Rabu, 11 Juni 2014

Different - Chapter 4



Warning: Jangan membaca jika anda tidak menyukai tulisan saya. Cerita ini murni dari otak saya tanpa ada satupun ide yang menjiplak dari orang lain, jadi di mohon untuk tidak meniru, menjiplak atau meng copy tulisan saya tanpa izin dari saya. Mohon maaf untuk banyaknya typo, tulisan yang tidak jelas, anehnya alur cerita dan kurang menariknya cerita. Semua kesalahan kembali lagi kepada saya yang hanya manusia biasa. Selamat menikmati cerita buatan saya ini.





“Bagai mana kalau sekarang kita berteriak melepaskan semua perasaan kita agar angin dan ombak membawa semua rasa sedih dan kesal itu pergi.”


***

            Cahaya Matahari telah kembali menghangatkan dunia dan dengan malu-malu mengintip lewat celah jendela kamar Summer. Summer yang begitu kelelahan karena aktifitas yang menyenangkan kemarin bangun dengan malas dan segera bersiap untuk pergi sekolah. Ada perasaan malas untuk pergi sekolah begitu mengingat Kevin akan berada di sana juga. Setengah hati Summer bahagia karena segala hal bersama Justin kemarin, tapi setengah hatinya lagi bersedih karena seorang lelaki yang menghianatinya.
            Summer telah siap dan baru saja akan melangkah menuju meja makan untuk mengambil sandwich nya sebagai sarapan ketika matanya menatap sebuah berita yang tida enak di dengar di Tv. Berita tentang Justin dari TMZ, dan berita buruk tentunya. Media memang paling senang membuat berita buruk untuk lelaki yang tengah berada di puncak popularitas itu. Summer tidak mengerti kenapa Paparazzi tidak memiliki pekerjaan yang lebih berguna selain mengarang berita yang merugikan orang lain. kenapa mereka tidak menyorot artis lainnya atau kenap mereka tidak memberitakan hal-hal baik tentang justin. Kelakuan Justin tidak selalu buruk. Masih banyak hal baik dari Justin yang bisa mengispirasi yang harusnya di tayangkan di berita untuk memberikan contok kepada artis atau orang-orang lainnya, berita seperti Amal yang sering di lakukan oleh lelaki itu. Tapi sekuat apa Summer dan para Beliebers lainnya berteriak memperotes para paparazzi seperti telah menutup kupingnya. Mungkin mereka sudah sangat gila, atau mereka mabuk? Entahlah, yang jelas mereka adalah orang-orang yang seharusnya di musnahkan di dunia ini atau paling tidak di deportasi dari Amerika, bukan Justin.
            Kuping Summer panas saat mendengar berita tentang Justin yang di tuduh mencuri kamera orang dan berita lainnya yang tidak kalah parahnya dari berita pertama itu. Tapi sesaat kemudian Summer tertawa mendengar berita konyol tak berbobot buatan TMZ itu. Mereka begitu tidak punya otaknya sampai membuat berita lucu seperti itu. Yang benar saja?! Seorang Justin bieber mencuri kamera orang? OMG! Jangankan satu kamera, bahkan perusahaan kamera pun mampu di beli oleh lelaki itu. Dia adalah orang yang sangat kaya dan kekayaan itu bahkan terus mengalir setiap harinya. Ok lupakan tentang berita itu!
            Summer kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti karena berita konyol itu. Gadis itu mengambil sandwichnya yang telah tersedia di meja makan dan segera masuk ke dalam mobil Dad nya karena dia memang telah terlambat. Selama di perjalanan menuju sekolah Summer sibuk menghabisan sarapannya sambil membuka kembali Twitternya mengguakan Iphonenya. Ha pertama yang di cek oleh gadis itu adalah profil Justin dan gadis itu menemukan beberapa Status aru milik Justin yang baru di buat beberapa menit yang lalu. Status Justin itu membuat Summer sedih karena lelaki itu membuat sebuah status yang menggambarkan perasaan sedhnya.

            “It is hard to defend myself and my privacy every moment of the day. Then to see rumors. The truth will set u free pic.twitter.com/tYFzKYlcrF”
            “My mom raised me to be kind to others. I get judged, harassed, and I try to take the high road. Sometimes it isn't easy. But we keep trying”
            “I will continue to be the man my mother raised. I love people and I will try to be kind even when things are not fair. Don't believe rumors”
            “Thanks for those who stick by me and those that help me grow everyday. I love you.”
            “Off to have fun and smile with friends. I'm human. I feel. I hurt. But I got thick skin too. I can handle it. I love you”

            Status-status baru Justin itu sudah sangat jelas menggambarkan rasa lelah, kecewa, dan sedihnya kepada Media yang selalu membuat pemberitahuan buruk tetangnya dan tidak mau memberikannya privasi. Jika Summer menjadi Justin saat ini mungkin ia telah menangis dan berteriak sekencang-kencangnya karena lelah dengan semua itu. Tapi ini lah Justin. Dia tidak mau terlihat lemah di depan Beliebersnya, dia tidak mau membuat para beliebersnya sedih. Dia lelaki yang selalu berpura-pura kuat dan Justru membuat dirinya sendiri terluka dan lelah dengan semua kebohongannya itu.
            Saking seriusnya dengan pemberitaan buruk dan Status-status sedih Justin di Twitter membuat Summer tidak sadar kalau mobil telah berhenti di depan sekolahnya. Gadis itu baru sadar ketika Dad nya mencolek bahunya yang membuat gadis itu terkejut.

            “Belakangan ini kamu selalu melamun sendiri. Ada apa sayang? Apa ada masalah?”, tanya Dad Summer pada gadis satu-satunya itu.
            “Ah—emm... aku tidak apa-apa Dad. Aku hanya sedang memikirkan sesutu, tapi bukan masalah yang berat, hanya hal yang tidak begitu penting.”, Jawab Summer berbohong. Tentu tidak mungkin kan kalau ia mengatakan kalau belakangan ini ia sering melamun karena Justin dan masalahnya dengan Kevin. Summer pun segera berpamitan kepada Dadnya dan melangkah keluar mobil dan segera pergi menuju kelasnya. Belum sampai di kelasnya Summer telah bertemu Kevin di lorong membuat nafas gadis itu terhenti selama beberapa saat.

            “Hi Babe.”, sapa Kevin seperti biasanya jika bertemu dengan Summer. Sapaan yang biasanya membuat Summer senang tapi sekarang Justru mebuat gadis itu tidak ingin mendengarnya.
            “H—hai”, balas Summer canggung karena tidak siap untuk bertemu lelaki it sepagi ini.
            “Aku mau mengembalikan buku Sejarah yang ku pinjam kemarin. Terimaksih telah meminjamkan, aku jadi tidak kena hukuman oleh Mrs. Tunner.”
            “Sama-sama.”, jawab Summer singkat dengan senyum palsunya.
            “Emm... aku ingin ke kelas Dave dulu untuk mengembalikan buku Biologinya. Sampa bertemu nanti siang”, Kevin mencium pipi Summer sekilas kemudian pergi membuat tubuh Summer mematung kaget. Summer tidak bisa mendeskripsikan perasaanya sendiri saat ini. ia tidak tau apakah ia senang dengan tindakan lelaki itu tadi atau Justru sedih karena kebohongannya. Apa pun itu hanya membuat Summer pusing. Akhirnya Summer pun kembali melanjutkan langkahnya menuju kelasnya. Baru saja akan melangah, kaki Summer merasakan benturan kecil pada sebuah benda. Summer menemukan sebuah buku kecil yang terjatuh di dekat kakinya. Gadis itu memungut buku kecil tersebut dan berusaha menemukan nama dari pemilik buku tersebut. Summer menemukan nama Kevin Road tertera di halaman pertama buku itu yang menandakan kalau itu milik Kevin. Mungkin buku itu terjatuh saat Kevin mencium pipinya tadi. Summer pun memutuskan untuk mengembalikan buku tersebut nanti siang saat jam istirahat karena memang sekarang waktunya tidak cukup untuk mengembalikan buku itu. Summer kembali berjalan menuju kelasnya.


            Jam telah memasuki waktu Istirahat. Dengan sigap Suer segera meraih buku kecil milik Kevin yang ia pungut tadi dan pergi menuju kelas lelaki itu. Begitu sampai di kelas lelaki itu Summer tidak bisa menemukan lelaki itu sama sekali dan pada akhirnya Summer mencoba bertanya kepada salah seorang teman sekelas Kevin.

            “Hei Steven, do you know where’s kevin?”
            “I Don’t know. but i think he go to the library, cause i see he bring some book.”
            “Oh, ok. Thank you”

            Summer pun segera pergi menuju Perpustakaan meski merasa agak aneh begitu mendengar lelaki itu pergi ke sana. Itu tempat yang sangat-sangat jarang di datangi lelaki itu kecuali denga terpaksa. Lalu ada urusan apa sekarang lelaki itu pergi ke sana?
            Saat berjalan menuju perpustakaan Summer elihat sepasang kekasih yang tengah berduaan di sebuah lorong sepi yang berlawanan dengan arah Perpustakaan. Perpustakaan menuju ke kanan dan lorong itu menuju ke kiri. Summer tidak tau siapa mereka tapi Summer bisa melihat dengan jelas kalau mereka tengah bercuman sangat mesrah membuat Summer jijik sendiri melihat adegan mereka. Baru saja Summer akan melanjutkan berjalan ke arah Perpus, sayup-sayup tapi jelas Summer bisa mendengar Suara gadis yang menyebutan nama ‘Kevin’ dan di lanjutkan dengan suara Kevin yang sangat Summer kenal. Summer kembali berpaling menatap pasangan tersebut yang ternyata masih asyik berciuman di pojok lorong sepi tersebut. Tidak terasa air mata menetes ke pipi gadis itu di sertasi rasa sakit yang tak terkira yang menusuk-nusuk hati Summer. Tidak sadar, Summer menjatuhkan buku kecil milik Kevin yang ia bawa sehingga menciptakan bunyi yang cukup keras yang membuat kedua pasangan itu menghentikan aksinya dan menatap Summer yang masih berdiri mematung. Kevin Memelototkan matanya saat sadar kalau Summer menatapnya dengan air mata yang telah mengalir dari mata gadis itu. Tida mau lebih lama melihat semua hal menyakitkan itu, Summer pun pergi meninggalkan kedua orang itu yang mematng. Tapi sesaat kemudian Kevin berlar mengejar Summer sambil meneriaki nama gadis itu.

            “Sam!!!”, Teriak lelaki itu di sela pengejarannya.
            “Summer!!”, Kevin tersu berteriak memanggin nama Summer yang saat ini masih terus berlari tanpa memperdulikan dirinya.
            “Summer! Sam, dengarkan aku dulu!”, ucap lelaki itu saat berhasil merai lengan Summer dan menghentikan pelarian gadis itu.
            “It’s not like what you think, i—”
            “You What Kevin?! You wanna say if that not like what i see? not like what i think? i know the fact and i can see what are you doing with her. YOU KISS HER KEV, KISS HER IN HER LIPS!!!!”, teriak Summer yang akhirnya membuka suaranya, beruntung keadaan di sekkitar mereka sangat sepi.
“Ini bukan pertama kalinya aku liat kamu cium dia. Sebelumnya aku pernah liat kamu ciuaman sama dia di taman beberapa minggu yang lalu. Aku coba buat gak percaya dengan apa yang aku liat, aku berusaha  bohongin diri aku sendiri. Tapi ini sakit Kev, SAKIT!! Kamu gak pernah tau bagai mana rasanya jadi aku yang ngeliat pacarnya ciuman dengan gasdis lain dan berbohong di depan aku. Kamu gak pernah bisa ngerasain rasanya jadi aku kev! Aku udah sabar selama ini tapi aku fikir ini udah lebih dari cukup. Aku rasa kita udah gak bisa sama-sama lagi. We over now!”, satu kata terakhir yang selama ini berat di ucapkan oleh Summer pun akhirnya ia katakan juga. Keputusan sangat berat yang memang seharusnya sudah Summer ambil sejak lama, tapi hatinya selalu menghalanginya mengatakan hal itu. Tapi kali ini habis sudah kesabaran gadis itu.
Dengan mata yang sembab karena air mata Summer kembali melanjkan langkahnya, meninggalkan Kevin yang masih terdiam kaku akibat kaget di putuskan oleh Summer. Dengan langkah gontah Summer pergi meuju Taman di bbelakang sekolah yang biasanya sepi pada jam-jam akan masuk ini. Summer memutuskan untuk membolos pelajaran untuk menenangkan dirinya.


Begitu sekolah berakhir Summer segera pulang ke rumahnya dan masuk kedalam kamarnya. Gadis itu kembali menangis di kamar, meluapkan semua rasa sedihnya hingga ia teringat kalau ia harus menemui Justin. Gadis itu segera mengelap air matanya dan membasuh mukanya dengan air. Di depan cermin gadis itu menatap pantulan wajahnya yang terlihat agak kacau. Gadis itu segera meraih bedaknya dan memolesnya ke wajahanya untuk mentupi kekacauan akibat menagis. Kemudian Summer menari ujung bibirnya membentuk lengkungan dengan kedua tangannya untuk membuat wajah tersenyum.

“Harus tersenyum! Tersenyum! Tersenyum! Yak, Tersnyum!”, mantra itu terus di ucapkan gadis itu untuk membuatnya tersenyum lebar dan meluapakan rasa sedihnya sejenak. Setelah berhasil mengenyahkan rasa sedihnya Summer segera mengganti bajunya dan mengirim SMS kepada Scooter untuk menanyakan dimana keberadaan Justin sekarang. Setelah mendapat balasan dari Scooter yang menyatakan kalau Justin sedang melakukan persidangan untuk kasusnya yang sebelumnya Summer pun segera pergi ke tempat sidang Justin dengan menggunakan taksi.

Summer telah sampai di depan tempat persidangan. Banyak sekali para Papparazzi yang telah menunggu di depan gerdung persidangan itu, menanti Justin untuk keluar dri dalam gedung. Summer kesal dengan para paparazzi itu karena mereka pasti akan membuat berita buruk lainnya tentang Justin. Akhirnya Summer pun memutuskan untuk masuk kedalam setelah mengirim SMS pada Scooter kalau ia telah sampai. Di depan pintu Summer pun di jemput oleh salah seorang bodyguard Justin yang akan mengantarnya ke dalam gedung persidangan. Persidangan Justin berjalan selama beberapa jam dimana di sana Justin di sidang atas kasus pelemperan telur ke rumah tetangganya. Sebenarnya Summer tidak begitu percaya dengan kasur itu, tapi biarlah hukum yang menegakkan kebenarannya dan Beliebers hanya memiliki tgas menghibur Justin di saat Justin, mendukungnya di saat terpuruk dan menunjukkan hal-hal yang seharusya tidak di lakukan olehnya, dan membantah segala kabar buruk palsu yang di buat oleh media. Justin dan beliebers memiliki hubungan yang kuat, tidak akan terpisahkan karena kami kuat karena saling percaya.
Setelah beberapa jam persidangan yang melelahkan itu pun berakhir juga. Summer segera mengampiri Justin yang tampak menekuk mukanya setelah persidangan itu. Satu hal yang Summer tidak suka adalah di saat Summer tepat berada di depan Justin, lelaki itu segera memasang senyum palsunya padahal summer bisa melihat dari mata lelaki itu kesedihan dan kekesalan yang tergambar jelas dari sorot matanya. Summer hanya bisa memeluk lelaki itu yang di balas oleh Justin, kemudian Summer memasang senyum termanis untuk idolanya itu dan menarik lengan lelaki itu untuk mengikutinya. Begitu telah berada di tempat sepi Summer pun melepas genggaman tangannya dari lengan lelaki itu.

“ini masih hari ku kan?”, tanya Summer dengan senyum yang menggembang.
“Yeah. Kau mau apa hari ini?”, jawab Justin yang di sambbung dengan pertanyaan.
“Ke rumah mu!”, mendengar jawaban gadis itu Justin hanya bisa menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Ia bingung kenapa gadis di depannya itu begitu senang pergi ke rumahnya, apa kah ada yang spesial dari rumahnya? Tapi tanpa membantah lagi Justin pun meraih lengan Summer dan menarik gadis itu untuk berjalan menuju mobil.
Begitu berada di luar gedung Summer harus menutupi matanya dengan telapak tangannya karena puluhan lampu flas dari kamera Paparazzi yang menyilaukan matanya. Justin yang menyadari ketidakbiasaan gadis itu dengan lampu flas itu pun segera memeluk gadis itu dengan erat sambi mencoba menutupi gadis itu dengan jaketnya yang di lepas dan di lebarkan untuk menutupi kepala mereka berdua. Dan setelah perjuangan yang cukup keras menerobos puluhan paparazzi di luar ahirnya mobil Justin pun dapat berjalan dengan santai menuju rumah Justin.


Summer telah berada di rumah Justin saat ini, terduduk di sofa empuk yang berada di ruang santai rumah Justin tepat di samping Justin yang kini juga tengah terduduk di sebelahnya sambil merebahkan kepalanya ke bantal empuk dan menyelonjorkan kakinya ke bangku kecil

“Aku melihat pemberitaan buruk tentang mu lagi tadi pagi dan hal itu langsung sukses membuat hari ku buruk.”, tutur Summer yang membuat Justin menatap gadis itu.
“Aku tidak tau bagaimana rasanya jadi dirimu yang terus mendapatkan berta seperti itu setiap harinya. Jika aku jadi mu pasti aku sudah gila. Ternyata menjadi artis itu tdak menyenangkan”, lanjut Summer sedangkan Justin hanya terdiam mendengarkan gadis itu berbicara.
“Semua itu semakin berat terlebih lagi kamu selalu berusaha terlihat senang di depan kami, semua penggemar mu Justin. Tanpa kau lakukan hal itu pun kami sudah tau kalau kau tidak terlihat seperti apa yang terlihat di wajahmu. Aku tau lelahnya menahan segala perasaan, karena—aku juga pernah merasakannya. Jadi mau kah kamu mengeluarkan apa yang kau rasakan semuanya padaku. Aku mau kamu menjadikan aku siapa pun saja. Kau bisa memarahiku sepuas mu, meneriaki ku, menganggap ku sebagai Para paparazzi di luar sana atau pun menjadi orang-orang yang telah membuat mu kesal.”, Justin tetap terdiam sekan tidak mengerti dengan apa yang Summer katakan.
“Justin? Apa kau mengerti dengan yang ku katakan tadi?”
“Ah, yeah. But...”
“Ini bukan permintaan Justin, tapi perintah. Ini hari ku kan? Jadi kamu harus melakukan apa yang aku minta selama  itu tidak melanggar peraturan yang telah di buat dan ini sama sekali tidak melanggar. Ayo lah Justin. Bentak aku! Marahi aku! Anggap aku para paparazzi yang telah membuat berita buruk tentang mu! Anggap aku para haters mu! Anggap aku orang-orang yang mau melihat mu Jatuh! Keluarkan semua yang kau rasakan! Ayo Justin! Tidak akan ada yang menengarkan selain aku!”, Justin masih tetap terdiam menatap ke arah Summer dengan sorot ragu.
“ayo lah Justin! Apa kau tidak mau aku mendengar masaah mu? Kalau iya aku akan menutup kuping ku agar aku tidak mendengar apa yang akan kau katakan. Kau juga bisa mengeluarkan perasaan terpendam mu tentang seorang gadis yang membuat mu sakit hati atau membuat mu sedih. ”, masih saja hening.

Summer hanya bisa menekuk wajahnya dan mehembusan nafas berat karena lelaki itu Justru terdiam. Padahal Summer bisa melihat kalau lelaki itu tadi ingin menurutinya, tapi entah apa yang menahannya. Summer pun terdiam, berfikir bagai ana caranya agar lelaki itu mau mengeluarkan perasaannya agar lebih enteng. Tiba-tba sebuah ide terlintas di kepala gadis itu.

“Aku mulai bosan di rumah mu. Bagai mana kalau kita ke pantai? Tapi aku mau pantai yang dekat dengan tebing. Kau tau tempat seperti itu?”, Justin tampak berfikir dan kemudian mengangguk. Pada akhirnya mereka pun pergi keluar dari rumah Justin menuju tempat seperti yang di inginkan oleh Summer. Di sepanjang perjalanan Summer sibuk menggirim SMS kepada Scooter untuk mengatakan kepada pihak penyelenggara kuis untuk mengizinkan mereka berdua pergi tanpa ada pengganggu seperti Paparazzi. Summer tidak mau ada Paparazzi lagi sampai seminggu miliknya usai. Sudah cukup dengan para pengganggu itu. Biarkan Seminggu ini Justin tenang tanpa mereka meski hanya ketika bersama Summer saja.


Justin dan Summer pun telah sampai ke sebuah pantai bertebing yang masih berada di California. Summer berjalan menelusuri pinggi pantai menuju tebing yang cukup tinggi dan terjal. Gadis itu berjalan dengan hati-hati meskipun tebing itu telah di pagari. Sesampai di daerah yang menurut Summer adalah posisi yang tepat untuk bersantai, gadis itu pun duduk yang kemudian di ikuti oleh Justin. Gadis itu terdiam menatap pemandangan pantai di sore hari yang terlihat indah. Angin pantai yang sepoi-sepoi menerbangkan rambut gadis itu kesana kemari, tetapi Summer tidak takut kalau rambutnya akan berantakkan. Setelah terdiam selama beberapa lama Summer pun mulai membuka suaranya memecah keheningan yang terjadi.

“Pemandangan di sini indah ya”
“Ya. Itu sebabnya aku suka pantai. Pemandangannya tidak pernah membuat ku bosan meski hanya ada laut, langit dan pasir. Mereka punya tingkat keindahan tersendiri.”, jawab lelaki itu sambil tersenyum menatap lurus ke arah ujung lautan.
“dan suasana pantai itu menenangkan. Terkadang aku juga suka pergi ke pantai saat aku punya masalah. Biasanya aku akan berteriak di tempat seperti ini untuk melepas kesedihan ku, karena setelah berteriak seakan masala ku telah terbawa lepas oleh angin dan ombak.”
“Yeah, you right.”, jawab lelaki itu singkat yang kembali menatap lurus ke depan setelah menatap Summer saat gadis itu berbicara barusan.

            Hening kembali tercipta. Mereka tengah sibuk dengan fikirannya masing-masing. Hanya suara angin dan ombak lah yang memberitahukan kalau mereka masih berada di dunia.

            “Justin..”, panggil Summer sambil menatap ke arah lelaki itu yang tengah asyik menatap pemandangan di depannya.
            “ya?”
            “Apa yang membuat mu takut untuk mengeluarkan perasaan mu yang sebenarnya? Bukannya cukup melelahkan memendam itu sendirian.”, Justin kembali terdiam dan menata ke arah pantai membuat Sam pun juga menatap ke arah pantai.  Summr enarik nafas dalam-dalam dan memejamkan kedua matanya.

            “Tidak hanya kau di dunia ini yang mempunyai masalah dan tidak jujur pada dunia. Aku juga begitu. Aku—terlalu takut untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan sehingga membuatku kehilangan banyak hal. Waktu, kesempatan, teman, bahkan—orang yang aku cintai”, air mata mengalir dari celah mata Summer, membasahi kedua pipi lembut gadis tersebut. Summer memang telah berjanji untuk tidak menangis di depan Justin. Ia ingin menguatkan leaki itu tapi ia sendiri juga tidak dalam ke adaan yang kuat. Ia juga hanya gads lemah yang pura-pura tegar dengan menyebunyikan semua itu dengan senyuman. Bukan kah mereka tidak berbeda jauh? Sama-sama membohongi dunia dengan sebuah senyuman.

            “Äku ini gadis yang tidak beruntung dalam berbagai hal termaksud percintaan. Sudah beberapa kali semua orang yang ku cintai berpisah dengan ku karena mereka berselingkuh”, ucapan Summer tersebut sukses membuat Justin yang sejak tadi tidak menatap Summer kini menatap ke arah gadis itu dengan lekat. Mendengarkan dengan seksama setiap kata yang keluar dari gadis itu, cerita tentang perasaan terpendam gadis itu selama ini. cerota yang menyedihkan yang berhasil membuat tembok pertahanan gadis itu runtuh.

            “aku gadis yang tidak bisa jujur dengan perasaan ku. Aku menyembunykan semuanya sendirian. Perasaan cemburu, sedih, senang, dan kesepian. Aku terlalu takut mengatakannya. Aku takut mereka semua kesal dengan ku karena terlalu egois, dan cemburu. Tapi ternyata karena sikap acuh dan tidak jujur itu lah aku kehilangan orang yang aku cintai untuk yang kesekian kalinya. Bahkan tadi pagi aku baru saja kehilangan orang yang sangat aku cintai untuk yang kesekian kalinya, dengan penyebab yang sama.”, Summer menyekat air matanya yang telah membuat pipinya basah, tetapi setiap ia menyekat pipinya air mata itu terus saja kembali membasahi pipinya itu. Air matanya tak kunjung berhenti saat mengingat semua kenangan tentang Kevin dna mantan-mantannya yang lain.
            “Aku melihat Kevin berselngkuh dengan seorang gadis populer di sekolah ku dan aku hanya diam. Aku mencoba melupakan seua itu dan menganggap kalau pengelihatan ku yang salah. Aku kira dia berbeda dengan yang lain karena dia begitu baik, manis dan perhatian dengan ku. Dia berbeda denga lelaki yang lainnya, itu yang ku fikirkan pertama kalli ketika jatuh cinta dengannya. Tap—dia sama.”, Summer berhenti sejenak, mencoba mengendalikan nafasya yang mulai tidak terkendali karena tangisannya yang semakin menjadi d tambah sesak di dadanya yang seakan menusuk-nusuknya dari dalam.
            “aku terus sabar. Aku tetap diam. Tetap bersikap biasa saat bertemu dengannya. Memendam semua rasa sakit ini sendiran. Hingga tadi pagi—aku memergokinya berciuman kembali dengan gadis itu, di deapan mataku. Rasanya seperti ada yang meeras hatiku dari dalam, menusuknya dan menghempasnya. Itu rasanya sakit!”
            “Ke sabaran ku telah habis. Aku lelah dengan semua itu. Pada akhirnya aku pun mengucapkan kata itu juga. Aku memutuskannya. Tapi hatiku terus memberontak dan mengatakan aku tidak mampu. Aku masih mencintainya.  Sekarang aku tidak mengerti harus bersikap bagaimana. Apa pilihan ku itu salah? Tapi rasa sakit ini juga tidak sanggup lagi aku pendam.”, Summer memendam mukanya kedalam kedua telapak tangannya, menumpahkan seluruh air matanya di sana hingga terasa sebuah tangan kekar menariknya kedalam dekaan hangat yang menenangkan. Justin memeluk Summer dengan erat. Mengusap punggung gadis itu dengan lembut. Mencoba menenangkan gadis itu. Di saat pelukan itu Otak Justin pun terus berbicara mengatakan kalau ternyata memang bukan hanya dia yang memiliki hidup yang berat. Masih banyak orang di dunia ini yang memiliki masalah yang lebih berat darinya. Dan Justin pun mulai membenarkan perkataan gadis di pelukannya itu tentang perasaan yang harus di keluarkan akan membuat diri menjadi lebbih lega.

“Pilihan mu itu tidak salah. Dia yang tidak beruntung karena telah menyianyiakan gadis baik seperti dirimu. Dia tidak mengetahui seberapa spesialnya dirimu. Aku yakin kau pasti akan menemukan lelaki lain yang lebih baik dan mencintaimu dengan tulus dan apa adanya. Dan di saat lelaki itu datang nanti, kamu pasti akan dengan berani mengungkapkan semua yang kamu rasakan padanya. kamu akan percaya dengannya karena ia akan meerima mu apa pun sifatmu.”, Justin melepas pelukannya dari Summer dan menark gadis itu untuk menatapnya. Justin tersenyum kepada gadis itu sambil kedua tangan lelaki itu menyekat air mata yang tertinggal di pipi gadis itu.

“Bagai mana kalau sekarang kita berteriak melepaskan semua perasaan kita agar angin dan ombak membawa semua rasa sedih dan kesal itu pergi.” Summer hanya mengangguk dan bangkit dari duduknya di ikuti dengan Justin.
“Bersama-sama!!”, ucap gadis itu yang kemudian mereka pun berterak melepas semua penat yang telah lama di penda sendirian dalam hati itu. Setelah usai beretriak masing-masing dar mereka merasa setengah dari perasaan yang mengganjal mereka telah hilang, menyisakan senyuman dan tawa tulus yang terukir di bibir mereka masing-masing.


Tidak terasa langit orange di sore hari telah berganti dengan langit hitam gelap malam yang di penuhi dengan taburan ribuan kerlap-kerlip bintang. Dengan beralaskan kain tipis Justin dan Summer merebahkan diri, menatap bintang di langit cerah berdua sambil saling menebak rasi bintang yang terbentuk di langit tersebut. Hingga akhirnya mereka lelah dan memutuskan untuk pulang. Hari yang melelahkan dan penuh dengan gejolak emosi yang berakhir dengan kebahagiaan. Harapan mereka masing-masing adalah semoga hari akan terus berjalan seindah malam ini.



Justin Dan Summer Melihat Bintang bersama



Kevin. Pacar.. Eh mantan deh.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar