Warning: Jangan
membaca jika anda tidak menyukai tulisan saya. Cerita ini murni dari otak saya
tanpa ada satupun ide yang menjiplak dari orang lain, jadi di mohon untuk tidak
meniru, menjiplak atau meng copy tulisan saya tanpa izin dari saya. Mohon maaf
untuk banyaknya typo, tulisan yang tidak jelas, anehnya alur cerita dan kurang
menariknya cerita. Semua kesalahan kembali lagi kepada saya yang hanya manusia
biasa. Selamat menikmati cerita buatan saya ini.
“Bagai mana kalau sekarang kita
berteriak melepaskan semua perasaan kita agar angin dan ombak membawa semua
rasa sedih dan kesal itu pergi.”
***
Cahaya
Matahari telah kembali menghangatkan dunia dan dengan malu-malu mengintip lewat
celah jendela kamar Summer. Summer yang begitu kelelahan karena aktifitas yang
menyenangkan kemarin bangun dengan malas dan segera bersiap untuk pergi
sekolah. Ada perasaan malas untuk pergi sekolah begitu mengingat Kevin akan
berada di sana juga. Setengah hati Summer bahagia karena segala hal bersama
Justin kemarin, tapi setengah hatinya lagi bersedih karena seorang lelaki yang
menghianatinya.
Summer
telah siap dan baru saja akan melangkah menuju meja makan untuk mengambil sandwich
nya sebagai sarapan ketika matanya menatap sebuah berita yang tida enak di
dengar di Tv. Berita tentang Justin dari TMZ, dan berita buruk tentunya. Media
memang paling senang membuat berita buruk untuk lelaki yang tengah berada di
puncak popularitas itu. Summer tidak mengerti kenapa Paparazzi tidak memiliki
pekerjaan yang lebih berguna selain mengarang berita yang merugikan orang lain.
kenapa mereka tidak menyorot artis lainnya atau kenap mereka tidak memberitakan
hal-hal baik tentang justin. Kelakuan Justin tidak selalu buruk. Masih banyak
hal baik dari Justin yang bisa mengispirasi yang harusnya di tayangkan di
berita untuk memberikan contok kepada artis atau orang-orang lainnya, berita
seperti Amal yang sering di lakukan oleh lelaki itu. Tapi sekuat apa Summer dan
para Beliebers lainnya berteriak memperotes para paparazzi seperti telah
menutup kupingnya. Mungkin mereka sudah sangat gila, atau mereka mabuk?
Entahlah, yang jelas mereka adalah orang-orang yang seharusnya di musnahkan di
dunia ini atau paling tidak di deportasi dari Amerika, bukan Justin.
Kuping
Summer panas saat mendengar berita tentang Justin yang di tuduh mencuri kamera
orang dan berita lainnya yang tidak kalah parahnya dari berita pertama itu.
Tapi sesaat kemudian Summer tertawa mendengar berita konyol tak berbobot buatan
TMZ itu. Mereka begitu tidak punya otaknya sampai membuat berita lucu seperti
itu. Yang benar saja?! Seorang Justin bieber mencuri kamera orang? OMG!
Jangankan satu kamera, bahkan perusahaan kamera pun mampu di beli oleh lelaki
itu. Dia adalah orang yang sangat kaya dan kekayaan itu bahkan terus mengalir
setiap harinya. Ok lupakan tentang berita itu!
Summer
kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti karena berita konyol itu. Gadis
itu mengambil sandwichnya yang telah tersedia di meja makan dan segera masuk ke
dalam mobil Dad nya karena dia memang telah terlambat. Selama di perjalanan
menuju sekolah Summer sibuk menghabisan sarapannya sambil membuka kembali
Twitternya mengguakan Iphonenya. Ha pertama yang di cek oleh gadis itu adalah
profil Justin dan gadis itu menemukan beberapa Status aru milik Justin yang
baru di buat beberapa menit yang lalu. Status Justin itu membuat Summer sedih
karena lelaki itu membuat sebuah status yang menggambarkan perasaan sedhnya.
“It is hard to defend myself and my privacy
every moment of the day. Then to see rumors. The truth will set u free
pic.twitter.com/tYFzKYlcrF”
“My mom raised me to be kind to
others. I get judged, harassed, and I try to take the high road. Sometimes it
isn't easy. But we keep trying”
“I will continue to be the man my
mother raised. I love people and I will try to be kind even when things are not
fair. Don't believe rumors”
“Thanks for those who stick by me
and those that help me grow everyday. I love you.”
“Off to have fun and smile with
friends. I'm human. I feel. I hurt. But I got thick skin too. I can handle it.
I love you”
Status-status
baru Justin itu sudah sangat jelas menggambarkan rasa lelah, kecewa, dan
sedihnya kepada Media yang selalu membuat pemberitahuan buruk tetangnya dan
tidak mau memberikannya privasi. Jika Summer menjadi Justin saat ini mungkin ia
telah menangis dan berteriak sekencang-kencangnya karena lelah dengan semua
itu. Tapi ini lah Justin. Dia tidak mau terlihat lemah di depan Beliebersnya,
dia tidak mau membuat para beliebersnya sedih. Dia lelaki yang selalu
berpura-pura kuat dan Justru membuat dirinya sendiri terluka dan lelah dengan
semua kebohongannya itu.
Saking
seriusnya dengan pemberitaan buruk dan Status-status sedih Justin di Twitter
membuat Summer tidak sadar kalau mobil telah berhenti di depan sekolahnya.
Gadis itu baru sadar ketika Dad nya mencolek bahunya yang membuat gadis itu
terkejut.
“Belakangan
ini kamu selalu melamun sendiri. Ada apa sayang? Apa ada masalah?”, tanya Dad
Summer pada gadis satu-satunya itu.
“Ah—emm...
aku tidak apa-apa Dad. Aku hanya sedang memikirkan sesutu, tapi bukan masalah
yang berat, hanya hal yang tidak begitu penting.”, Jawab Summer berbohong.
Tentu tidak mungkin kan kalau ia mengatakan kalau belakangan ini ia sering
melamun karena Justin dan masalahnya dengan Kevin. Summer pun segera berpamitan
kepada Dadnya dan melangkah keluar mobil dan segera pergi menuju kelasnya.
Belum sampai di kelasnya Summer telah bertemu Kevin di lorong membuat nafas gadis
itu terhenti selama beberapa saat.
“Hi
Babe.”, sapa Kevin seperti biasanya jika bertemu dengan Summer. Sapaan yang
biasanya membuat Summer senang tapi sekarang Justru mebuat gadis itu tidak
ingin mendengarnya.
“H—hai”,
balas Summer canggung karena tidak siap untuk bertemu lelaki it sepagi ini.
“Aku
mau mengembalikan buku Sejarah yang ku pinjam kemarin. Terimaksih telah
meminjamkan, aku jadi tidak kena hukuman oleh Mrs. Tunner.”
“Sama-sama.”,
jawab Summer singkat dengan senyum palsunya.
“Emm...
aku ingin ke kelas Dave dulu untuk mengembalikan buku Biologinya. Sampa bertemu
nanti siang”, Kevin mencium pipi Summer sekilas kemudian pergi membuat tubuh
Summer mematung kaget. Summer tidak bisa mendeskripsikan perasaanya sendiri
saat ini. ia tidak tau apakah ia senang dengan tindakan lelaki itu tadi atau
Justru sedih karena kebohongannya. Apa pun itu hanya membuat Summer pusing.
Akhirnya Summer pun kembali melanjutkan langkahnya menuju kelasnya. Baru saja
akan melangah, kaki Summer merasakan benturan kecil pada sebuah benda. Summer
menemukan sebuah buku kecil yang terjatuh di dekat kakinya. Gadis itu memungut
buku kecil tersebut dan berusaha menemukan nama dari pemilik buku tersebut.
Summer menemukan nama Kevin Road tertera di halaman pertama buku itu yang menandakan
kalau itu milik Kevin. Mungkin buku itu terjatuh saat Kevin mencium pipinya
tadi. Summer pun memutuskan untuk mengembalikan buku tersebut nanti siang saat
jam istirahat karena memang sekarang waktunya tidak cukup untuk mengembalikan
buku itu. Summer kembali berjalan menuju kelasnya.
Jam
telah memasuki waktu Istirahat. Dengan sigap Suer segera meraih buku kecil
milik Kevin yang ia pungut tadi dan pergi menuju kelas lelaki itu. Begitu
sampai di kelas lelaki itu Summer tidak bisa menemukan lelaki itu sama sekali
dan pada akhirnya Summer mencoba bertanya kepada salah seorang teman sekelas
Kevin.
“Hei
Steven, do you know where’s kevin?”
“I
Don’t know. but i think he go to the library, cause i see he bring some book.”
“Oh,
ok. Thank you”
Summer
pun segera pergi menuju Perpustakaan meski merasa agak aneh begitu mendengar
lelaki itu pergi ke sana. Itu tempat yang sangat-sangat jarang di datangi
lelaki itu kecuali denga terpaksa. Lalu ada urusan apa sekarang lelaki itu
pergi ke sana?
Saat
berjalan menuju perpustakaan Summer elihat sepasang kekasih yang tengah
berduaan di sebuah lorong sepi yang berlawanan dengan arah Perpustakaan.
Perpustakaan menuju ke kanan dan lorong itu menuju ke kiri. Summer tidak tau
siapa mereka tapi Summer bisa melihat dengan jelas kalau mereka tengah bercuman
sangat mesrah membuat Summer jijik sendiri melihat adegan mereka. Baru saja
Summer akan melanjutkan berjalan ke arah Perpus, sayup-sayup tapi jelas Summer
bisa mendengar Suara gadis yang menyebutan nama ‘Kevin’ dan di lanjutkan dengan
suara Kevin yang sangat Summer kenal. Summer kembali berpaling menatap pasangan
tersebut yang ternyata masih asyik berciuman di pojok lorong sepi tersebut.
Tidak terasa air mata menetes ke pipi gadis itu di sertasi rasa sakit yang tak
terkira yang menusuk-nusuk hati Summer. Tidak sadar, Summer menjatuhkan buku
kecil milik Kevin yang ia bawa sehingga menciptakan bunyi yang cukup keras yang
membuat kedua pasangan itu menghentikan aksinya dan menatap Summer yang masih
berdiri mematung. Kevin Memelototkan matanya saat sadar kalau Summer menatapnya
dengan air mata yang telah mengalir dari mata gadis itu. Tida mau lebih lama
melihat semua hal menyakitkan itu, Summer pun pergi meninggalkan kedua orang
itu yang mematng. Tapi sesaat kemudian Kevin berlar mengejar Summer sambil
meneriaki nama gadis itu.
“Sam!!!”,
Teriak lelaki itu di sela pengejarannya.
“Summer!!”,
Kevin tersu berteriak memanggin nama Summer yang saat ini masih terus berlari
tanpa memperdulikan dirinya.
“Summer!
Sam, dengarkan aku dulu!”, ucap lelaki itu saat berhasil merai lengan Summer
dan menghentikan pelarian gadis itu.
“It’s
not like what you think, i—”
“You
What Kevin?! You wanna say if that not like what i see? not like what i think? i
know the fact and i can see what are you doing with her. YOU KISS HER KEV, KISS
HER IN HER LIPS!!!!”, teriak Summer yang akhirnya membuka suaranya, beruntung
keadaan di sekkitar mereka sangat sepi.
“Ini bukan pertama kalinya aku liat
kamu cium dia. Sebelumnya aku pernah liat kamu ciuaman sama dia di taman
beberapa minggu yang lalu. Aku coba buat gak percaya dengan apa yang aku liat,
aku berusaha bohongin diri aku sendiri.
Tapi ini sakit Kev, SAKIT!! Kamu gak pernah tau bagai mana rasanya jadi aku yang
ngeliat pacarnya ciuman dengan gasdis lain dan berbohong di depan aku. Kamu gak
pernah bisa ngerasain rasanya jadi aku kev! Aku udah sabar selama ini tapi aku
fikir ini udah lebih dari cukup. Aku rasa kita udah gak bisa sama-sama lagi. We
over now!”, satu kata terakhir yang selama ini berat di ucapkan oleh Summer pun
akhirnya ia katakan juga. Keputusan sangat berat yang memang seharusnya sudah
Summer ambil sejak lama, tapi hatinya selalu menghalanginya mengatakan hal itu.
Tapi kali ini habis sudah kesabaran gadis itu.
Dengan mata yang sembab karena air
mata Summer kembali melanjkan langkahnya, meninggalkan Kevin yang masih terdiam
kaku akibat kaget di putuskan oleh Summer. Dengan langkah gontah Summer pergi
meuju Taman di bbelakang sekolah yang biasanya sepi pada jam-jam akan masuk
ini. Summer memutuskan untuk membolos pelajaran untuk menenangkan dirinya.
Begitu sekolah berakhir Summer
segera pulang ke rumahnya dan masuk kedalam kamarnya. Gadis itu kembali
menangis di kamar, meluapkan semua rasa sedihnya hingga ia teringat kalau ia
harus menemui Justin. Gadis itu segera mengelap air matanya dan membasuh
mukanya dengan air. Di depan cermin gadis itu menatap pantulan wajahnya yang
terlihat agak kacau. Gadis itu segera meraih bedaknya dan memolesnya ke
wajahanya untuk mentupi kekacauan akibat menagis. Kemudian Summer menari ujung
bibirnya membentuk lengkungan dengan kedua tangannya untuk membuat wajah
tersenyum.
“Harus tersenyum! Tersenyum!
Tersenyum! Yak, Tersnyum!”, mantra itu terus di ucapkan gadis itu untuk
membuatnya tersenyum lebar dan meluapakan rasa sedihnya sejenak. Setelah
berhasil mengenyahkan rasa sedihnya Summer segera mengganti bajunya dan
mengirim SMS kepada Scooter untuk menanyakan dimana keberadaan Justin sekarang.
Setelah mendapat balasan dari Scooter yang menyatakan kalau Justin sedang
melakukan persidangan untuk kasusnya yang sebelumnya Summer pun segera pergi ke
tempat sidang Justin dengan menggunakan taksi.
Summer telah sampai di depan tempat
persidangan. Banyak sekali para Papparazzi yang telah menunggu di depan gerdung
persidangan itu, menanti Justin untuk keluar dri dalam gedung. Summer kesal
dengan para paparazzi itu karena mereka pasti akan membuat berita buruk lainnya
tentang Justin. Akhirnya Summer pun memutuskan untuk masuk kedalam setelah
mengirim SMS pada Scooter kalau ia telah sampai. Di depan pintu Summer pun di
jemput oleh salah seorang bodyguard Justin yang akan mengantarnya ke dalam
gedung persidangan. Persidangan Justin berjalan selama beberapa jam dimana di
sana Justin di sidang atas kasus pelemperan telur ke rumah tetangganya.
Sebenarnya Summer tidak begitu percaya dengan kasur itu, tapi biarlah hukum
yang menegakkan kebenarannya dan Beliebers hanya memiliki tgas menghibur Justin
di saat Justin, mendukungnya di saat terpuruk dan menunjukkan hal-hal yang seharusya
tidak di lakukan olehnya, dan membantah segala kabar buruk palsu yang di buat
oleh media. Justin dan beliebers memiliki hubungan yang kuat, tidak akan
terpisahkan karena kami kuat karena saling percaya.
Setelah beberapa jam persidangan
yang melelahkan itu pun berakhir juga. Summer segera mengampiri Justin yang
tampak menekuk mukanya setelah persidangan itu. Satu hal yang Summer tidak suka
adalah di saat Summer tepat berada di depan Justin, lelaki itu segera memasang
senyum palsunya padahal summer bisa melihat dari mata lelaki itu kesedihan dan
kekesalan yang tergambar jelas dari sorot matanya. Summer hanya bisa memeluk
lelaki itu yang di balas oleh Justin, kemudian Summer memasang senyum termanis
untuk idolanya itu dan menarik lengan lelaki itu untuk mengikutinya. Begitu
telah berada di tempat sepi Summer pun melepas genggaman tangannya dari lengan
lelaki itu.
“ini masih hari ku kan?”, tanya
Summer dengan senyum yang menggembang.
“Yeah. Kau mau apa hari ini?”,
jawab Justin yang di sambbung dengan pertanyaan.
“Ke rumah mu!”, mendengar jawaban
gadis itu Justin hanya bisa menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
Ia bingung kenapa gadis di depannya itu begitu senang pergi ke rumahnya, apa
kah ada yang spesial dari rumahnya? Tapi tanpa membantah lagi Justin pun meraih
lengan Summer dan menarik gadis itu untuk berjalan menuju mobil.
Begitu berada di luar gedung Summer
harus menutupi matanya dengan telapak tangannya karena puluhan lampu flas dari
kamera Paparazzi yang menyilaukan matanya. Justin yang menyadari ketidakbiasaan
gadis itu dengan lampu flas itu pun segera memeluk gadis itu dengan erat sambi
mencoba menutupi gadis itu dengan jaketnya yang di lepas dan di lebarkan untuk
menutupi kepala mereka berdua. Dan setelah perjuangan yang cukup keras menerobos
puluhan paparazzi di luar ahirnya mobil Justin pun dapat berjalan dengan santai
menuju rumah Justin.
Summer telah berada di rumah Justin
saat ini, terduduk di sofa empuk yang berada di ruang santai rumah Justin tepat
di samping Justin yang kini juga tengah terduduk di sebelahnya sambil
merebahkan kepalanya ke bantal empuk dan menyelonjorkan kakinya ke bangku kecil
“Aku melihat pemberitaan buruk
tentang mu lagi tadi pagi dan hal itu langsung sukses membuat hari ku buruk.”,
tutur Summer yang membuat Justin menatap gadis itu.
“Aku tidak tau bagaimana rasanya
jadi dirimu yang terus mendapatkan berta seperti itu setiap harinya. Jika aku
jadi mu pasti aku sudah gila. Ternyata menjadi artis itu tdak menyenangkan”,
lanjut Summer sedangkan Justin hanya terdiam mendengarkan gadis itu berbicara.
“Semua itu semakin berat terlebih
lagi kamu selalu berusaha terlihat senang di depan kami, semua penggemar mu
Justin. Tanpa kau lakukan hal itu pun kami sudah tau kalau kau tidak terlihat
seperti apa yang terlihat di wajahmu. Aku tau lelahnya menahan segala perasaan,
karena—aku juga pernah merasakannya. Jadi mau kah kamu mengeluarkan apa yang
kau rasakan semuanya padaku. Aku mau kamu menjadikan aku siapa pun saja. Kau
bisa memarahiku sepuas mu, meneriaki ku, menganggap ku sebagai Para paparazzi
di luar sana atau pun menjadi orang-orang yang telah membuat mu kesal.”, Justin
tetap terdiam sekan tidak mengerti dengan apa yang Summer katakan.
“Justin? Apa kau mengerti dengan
yang ku katakan tadi?”
“Ah, yeah. But...”
“Ini bukan permintaan Justin, tapi
perintah. Ini hari ku kan? Jadi kamu harus melakukan apa yang aku minta
selama itu tidak melanggar peraturan
yang telah di buat dan ini sama sekali tidak melanggar. Ayo lah Justin. Bentak
aku! Marahi aku! Anggap aku para paparazzi yang telah membuat berita buruk
tentang mu! Anggap aku para haters mu! Anggap aku orang-orang yang mau melihat
mu Jatuh! Keluarkan semua yang kau rasakan! Ayo Justin! Tidak akan ada yang
menengarkan selain aku!”, Justin masih tetap terdiam menatap ke arah Summer
dengan sorot ragu.
“ayo lah Justin! Apa kau tidak mau
aku mendengar masaah mu? Kalau iya aku akan menutup kuping ku agar aku tidak
mendengar apa yang akan kau katakan. Kau juga bisa mengeluarkan perasaan
terpendam mu tentang seorang gadis yang membuat mu sakit hati atau membuat mu
sedih. ”, masih saja hening.
Summer hanya bisa menekuk wajahnya
dan mehembusan nafas berat karena lelaki itu Justru terdiam. Padahal Summer
bisa melihat kalau lelaki itu tadi ingin menurutinya, tapi entah apa yang
menahannya. Summer pun terdiam, berfikir bagai ana caranya agar lelaki itu mau
mengeluarkan perasaannya agar lebih enteng. Tiba-tba sebuah ide terlintas di
kepala gadis itu.
“Aku mulai bosan di rumah mu. Bagai
mana kalau kita ke pantai? Tapi aku mau pantai yang dekat dengan tebing. Kau
tau tempat seperti itu?”, Justin tampak berfikir dan kemudian mengangguk. Pada
akhirnya mereka pun pergi keluar dari rumah Justin menuju tempat seperti yang
di inginkan oleh Summer. Di sepanjang perjalanan Summer sibuk menggirim SMS
kepada Scooter untuk mengatakan kepada pihak penyelenggara kuis untuk
mengizinkan mereka berdua pergi tanpa ada pengganggu seperti Paparazzi. Summer
tidak mau ada Paparazzi lagi sampai seminggu miliknya usai. Sudah cukup dengan
para pengganggu itu. Biarkan Seminggu ini Justin tenang tanpa mereka meski
hanya ketika bersama Summer saja.
Justin dan Summer pun telah sampai
ke sebuah pantai bertebing yang masih berada di California. Summer berjalan
menelusuri pinggi pantai menuju tebing yang cukup tinggi dan terjal. Gadis itu
berjalan dengan hati-hati meskipun tebing itu telah di pagari. Sesampai di
daerah yang menurut Summer adalah posisi yang tepat untuk bersantai, gadis itu
pun duduk yang kemudian di ikuti oleh Justin. Gadis itu terdiam menatap
pemandangan pantai di sore hari yang terlihat indah. Angin pantai yang
sepoi-sepoi menerbangkan rambut gadis itu kesana kemari, tetapi Summer tidak
takut kalau rambutnya akan berantakkan. Setelah terdiam selama beberapa lama
Summer pun mulai membuka suaranya memecah keheningan yang terjadi.
“Pemandangan di sini indah ya”
“Ya. Itu sebabnya aku suka pantai.
Pemandangannya tidak pernah membuat ku bosan meski hanya ada laut, langit dan
pasir. Mereka punya tingkat keindahan tersendiri.”, jawab lelaki itu sambil
tersenyum menatap lurus ke arah ujung lautan.
“dan suasana pantai itu
menenangkan. Terkadang aku juga suka pergi ke pantai saat aku punya masalah.
Biasanya aku akan berteriak di tempat seperti ini untuk melepas kesedihan ku,
karena setelah berteriak seakan masala ku telah terbawa lepas oleh angin dan
ombak.”
“Yeah, you right.”, jawab lelaki
itu singkat yang kembali menatap lurus ke depan setelah menatap Summer saat
gadis itu berbicara barusan.
Hening
kembali tercipta. Mereka tengah sibuk dengan fikirannya masing-masing. Hanya
suara angin dan ombak lah yang memberitahukan kalau mereka masih berada di
dunia.
“Justin..”,
panggil Summer sambil menatap ke arah lelaki itu yang tengah asyik menatap
pemandangan di depannya.
“ya?”
“Apa
yang membuat mu takut untuk mengeluarkan perasaan mu yang sebenarnya? Bukannya
cukup melelahkan memendam itu sendirian.”, Justin kembali terdiam dan menata ke
arah pantai membuat Sam pun juga menatap ke arah pantai. Summr enarik nafas dalam-dalam dan memejamkan
kedua matanya.
“Tidak
hanya kau di dunia ini yang mempunyai masalah dan tidak jujur pada dunia. Aku
juga begitu. Aku—terlalu takut untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan
sehingga membuatku kehilangan banyak hal. Waktu, kesempatan, teman,
bahkan—orang yang aku cintai”, air mata mengalir dari celah mata Summer,
membasahi kedua pipi lembut gadis tersebut. Summer memang telah berjanji untuk
tidak menangis di depan Justin. Ia ingin menguatkan leaki itu tapi ia sendiri
juga tidak dalam ke adaan yang kuat. Ia juga hanya gads lemah yang pura-pura
tegar dengan menyebunyikan semua itu dengan senyuman. Bukan kah mereka tidak
berbeda jauh? Sama-sama membohongi dunia dengan sebuah senyuman.
“Äku
ini gadis yang tidak beruntung dalam berbagai hal termaksud percintaan. Sudah
beberapa kali semua orang yang ku cintai berpisah dengan ku karena mereka
berselingkuh”, ucapan Summer tersebut sukses membuat Justin yang sejak tadi
tidak menatap Summer kini menatap ke arah gadis itu dengan lekat. Mendengarkan
dengan seksama setiap kata yang keluar dari gadis itu, cerita tentang perasaan
terpendam gadis itu selama ini. cerota yang menyedihkan yang berhasil membuat
tembok pertahanan gadis itu runtuh.
“aku
gadis yang tidak bisa jujur dengan perasaan ku. Aku menyembunykan semuanya
sendirian. Perasaan cemburu, sedih, senang, dan kesepian. Aku terlalu takut
mengatakannya. Aku takut mereka semua kesal dengan ku karena terlalu egois, dan
cemburu. Tapi ternyata karena sikap acuh dan tidak jujur itu lah aku kehilangan
orang yang aku cintai untuk yang kesekian kalinya. Bahkan tadi pagi aku baru
saja kehilangan orang yang sangat aku cintai untuk yang kesekian kalinya,
dengan penyebab yang sama.”, Summer menyekat air matanya yang telah membuat
pipinya basah, tetapi setiap ia menyekat pipinya air mata itu terus saja kembali
membasahi pipinya itu. Air matanya tak kunjung berhenti saat mengingat semua
kenangan tentang Kevin dna mantan-mantannya yang lain.
“Aku
melihat Kevin berselngkuh dengan seorang gadis populer di sekolah ku dan aku
hanya diam. Aku mencoba melupakan seua itu dan menganggap kalau pengelihatan ku
yang salah. Aku kira dia berbeda dengan yang lain karena dia begitu baik, manis
dan perhatian dengan ku. Dia berbeda denga lelaki yang lainnya, itu yang ku
fikirkan pertama kalli ketika jatuh cinta dengannya. Tap—dia sama.”, Summer
berhenti sejenak, mencoba mengendalikan nafasya yang mulai tidak terkendali
karena tangisannya yang semakin menjadi d tambah sesak di dadanya yang seakan
menusuk-nusuknya dari dalam.
“aku
terus sabar. Aku tetap diam. Tetap bersikap biasa saat bertemu dengannya.
Memendam semua rasa sakit ini sendiran. Hingga tadi pagi—aku memergokinya
berciuman kembali dengan gadis itu, di deapan mataku. Rasanya seperti ada yang
meeras hatiku dari dalam, menusuknya dan menghempasnya. Itu rasanya sakit!”
“Ke
sabaran ku telah habis. Aku lelah dengan semua itu. Pada akhirnya aku pun
mengucapkan kata itu juga. Aku memutuskannya. Tapi hatiku terus memberontak dan
mengatakan aku tidak mampu. Aku masih mencintainya. Sekarang aku tidak mengerti harus bersikap
bagaimana. Apa pilihan ku itu salah? Tapi rasa sakit ini juga tidak sanggup
lagi aku pendam.”, Summer memendam mukanya kedalam kedua telapak tangannya,
menumpahkan seluruh air matanya di sana hingga terasa sebuah tangan kekar
menariknya kedalam dekaan hangat yang menenangkan. Justin memeluk Summer dengan
erat. Mengusap punggung gadis itu dengan lembut. Mencoba menenangkan gadis itu.
Di saat pelukan itu Otak Justin pun terus berbicara mengatakan kalau ternyata
memang bukan hanya dia yang memiliki hidup yang berat. Masih banyak orang di
dunia ini yang memiliki masalah yang lebih berat darinya. Dan Justin pun mulai
membenarkan perkataan gadis di pelukannya itu tentang perasaan yang harus di
keluarkan akan membuat diri menjadi lebbih lega.
“Pilihan mu itu tidak salah. Dia
yang tidak beruntung karena telah menyianyiakan gadis baik seperti dirimu. Dia
tidak mengetahui seberapa spesialnya dirimu. Aku yakin kau pasti akan menemukan
lelaki lain yang lebih baik dan mencintaimu dengan tulus dan apa adanya. Dan di
saat lelaki itu datang nanti, kamu pasti akan dengan berani mengungkapkan semua
yang kamu rasakan padanya. kamu akan percaya dengannya karena ia akan meerima
mu apa pun sifatmu.”, Justin melepas pelukannya dari Summer dan menark gadis
itu untuk menatapnya. Justin tersenyum kepada gadis itu sambil kedua tangan
lelaki itu menyekat air mata yang tertinggal di pipi gadis itu.
“Bagai mana kalau sekarang kita
berteriak melepaskan semua perasaan kita agar angin dan ombak membawa semua
rasa sedih dan kesal itu pergi.” Summer hanya mengangguk dan bangkit dari
duduknya di ikuti dengan Justin.
“Bersama-sama!!”, ucap gadis itu
yang kemudian mereka pun berterak melepas semua penat yang telah lama di penda
sendirian dalam hati itu. Setelah usai beretriak masing-masing dar mereka
merasa setengah dari perasaan yang mengganjal mereka telah hilang, menyisakan
senyuman dan tawa tulus yang terukir di bibir mereka masing-masing.
Tidak terasa langit orange di sore
hari telah berganti dengan langit hitam gelap malam yang di penuhi dengan taburan
ribuan kerlap-kerlip bintang. Dengan beralaskan kain tipis Justin dan Summer
merebahkan diri, menatap bintang di langit cerah berdua sambil saling menebak
rasi bintang yang terbentuk di langit tersebut. Hingga akhirnya mereka lelah
dan memutuskan untuk pulang. Hari yang melelahkan dan penuh dengan gejolak
emosi yang berakhir dengan kebahagiaan. Harapan mereka masing-masing adalah
semoga hari akan terus berjalan seindah malam ini.
Justin Dan Summer Melihat Bintang bersama
Kevin. Pacar.. Eh mantan deh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar