Beberapa
bulan telah berlalu semenjak kedatangan gadis ini ke Paris. Jessy tampak sangat
menikmati kehidupannya yang baru di kota teromantis sedunia itu. Jessy memiliki
teman yang banyak di sini, dan gadis itu seringkali meluangkan waktu bersama teman-teman
yang kebanyakan adalah para gadis. Jessy senang, Jessy bahagia, tapi dia tetap
tidak akan melupakan teman pertamanya di kanada, Steven Clark Onson. Kaka
kelasnya yang baik hati yang pernah menjadi kekasihnya. Jessy juga tentunya
tidak akan pernah melupakan sosok ibu keduanya di kanada, Pattie Mallette dan
tentunya dua orang bocah lucu yang sudah gadis itu anggap seperti adik-adiknya
sendiri, Jaxon dan Jazmyn Bieber. Jessy sudah menghubungi mereka sebulan yang
lalu untuk yang pertama kali. Gadis itu merasa sangat menyesal karena baru bisa
menghunungi mereka begitu lama. Tapi mereka memaklumi jessy yang harus
beradaptasi terlebih dahulu dengan tempat tinggal barunya.
Suara
Katy Perry yang menyanyikan lagu Last Friday Night menghentikan lamunan gadis
itu tentang orang-orang tersayangnya di kanada. Jessy pun segera mengulurkan
tangannya keatas kasur di belakangnya dan mengambil Iphone nya yang tergeletak
di sana. Gadis itu tersenyum lebar saat melihat nama Steven tertera di layar
Iphonenya. Tanpa berlama-lama lagi gadis itu pun segera menekan tombol answer
untuk menerima panggilan tersebut.
“Bonjour!”,
sapa gadis itu ceria menggunakan bahasa prancis yang telah ia pelajari.
“Woah,
sepertinya aku salah tesambung karena aku merasa tidak menghubungi orang
perancis tapi orang kanada yang pindah ke sana”, canda Steven di ujung sana
membuat Jessy terkekeh.
“Haha..
Kau bisa saja ka. Aku hanya sedang ingin sedikit mempraktekan bahasa perancis.
Hitung-hitung pamer padamu. Haha..”, gadis itu membalasnya dengan candaan.
“Haha...
Jadi apa kabarmu gadis manis? Apa kamu telah menikmati tinggal di sana sampai
lupa dengan ku?”
“Oh ayo
lah, jangan berkata seperti itu ka. Aku tidak melupakan mu sama sekali, bahkan
aku baru saja memikirkan tentang mu sampai akhirnya aku mendapat telfon dari
mu. Dan, aku baik-baik saja di sini, lebih baik dari yang kau tau. Bagai mana
dengan mu sendiri? Aku sangat merindukan mu di sini.”, Jessy menjawab sangat
panjang membuat Steven di sebrang sana terkekeh mendengar kecerewetan mantan
kekasihnya yang sekarang telah dia anggap seperti adiknya sendiri.
“Gezzz...Lama
di sana kamu menjadi sangat cerewet J. Jadi—kamu baru saja memikirkan ku, eh?
Amat beruntungnya sekali aku mengetahui hal itu.”, pipi gadis itu memerah dan hanya bisa mengumpat sendiri
mengetahui dia telah terlampau jujur kepada Steven. Sedangkan seteve yang bisa
mendengar umpatan kecil Jessy hanya tertawa.
“Aku
juga sangat merindukan mu gadis manis”, lanjut Steven setelah mereka saling
terdiam beberapa lama. Jessy tersenyum mendengar ucapan Steven barusan.
“Apa
yang sedang kamu lakukan sekarang?”, tanya Jessy membuka percakapan kembali.
“Menelfon
mu”, jawab Steven dengan polosnya.
“Oh my
god ka Steven! Maksudku sebelum itu.”, Steven kembali tertawa. Jessy
benar-benar gadis yang mampu membuat Steven selalu bisa tertawa karena
kepolosan dan kelucuannya.
“Aku
Baru saja selesai makan pagi sebelum akhirnya menelpon mu, apa kamu sudah makan
siang di sana? Karena seingatku di sana sudah lewat tengah hari bukan?”
“ya
memang, tapi aku belum makan. Aku berniat melakukannya setelah ini. Tapi aku
rasa hal ini akan berjalan cukup lama karena aku sedang sangat merindukan mu.”
“Aku
juga fikir begitu. Tapi aku juga tidak mau membuat mu sakit hanya karena
terlambat makan demi berbincang dengan ku di telfon.”
“Kamu
seperti ibuku saja. Aku bukan anak kecil yang mudah sakit karena sedikit telat
makan.”, dengus Jessy yang lagi-lagi membuat Steven tertawa.
“Jadi
aku seperti ibumu, eh?”
“Apa
sekarang aku harus memanggil mu Mom, Mom?”, canda Jessy di iringi dengan
tawanya. Steven Tersenyum di ujung sana mendengar Tawa gadis itu. Jessy
benar-benar merasa bahagia dia sana, batin laki-laki itu.
“Emm...
Jessica... kau tau? Dia—telah putus.”, ucap Steven dan berhasil membuat senyum
dan tawa hilang dari muka Jessy seketika. Jessy tau betul siapa ‘Dia’ yang di
maksud oleh Steven itu. Siapa lagi kalau bukan, Justin Bieber.
Jessy
membuang nafas beratnya. “Aku tidak Mood untuk membicarakan tentang ‘Dia’ ka”,
ucap Jessy menekan kata ‘Dia’ di kata-katanya.
“Ok, aku
tidak berniat ingin membuat mu sedih kembali dengan membicarakan tentang dia
kembali setelah kamu telah mencoba melupakannya di sama, tapi—dia sudah berubah
Jessica.”
“Berubah?
Apa yang kamu maksud berubah dari seorang Justin Bieber?”, Nafas gadis itu
terasa sesak ketika menyebut kembali nama lelaki itu. Lelaki yang telah
menghancurkan hatinya beberapa bulan yang lalu. Lelaki yang bahkan sekarang
tidak pernah teringat kembali di fikirannya.
“Entahlah.
Tapi aku benar-benar merasa dia telah berubah. Aku bahkan yakin sekarang kalau
dia juga mencintai mu.”, lagi-lagi kata-kata Steven tersebut berhasil membuat
dada Jessy berdesis, membuat Jessy hanya bisa memejamkan matanya sejenakuntuk
menghilangkan rasa sakit yang kembali muncul itu. Justin mencintainya? Itu
hanya ada di dalam mimpinya.
“Kau tau
kan kalau—itu tidak mungkin terjadi. Justin membenciku.”, ucap Jessy dengan
suara yang bergetar menahan tangisannya. Gadis itu telah berjanji untuk tidak
lagi memangis tetap hanya dengan mengingat tentang laki-laki itu membuat air
matanya kembali ingin keluar.
“Percaya
lah, aku tidak mungkin berbohong padamu bukan? Baru-baru ini dia menghampiriku
dan menanyakan nomor handphone mu yang bisa ia hubungi. Dia memaksa ku, sangat
memaksa. Tapi aku tidak memberikannya. Aku mengatakan kalau kau belum
menghubungi ku sampai saat itu dan kemudian dia pergi dengan muka kecewa dan
sedih. Aku tidak memberikan nomor mu karena aku tau kalau kamu pasti tidak mau
aku melakukan itu.”
Jessy
mencoba menarik nafasnya dalam-dalam agar tidak menangis setelah mendengar
ucapan Steven barusan. Justin meminta
nomornya? Laki-laki itu ingin menghubunginya. Tapi kenapa? Bukannya lelaki itu
membencinya? Batin gadis itu. Hening yang di timbulkan oleh Jessy membuat
Steven kembali menyerukan nama gadis itu. Hingga akhirnya gadis itu kembali
bersuara.
“Terimakasih.
Terimakasih karena tidak memberikan nomorku padanya.”, ucap Jessy lemah.
“Sama-sama—”
“Tapi
bisakah kamu berhenti untuk membicarakan tentangnya? Aku—aku sudah bertekat
untuk melupakannya dan membuang semua tentangnya di sini. Jadi ku mohon!”,
potong Jessy.
Suara
hembusan berat terdengar dari sebrang. “Baiklah. Aku tau ini terlalau berat
untukmu kembali mengingat tentang lelaki yang telah membuat hati mu sakit. Tapi
aku berharap kamu mau mencoba menghubunginya suatu saat. Aku hanya kasian
dengannya yang terlihat sangat terpuruk semenjak dia tau kalau kamu telah
pindah. Ah bahkan aku tidak tau tepatnya kapan dia tau hal itu karena tiba-tiba
dia selalu terlihat murung. Dan Maaf karena telah membuat mu kembali sedih
karena membicarakannya. Aku harap kamu tidak membenciku karena hal itu”
“Tidak!
Tantu saja tidak ka. Aku tidak mungkin membencimu hanya karena hal itu. Hanya
saja aku—tidak suka saat kamu terus-terusan membahas tentangnya.”
“ok, ok.
Aku berhenti membicarakannya. Dan sepertinya kita sudah terlalu lama berbicara
dan kamu belum makan siang. Jadi, selamat makan dan sampai jumpa di lain waktu.
Aku akan kembali menghubungi mu lagi lain waktu. Aku merindukan mu”
“Ya,
sampai jumpa di lain waktu dan terimakasih untuk menghubungiku hari ini. Aku
juga merindukan mu.”, telfon pun terputus setelah gadis itu mengatakan hal
tersebut. Jessy membanting Iphonenya di kasur kemudian membenamkan wajahnya di
bantal dan berteriak kencang di sana hingga gadis itu merasa cukup lega. Jessy
merebahkan dirinya di atas kasur empuknya dan memejam kan matanya. Sedetik
kemudian kata-kata Steven tentang laki-laki itu kembali terngiang di
telinganya.
“Dia telah putus”
“Dia telah berubah. Aku bahkan yakin
sekarang kalau dia juga mencintai mu.”
“Baru-baru ini dia menghampiriku dan
menanyakan nomor handphone mu yang bisa ia hubungi. Dia memaksa ku, sangat
memaksa. Tapi aku tidak memberikannya. Aku mengatakan kalau kau belum
menghubungi ku sampai saat itu dan kemudian dia pergi dengan muka kecewa dan
sedih.”
“Aku berharap kamu mau mencoba
menghubunginya suatu saat. Aku hanya kasian dengannya yang terlihat sangat
terpuruk semenjak dia tau kalau kamu telah pindah.”
Air mata
mengalir dari mata gadis itu menuju pipinya yang lembut. Gadis itu telah
mengingkari janji yang telah ia buat sendiri untuk tidak lagi menangis. Tapi
semua ini benar-benar membuatnya sangat sakit. Laki-laki itu lah penyebabnya.
Laki-laki yang sukses membuatnya kembali menangis hanya karena menyebut
namanya.
“Sial!”,
guma gadis itu sambil meremas dadanya yang terasa sakit.
***
Semenjak
kejadian Steven membahas tentang Justin hidup Jessy kembali diikuti oleh
bayang-bayang masa lalunya. Gadis itu kembali tidak dapat melupakan Justin dari
otaknya di tambahlagi oleh kata-kata Steven yang membuat gadis itu menjadi
sedikit berharap. Tapi sebesar apapun harapan gadis itu, gadis itu tetap
mencoba menyangkalnya mengingat semua perlakuan lelaki itu padanya selama ini.
Terkadang Jessy kembali menangis saat mengingat akan semua kenangannya tentang
Justin. Jessy sadar kalau seharusnya ia tidak menangis dan melanggar janjnya.
tapi apa boleh buat, setiap mengingat nama lelaki itu dengan reflek air matanya
pun ikut mengalir dari matanya. Ya, laki-laki itu dengan sukses kembali
mengganggu hidup Jessy yang tenang dan damai di paris. Beberapa kali Gadis itu
terkena teguran oleh guru karena melamun saat belajar. Teman-temannya juga
merasa bingung dan khawatir dengan tingkah gadis itu yang sedikit menjadi
pendiam dan terkadang suka menyendiri. Jessy sudah beberapa kali mencoba untuk
melupakan kembali Justin, tapi entah kenapa semakin dia mencoba semakin sering
juga nama itu terus muncul di otaknya.
Di
tempat lain, Justin merasa kehilangan semangat hidupnya semenjak dia tau kalau
Jessy telah pindah ke paris. Ingin sekali lelaki itu melihat dan mendengar
kembali suara gadis itu, tapi itu seakan sebuah mimpi untuknya. Justin telah
mencoba, membuang rasa gengsinya dengan meminta dan memohon pada Steven untuk
memberitahukan nomor telfon gadis itu padanya. Tapi steven mengatakan kalau dia
belum pernah di hubungi oleh Jessy. Justin yakin kalau Steven berbohong, tapi
dia tidak bisa terus memaksa dan memohon pada steven untuk memberi tahunya
nomor gadis itu. Justin tau kalau Jessy pasti tidak mau mendengar suaranya
lagi, Justin yakin kalau gadis itu telah membencinya sekarang. Justin sadar
dengan semua kesalahan yang telah ia lakukan pada gadis itu yang membuat gadis
itu tidak mau lagi bertemu dengannya. Tapi apa salahnya mencoba? Pasti masih
ada kesempatan kedua untuknya. Tuhan
saja mau memberikan kesempatan kedua pada hambanya meski hambanya itu telah
berbuat sesuatu yang sangat jahat. Justin yakin pasti Jessy mau memberikan
kesempatan kedua padanya karena Justin tau betul sifat gadis itu meski telah
lama tidak dekat dengannya lagi. Jessy memiliki hati yang baik dan seorang yang
pemaaf. Justin yakin itu tapi dia harus mencoba jika ia ingin mendapatkan
kesempatan kedua. Hanya ada satu cara yang Justin harus lakukan sekarang. Hanya
satu cara karena Justin tidak bisa menghubungi gadis itu, maka Justin harus
datang ke tempat Jessy berada. Ya, Justin berniat menghampiri Jessy dengan cara
mencari beasiswa universitas di sana. Hanya cara itu yang bisa Justin andalkan
sekarang. Oleh kaena itu demi bisa mengabulkan keingiannya itu Justin berusaha
belajar mati-matian dari sekarang. Justin masih kelas satu dan dia tau kalau
masih perlu waktu yang lama untuk sampai ke jenjang itu. Tapi tidak apa baginya
selama dia bisa betemu gadis itu lagi. Waktu selama apapun akan dia tunggu demi
menggapai gadisnya kembali. Demi kembali bertemu dengan Jessica Athena Jhonson.
***
Tiga
tahun telah berlalu semenjak kepindahan Jessy ke Paris, kini Jessy telah
berkuliah di University
of Paris I: Panthéon-Sorbonne, Universitas paling terkenal yang ada di paris. Gadis
itu berhasil masuk ke universitas ternama itu bersama ketigga teman sekolahnya
yaitu Jade, Megan, dan Tristan. Mereka bertiga mengambil jurusan Seni di
universitas tersebut. Jessy menyukai seni terutama menyanyi sejak dulu, sejak
Justin menyanyi di depannya. Dulu Jessy pernah bercita-cita menjadi seorang
penyanyi bersama Justin. Mungkin Jessy bisa saja menggapai cita-citanya itu
tapi tidak bersama Justin. Dulu Jessy Juga ingin sekali Justin mengajarkannya
bermain gitar karena Jessy tidak bisa bermain gitar, tapi kini Jessy telah
pandai bermain gitar setelah belajar oleh Tristan temannya yang sama-sama masuk
ke universitas ternama itu.
Sudah 3 bulan Jessy menjalani hari-harinya sebagai
mahasiswi di universitas ternama tersebut bersama teman-temannya. Jessy sangat
menikmati kehidupan sebagai masiswi di universitas tersebut, apa lagi gadis
tersebut berhasil masuk ke jurusan yang di inginkan. Jessy bisa mengembangkan
bakatnya di jurusan yang dia pilih. Jessy sangat ingin menjadi penyanyi, bahkan
Jessy telah membuat lagu sendiri untuk dirinya. Lagu yang dia buat untuk
sedikit melegakan perasaannya karena semua perasaannya tercurahkan dalam
lagunya tersebut.
Jam telah menunjukkan angka 02.15 siang dan Jessy
memiliki kelas mata kuliah musik. Gadis itu benar-benar bersemangat untuk kelas
yang satu ini, terlebih lagi di kelas musik hari ini mrs. Janet guru musiknya
menyuruh para masiswa dan mahasiswinya untuk membuat sebuah lagu dan
menyanyikannya didepan kelas. Jessy telah memiliki lagunya sendiri. Lagu yang
telah gadis itu buat cukup lama. lagu yang di buat di masa-masa tersedihnya
karena kembali mengingat seseorang yang menyebutkan namanya saja dapat membuat
dadanya sesak. Ya, Jessy sudah jauh lebih tenang sekarang. Dia tidak lagi
sesedih ketika pertama kali Steven kembali menyebut nama laki-laki itu di
depannya. Jessy lebih tegar sekarang, itu semua juga berkat lagu yang ia buat.
Jessy tengah duduk di kelasnya di antara Tristan dan jade
sedangkan Megan tidak ada kelas hari ini. Mereka bertiga sedang sibuk
bercanda-canda sambil membicarakan lagu masing-masing saat tiba-tiba Mrs. Janet
masuk kekelas itu dan membuat semua siswa yang tengah berbicara terdiam dan
langsung kembali ke bangku masing-masing.
“Good Afternoon”, ucap Mrs. Janet mengawali kelasnya.
“Seperti tugas yang telah saya berikan minggu kemarin,
sekarang saya akan memanggil kalian satu persatu untuk menyanyikan lagu ciptaan
kalian sendiri di depan. Kalian bisa memilih alat musik yang ingin kalian
mainkan yang sudah tersedia di pojok sana”, Mrs. Janet memberi instruksi sambil
menunjuk ke arah alat musik yang ada di pojokdepan kelas. Semua siswa di sana
hanya bisa mengangguk menandakan mereka mengerti dengan apa yang Mrs. Janet
sampaikan. Mrs. Janet pun mulai memanggil satu persatu siswa untuk maju ke
depan hingga sampailah ketika nama Jessy di panggil untuk menyanyikan lagunya.
“Jessica Athena
Jhonson”, Panggil Mrs. Janet dan
Jessy pun segera bengkit dari kursinya dan melangkah menuju ke depan kelas.
Sebelum duduk di kursi yang tersedia di depan Jessy terlebih dahulu mengambil
gitar listrik yang berada di pojokan alat-alat musik. Jessy pun telah terduduk
di bangku yang berada di depan kelas dengan gitar listriknya yang telah
tergantung di badannya.
“I'm Jessica Jhonson, I will sing my artificial song
entitled 'Bless Myself'.”, Ucap Jessy sebelum mulai menyanyi. Jessy merasa agak
gugup karena harus memperdengarkan lagu ciptaannya di depan teman-teman
sekelasnya, tapi Jessy mencoba menghilangkan kegugupannya itu dengan cara
menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian itu mulai memetik gitarnya dan
menyanyikan lagu ciptaannya dengan suaranya yang merdu.
“There's a little secret
I would like to tell you
There's a book of lies
I know they'll try to sell you
And they'll try, and they'll try
To convince you to buy you need 'em
So the next time you're down
Look inside not around.
I would like to tell you
There's a book of lies
I know they'll try to sell you
And they'll try, and they'll try
To convince you to buy you need 'em
So the next time you're down
Look inside not around.
I can bless myself
There's no need for someone's help
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can justify all the mistakes in my life
It's taught me to be, it's givin' me me
And I'll survive
'Cause I have blessed myself.”
Semua murid terdiam mendengar suara Jessy yang begitu
Merdu dan Indah. Terlebih lagi Jessy menyanyikan lagu ciptaannya dengan segenap
perasaannya. Gadis itu benar-benar menghayati lagunya dan berhasil menghipnotis
semua orang yang ada di ruanganan itu untuk terfokus padanya.
“I have searched the world to find
There's nothing better
Than when me, myself and I
Can come together
And I know for a fact
There's a spirit I lack called defend
Yeah I've been through it all
Just to find in the end
I can bless myself
There's no need for someone's help
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can justify all the mistakes in my life
It's taught me to be, it's givin' me me
And I'll survive
'Cause I have blessed myself.
Do you ever wonder
How anything can make you cry
Have yourself discover
There's nothing better
Than when me, myself and I
Can come together
And I know for a fact
There's a spirit I lack called defend
Yeah I've been through it all
Just to find in the end
I can bless myself
There's no need for someone's help
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can justify all the mistakes in my life
It's taught me to be, it's givin' me me
And I'll survive
'Cause I have blessed myself.
Do you ever wonder
How anything can make you cry
Have yourself discover
That the pain you feel
Is the pain that you deny in your life
So open up your eyes
You can bless yourself
There's no need for someone else
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can bless myself
There's no need for someone's help
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can justify all the mistakes in my life
It's taught me to be, it's givin' me me
And I'll survive
'Cause I have blessed myself.
La La La La La
La La La La La
I will survive
'Cause I have blessed myself.”
Is the pain that you deny in your life
So open up your eyes
You can bless yourself
There's no need for someone else
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can bless myself
There's no need for someone's help
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can justify all the mistakes in my life
It's taught me to be, it's givin' me me
And I'll survive
'Cause I have blessed myself.
La La La La La
La La La La La
I will survive
'Cause I have blessed myself.”
Jessy pun telah menyelesaikan lagunya dengan sangat
lancar. Ruangan hening seketika, tak ada satupun orang yang mengeluarkan
suaranya saking terpesona dengan penampilan gadis asal kanada di depan.
Keheningan yang terjadi itu justru membuat jessy merasa kalau orang-orang di
kelas itu tidak menyukai lagu dan suaranya. Jessy cukup merasa sedih hingga
tiba-tiba dengan serempak orang-orang di kelas itu berdiri dan bertepuk tangan
untuk Jessy.
“Fantastic! Fantastic Miss. Jhonson. Your song and your
voice is amazing!”, puji Mrs. Janet guru asal amerika itu sangat menyukai lagu
dan suara Jessy.
“Kamu menyanyikannya dengan penuh perasaan. Apakah lagu
itu kau buat sesuai dari pengalaman mu sendiri Miss. Jhonson? Karena saya dapat
melihat makna yang begitu dalam dari lagu buatan mu.”, lanjut Mrs. Janet
Membuat senyum Jessy yang tadinya mengembang lebar menjadi sedikit surut.
Kemudian Gadis itu mengangguk.
“Yes Mrs. Lagu itu saya buat sesua pengalaman yang saya
rasakan. Dan terimakasih atas pujiannya”
“Ok, sekarang kamu bisa meletakkan kembali gitar yang
kamu pegang ke tempatnya semuala dan duduk ke bangku mu kembali.”, Jessy pun
mengagguk sekali dan segera meetakkan gitar yang ia pegang dan duduk di bangkunya
kembali, Di tengah-tengah Jade dan Tristan.
“Suara mu tadi sangat indah, dan.. lagu mu luar biasa!”,
puji Jade begitu Jessy duduk di bangkunya. Jessy tersenyum mendengar komentar
sahabatnya itu tentang suara dan lagunya tadi.
“Terimakasih, Tapi kamu terlalu berlebihan. Suara dan
lagu ku tidak sehebat yang kalian bilang. Aku masih pemula sama seperti kalian
semua di kelas ini.”
“Tapi yang Jen bilang tadi benar. Suara dan lagumu tadi
sangat bagus. Aku seperti mendengar seorang penyanyi profesional bernyanyi tadi.
Aku rasa kamu akan segera dapat menggapai mimpi mu.”, lanjut Tristan.
“Dan sepertinya aku tau lagu itu kau ciptakan
terinspirasi dari siapa”, ucap Jade lagi.
“Pasti untuk mantan Sahabat kecil dan cinta pertama mu
yang brengsek itu”, lanjut Jade menghina Justin. Ya, semua sahabatku sudah tau
tentang masa laluku yang menyedihkan dan mereka semua mengatai dan memanggil
Justin dengan sebutan ‘Brengsek’. Ok itu memang agak berlebihan karena Justin
tidak sebrengsek yang mereka kira, hanya saja.. aku yang terlaru berharap
padanya.
“Bisa kah kamu tidak memanggilnya dengan panggilan kejam
itu?”, Pintaku pada Gadis Prancis di sebelahku.
“Tapi itu kenyataan Jade. Dia laki-laki yang brengsek.
Bisa-bisanya mengingkari janjinya padamu dan malah menjelek-jelekan mu di depan
orang-orang. Jika aku sudah berteman dengan mu sejak di sana mungkin aku akan
meninju mukanya yang kata mu tampan itu dengan tanganku ini. dan Kenapa
mantanmu yang sekarang menjadi kakak mu itu tidak pernah melakukan hal itu
padanya? Lelaki itu pantas menerimanya.”, Jade benar-benar gadis cantik yang
agak menyeramkan. Dia memiliki sifat yang feminim tapi tidak akan segan-segan
melayangkan tinjunya kepada seseorang yang tidak ia sukai. Aku agak kaget
dengan sifatnya itu ketika pertama kali berteman dengannya, tapi sekarang aku
sudah terbiasa dengan semua itu.
“Kau terlaru berlebihan jade. Kau tau aku seperti apa dan
aku tidak akan tega melakukan hal seperti itu. Kau tau kala aku—ah sudah lah,
hentikan menbicarakan tentangnya. Kau tau kalau aku berniat untuk
melupakannya.”
“Iya jade, sudah lah. Jangan bahas tentang laki-laki
berengsek itu di depan Jessica. Sudah cukup jessica mengingat keburukan
laki-laki itu. Hidupnya sudah tenang di sini.”, bela Tristan yang Justru
membuat Jessy mendengus karena panggilan ‘brengsek’ tetepa ia sebut. Pada
akhirnya mereka bertiga kembali memperhatikan siswa-siswa lainnya yang sedang
tampil di depan kelas hingga akhirnya bel tanda pelajaran berakhir berdering
dan Mrs. Jane pergi meninggalkan kelas setelah menutup mata kuliahnya hari ini.
***
Justin tengah berjalan menuju kantin bersama teman-teman
kampusnya saat tiba-tiba dia mendengar sebuah nama yang dia sangat kenal di
panggi dari dalam kelas yang sedang lelaki itu lalui. Langkah lelaki itu
langsung terhenti membuat teman-temannya yang lain bingung. Lelaki itu tidak
memperdulikan kebingungan teman-temannya dan malah menatap kedalam kelas,
kearah gadis di depan kelas yang sedang memegang sebuah gitar listrik.
“I'm Jessica Jhonson, I will
sing my artificial song entitled 'Bless Myself'.”, Ucap gadis di dalam kelas
itu yang kemudian mulai memetik gitar yang di pegangnya dan menyanyikan sebuah
lagu yang katanya aalah buatannya itu. Teman-teman Justin yang tadinya hany
memandang justin dengan bingung pun ikut bergabung bersama Justin memandang
gadis di dalam kelas itu yang sedang bernyanyi.
“There's a little secret
I would like to tell you
There's a book of lies
I know they'll try to sell you
And they'll try, and they'll try
To convince you to buy you need 'em
So the next time you're down
Look inside not around.
I would like to tell you
There's a book of lies
I know they'll try to sell you
And they'll try, and they'll try
To convince you to buy you need 'em
So the next time you're down
Look inside not around.
I can bless myself
There's no need for someone's help
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can justify all the mistakes in my life
It's taught me to be, it's givin' me me
And I'll survive
'Cause I have blessed myself.”
Para kumpulan lelaki di luar itu terpukau begitu
mendengar suara gadis di dalam kelas itu. Suara gadis itu begitu indah dan
menyanyikan sebuah lagu yang bermakna sangat dalam. Justin pun tidak bisa
memalingkan tatapannya sedetikpun dari gadis itu. Gadis yang sangat ingin ia
temui sejak 3 tahun yang lalu. Paras Gadis itu terlihat semakin Cantik setelah
lama tidak bertemu. Justin mendengar kalau jessy cukup populer di kampus ini.
Hampir semua siswa di kampus itu mengenalnya karena kecantikan yang gadis itu
miliki dan tentu saja itu berhasil membuat Justin cemburu. Justin mengenal
Jessy dan mengetahui kecantikan gadis itu lebih dulu dari orang-orang di kampus
ini dan dia merasa sangat kesal karena semua orang telah tau kecantikan gadis
itu. Setelah dulu Justin mati-matian menutupi kecantikan gadis itu, sekarang
dengan mudahnya para laki-laki di kampus ini dapat menikmati dan melihatnya
begitu saja. Justin kesal, tapi dia tidak memiliki hak untuk melarang Jessy
menjadi cantik. Gadis itu punya kehidupannya sendiri dan cukup bagi Justin
untuk membuat gadis itu terus menderita dan terus menutup dirinya. Justin
kemari untuk memerbaiki semuanya lagi, meski gadis di dalam sana tidak tau
kalau Justin juga berkuliah di kampus dan jurusan yang sama dengannya. Justin
cukup Populer di kampus ini tetapi dia berusaha untuk menampakkan dirinya pada
Jessy terlebih dahulu. Lelaki itu ingin mencari waktu yang tepat untuk menemui
gadis itu dan memperbaiki semuanya. Ya, semoga semuanya akan kembali seperti
dahulu kala. Batin lelaki itu.
“I have searched the world to find
There's nothing better
Than when me, myself and I
Can come together
And I know for a fact
There's a spirit I lack called defend
Yeah I've been through it all
Just to find in the end
I can bless myself
There's no need for someone's help
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can justify all the mistakes in my life
It's taught me to be, it's givin' me me
And I'll survive
'Cause I have blessed myself.
Do you ever wonder
How anything can make you cry
Have yourself discover
There's nothing better
Than when me, myself and I
Can come together
And I know for a fact
There's a spirit I lack called defend
Yeah I've been through it all
Just to find in the end
I can bless myself
There's no need for someone's help
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can justify all the mistakes in my life
It's taught me to be, it's givin' me me
And I'll survive
'Cause I have blessed myself.
Do you ever wonder
How anything can make you cry
Have yourself discover
That the pain you feel
Is the pain that you deny in your life
So open up your eyes
You can bless yourself
There's no need for someone else
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can bless myself
There's no need for someone's help
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can justify all the mistakes in my life
It's taught me to be, it's givin' me me
And I'll survive
'Cause I have blessed myself.
La La La La La
La La La La La
I will survive
'Cause I have blessed myself.”
Is the pain that you deny in your life
So open up your eyes
You can bless yourself
There's no need for someone else
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can bless myself
There's no need for someone's help
There's no one to blame
There's no one to save you but yourself
I can justify all the mistakes in my life
It's taught me to be, it's givin' me me
And I'll survive
'Cause I have blessed myself.
La La La La La
La La La La La
I will survive
'Cause I have blessed myself.”
Gadis di dalam sana telah menyelesaikan lagunya dan
keheningan terjadi di dalam kelas sana. Dah hal yang sama terjadi pada lelaki
di luar. Mereka semua terdiam, takjub dengan apa yang baru saja mereka dengar
barusan. Seakan gadis di dalam sana baru saja menyanyikan sebuah nyanyian dari
surga. Tapi hal berbeda yang terjadi pada Justin. Berbagai pertanyaan dia
lontarkan dalam batinnya mengomentari lagu yang gadis itu buat dan nyanyikan
dan mengomentari tentang gadis juga tentunya. Suaranya indah, sangat indah. Tapi apa lagu itu Untukku? Jessy telah melupakanku? Jessy menyerah dan berhenti
untuk mencintaiku?Apa dia sudah memiliki pengganti ku di hatinya? Apa kah dia
benar-benar telah membuang semuanya tentangku?Lagu yang dia nyanyikan itu
seakan menggambarkan kalau dia sudah membuang semuanya tentang ku, semua hal
menyakitkan yang telah aku buat kepadanya. Apa masih ada kesempatan untukku?
Justin sibuk dengan fikirannya sendiri sampai akhirnya dia mendengar suara
tepuk tangan yang meriah dari dalam ruangan itu. Bibirnya mengukir sebuah
senyuam bangga pada gadis di dalam itu yang Juga sedang tersenyum puas.
“Kau lihat tadi? Sumpah itu adalah suara terindah yang
pernah aku dengar. Jessica Jhonson benar-benar gadis yang luar biasa. Dia tidak
hanya cantik dan pntar tapi juga memiliki suara yang bagus. Ah tidak salah
kalau dia populer di kampus ini”, Ucap lelaki berdarah asli perancis yang
merupakan salah satu dari teman Justin.
“Yeah, bahkan aku juga mengincarnya dari pertama masuk ke
kampus ini dan melihatnya. Dia—sangat cantik!”, lanjut yang lainnya berkomentar
tentang gadis di dalam kelas itu. Justin yang kesal karena mendengar komentar
dari teman-temannya itu pun segera menarik teman-temannya itu untuk pergi dari
sana membuat salah sau temannya yang masih asyik memandangi kecantikan dari
Jessy terhenti dan hanya bisa merasa kesal. Rupanya Perjuangan Justin untuk
mendapatkan Jessy semakin sulit saja di sini karena gadis itu terlampau populer
sekarang.
Megan Young as Megan
Marine Lorphelin as Jade
Logan Lerman as Tristan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar