you but yourself
  I can justify all the mistakes in my life
  It's taught me to be, it's givin' me me
  And I'll survive
  'Cause I have blessed myself.
  La La La La La
  La La La La La
  I will survive
  'Cause I have blessed myself.

            Jessy pun telah menyelesaikan lagunya dengan sangat lancar. Ruangan hening seketika, tak ada satupun orang yang mengeluarkan suaranya saking terpesona dengan penampilan gadis asal kanada di depan. Keheningan yang terjadi itu justru membuat jessy merasa kalau orang-orang di kelas itu tidak menyukai lagu dan suaranya. Jessy cukup merasa sedih hingga tiba-tiba dengan serempak orang-orang di kelas itu berdiri dan bertepuk tangan untuk Jessy.

            “Fantastic! Fantastic Miss. Jhonson. Your song and your voice is amazing!”, puji Mrs. Janet guru asal amerika itu sangat menyukai lagu dan suara Jessy.
            “Kamu menyanyikannya dengan penuh perasaan. Apakah lagu itu kau buat sesuai dari pengalaman mu sendiri Miss. Jhonson? Karena saya dapat melihat makna yang begitu dalam dari lagu buatan mu.”, lanjut Mrs. Janet Membuat senyum Jessy yang tadinya mengembang lebar menjadi sedikit surut. Kemudian Gadis itu mengangguk.
            “Yes Mrs. Lagu itu saya buat sesua pengalaman yang saya rasakan. Dan terimakasih atas pujiannya”
            “Ok, sekarang kamu bisa meletakkan kembali gitar yang kamu pegang ke tempatnya semuala dan duduk ke bangku mu kembali.”, Jessy pun mengagguk sekali dan segera meetakkan gitar yang ia pegang dan duduk di bangkunya kembali, Di tengah-tengah Jade dan Tristan.

            “Suara mu tadi sangat indah, dan.. lagu mu luar biasa!”, puji Jade begitu Jessy duduk di bangkunya. Jessy tersenyum mendengar komentar sahabatnya itu tentang suara dan lagunya tadi.
            “Terimakasih, Tapi kamu terlalu berlebihan. Suara dan lagu ku tidak sehebat yang kalian bilang. Aku masih pemula sama seperti kalian semua di kelas ini.”
            “Tapi yang Jen bilang tadi benar. Suara dan lagumu tadi sangat bagus. Aku seperti mendengar seorang penyanyi profesional bernyanyi tadi. Aku rasa kamu akan segera dapat menggapai mimpi mu.”, lanjut Tristan.
            “Dan sepertinya aku tau lagu itu kau ciptakan terinspirasi dari siapa”, ucap Jade lagi.
            “Pasti untuk mantan Sahabat kecil dan cinta pertama mu yang brengsek itu”, lanjut Jade menghina Justin. Ya, semua sahabatku sudah tau tentang masa laluku yang menyedihkan dan mereka semua mengatai dan memanggil Justin dengan sebutan ‘Brengsek’. Ok itu memang agak berlebihan karena Justin tidak sebrengsek yang mereka kira, hanya saja.. aku yang terlaru berharap padanya.
            “Bisa kah kamu tidak memanggilnya dengan panggilan kejam itu?”, Pintaku pada Gadis Prancis di sebelahku.
            “Tapi itu kenyataan Jade. Dia laki-laki yang brengsek. Bisa-bisanya mengingkari janjinya padamu dan malah menjelek-jelekan mu di depan orang-orang. Jika aku sudah berteman dengan mu sejak di sana mungkin aku akan meninju mukanya yang kata mu tampan itu dengan tanganku ini. dan Kenapa mantanmu yang sekarang menjadi kakak mu itu tidak pernah melakukan hal itu padanya? Lelaki itu pantas menerimanya.”, Jade benar-benar gadis cantik yang agak menyeramkan. Dia memiliki sifat yang feminim tapi tidak akan segan-segan melayangkan tinjunya kepada seseorang yang tidak ia sukai. Aku agak kaget dengan sifatnya itu ketika pertama kali berteman dengannya, tapi sekarang aku sudah terbiasa dengan semua itu.
            “Kau terlaru berlebihan jade. Kau tau aku seperti apa dan aku tidak akan tega melakukan hal seperti itu. Kau tau kala aku—ah sudah lah, hentikan menbicarakan tentangnya. Kau tau kalau aku berniat untuk melupakannya.”
            “Iya jade, sudah lah. Jangan bahas tentang laki-laki berengsek itu di depan Jessica. Sudah cukup jessica mengingat keburukan laki-laki itu. Hidupnya sudah tenang di sini.”, bela Tristan yang Justru membuat Jessy mendengus karena panggilan ‘brengsek’ tetepa ia sebut. Pada akhirnya mereka bertiga kembali memperhatikan siswa-siswa lainnya yang sedang tampil di depan kelas hingga akhirnya bel tanda pelajaran berakhir berdering dan Mrs. Jane pergi meninggalkan kelas setelah menutup mata kuliahnya hari ini.

***

            Justin tengah berjalan menuju kantin bersama teman-teman kampusnya saat tiba-tiba dia mendengar sebuah nama yang dia sangat kenal di panggi dari dalam kelas yang sedang lelaki itu lalui. Langkah lelaki itu langsung terhenti membuat teman-temannya yang lain bingung. Lelaki itu tidak memperdulikan kebingungan teman-temannya dan malah menatap kedalam kelas, kearah gadis di depan kelas yang sedang memegang sebuah gitar listrik.

“I'm Jessica Jhonson, I will sing my artificial song entitled 'Bless Myself'.”, Ucap gadis di dalam kelas itu yang kemudian mulai memetik gitar yang di pegangnya dan menyanyikan sebuah lagu yang katanya aalah buatannya itu. Teman-teman Justin yang tadinya hany memandang justin dengan bingung pun ikut bergabung bersama Justin memandang gadis di dalam kelas itu yang sedang bernyanyi.

There's a little secret
  I would like to tell you
  There's a book of lies
  I know they'll try to sell you
  And they'll try, and they'll try
  To convince you to buy you need 'em
  So the next time you're down
  Look inside not around.

  I can bless myself
  There's no need for someone's help
  There's no one to blame
  There's no one to save you but yourself
  I can justify all the mistakes in my life
  It's taught me to be, it's givin' me me
  And I'll survive
  'Cause I have blessed myself.

            Para kumpulan lelaki di luar itu terpukau begitu mendengar suara gadis di dalam kelas itu. Suara gadis itu begitu indah dan menyanyikan sebuah lagu yang bermakna sangat dalam. Justin pun tidak bisa memalingkan tatapannya sedetikpun dari gadis itu. Gadis yang sangat ingin ia temui sejak 3 tahun yang lalu. Paras Gadis itu terlihat semakin Cantik setelah lama tidak bertemu. Justin mendengar kalau jessy cukup populer di kampus ini. Hampir semua siswa di kampus itu mengenalnya karena kecantikan yang gadis itu miliki dan tentu saja itu berhasil membuat Justin cemburu. Justin mengenal Jessy dan mengetahui kecantikan gadis itu lebih dulu dari orang-orang di kampus ini dan dia merasa sangat kesal karena semua orang telah tau kecantikan gadis itu. Setelah dulu Justin mati-matian menutupi kecantikan gadis itu, sekarang dengan mudahnya para laki-laki di kampus ini dapat menikmati dan melihatnya begitu saja. Justin kesal, tapi dia tidak memiliki hak untuk melarang Jessy menjadi cantik. Gadis itu punya kehidupannya sendiri dan cukup bagi Justin untuk membuat gadis itu terus menderita dan terus menutup dirinya. Justin kemari untuk memerbaiki semuanya lagi, meski gadis di dalam sana tidak tau kalau Justin juga berkuliah di kampus dan jurusan yang sama dengannya. Justin cukup Populer di kampus ini tetapi dia berusaha untuk menampakkan dirinya pada Jessy terlebih dahulu. Lelaki itu ingin mencari waktu yang tepat untuk menemui gadis itu dan memperbaiki semuanya. Ya, semoga semuanya akan kembali seperti dahulu kala. Batin lelaki itu.

I have searched the world to find
  There's nothing better
  Than when me, myself and I
  Can come together
  And I know for a fact
  There's a spirit I lack called defend
  Yeah I've been through it all
  Just to find in the end

  I can bless myself
  There's no need for someone's help
  There's no one to blame
  There's no one to save you but yourself
  I can justify all the mistakes in my life
  It's taught me to be, it's givin' me me
  And I'll survive
  'Cause I have blessed myself.

  Do you ever wonder
  How anything can make you cry
  Have yourself discover
  That the pain you feel
  Is the pain that you deny in your life
  So open up your eyes

  You can bless yourself
  There's no need for someone else
  There's no one to blame
  There's no one to save you but yourself
  I can bless myself
  There's no need for someone's help
  There's no one to blame
  There's no one to save you but yourself
  I can justify all the mistakes in my life
  It's taught me to be, it's givin' me me
  And I'll survive
  'Cause I have blessed myself.
  La La La La La
  La La La La La
  I will survive
  'Cause I have blessed myself.

            Gadis di dalam sana telah menyelesaikan lagunya dan keheningan terjadi di dalam kelas sana. Dah hal yang sama terjadi pada lelaki di luar. Mereka semua terdiam, takjub dengan apa yang baru saja mereka dengar barusan. Seakan gadis di dalam sana baru saja menyanyikan sebuah nyanyian dari surga. Tapi hal berbeda yang terjadi pada Justin. Berbagai pertanyaan dia lontarkan dalam batinnya mengomentari lagu yang gadis itu buat dan nyanyikan dan mengomentari tentang gadis juga tentunya. Suaranya indah, sangat indah. Tapi apa lagu itu Untukku? Jessy telah melupakanku? Jessy menyerah dan berhenti untuk mencintaiku?Apa dia sudah memiliki pengganti ku di hatinya? Apa kah dia benar-benar telah membuang semuanya tentangku?Lagu yang dia nyanyikan itu seakan menggambarkan kalau dia sudah membuang semuanya tentang ku, semua hal menyakitkan yang telah aku buat kepadanya. Apa masih ada kesempatan untukku? Justin sibuk dengan fikirannya sendiri sampai akhirnya dia mendengar suara tepuk tangan yang meriah dari dalam ruangan itu. Bibirnya mengukir sebuah senyuam bangga pada gadis di dalam itu yang Juga sedang tersenyum puas.

            “Kau lihat tadi? Sumpah itu adalah suara terindah yang pernah aku dengar. Jessica Jhonson benar-benar gadis yang luar biasa. Dia tidak hanya cantik dan pntar tapi juga memiliki suara yang bagus. Ah tidak salah kalau dia populer di kampus ini”, Ucap lelaki berdarah asli perancis yang merupakan salah satu dari teman Justin.

            “Yeah, bahkan aku juga mengincarnya dari pertama masuk ke kampus ini dan melihatnya. Dia—sangat cantik!”, lanjut yang lainnya berkomentar tentang gadis di dalam kelas itu. Justin yang kesal karena mendengar komentar dari teman-temannya itu pun segera menarik teman-temannya itu untuk pergi dari sana membuat salah sau temannya yang masih asyik memandangi kecantikan dari Jessy terhenti dan hanya bisa merasa kesal. Rupanya Perjuangan Justin untuk mendapatkan Jessy semakin sulit saja di sini karena gadis itu terlampau populer sekarang.




Megan Young as Megan

Marine Lorphelin as Jade

Logan Lerman as Tristan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar