Rabu, 11 Juni 2014

Different - Chapter 5



Warning: Jangan membaca jika anda tidak menyukai tulisan saya. Cerita ini murni dari otak saya tanpa ada satupun ide yang menjiplak dari orang lain, jadi di mohon untuk tidak meniru, menjiplak atau meng copy tulisan saya tanpa izin dari saya. Mohon maaf untuk banyaknya typo, tulisan yang tidak jelas, anehnya alur cerita dan kurang menariknya cerita. Semua kesalahan kembali lagi kepada saya yang hanya manusia biasa. Selamat menikmati cerita buatan saya ini.






“Buatku, tersenyum adalah pilihan yang terbaik dan aku yakin kamu pasti mampu melakukannya saat bertemu dia. You are the strong girl i ever meet.”


***

            Langit biru telah menjadi pemandangan yang biasa Summer lihat dari balik kaca kelasnya. Letak meja yang berada di pojok kaca membuat gadis itu dapat menatap pemandangan langit biru dan dedaunan gugur dari pohon yang berada tidak jauh dari gedung sekolahnya. Summer terdiam merenung di sela-sela pelajaran, membiarkan seorang guru yang tengah sibuk menerangkan di depan kelas. Otak Summer penuh dengan berbagai hal, terlebih setelah kejadian yang menimpahnya kemarin. Kevin dan Justin. Dua nama lelaki yang berbeda yang mampu membuat emosinya berubah-ubah dengan sangat cepat. Kevin yang kapan pun dan di manapun bisa membuat Summer mesara sedih dan sakit dan Justin yang mampu merubah perasaan Summer dari sangat sedih menjadi sangat senang. Ternyata memang benar apa yang di katakan Beliebers lain selama ini kalau Justin mampu menjadi pengubah Mood buruk yang sangat ampuh hanya dengan memikirannya. Justin bisa menjadi apa pun. Penyemangat, penghibur, dan inspirasi. Banyak hal yang telah Summer dapat semenjak mengidolakan Justin. Lelaki itu berhasil mengajarkannya untuk menjadi diri sendiri, mengajarkannya untuk selalu percaya dan tidak pernah menyerah, mengajarkan padanya kalau tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Dan sekarang giliran Summer untuk memberikan banyak pelajaran keada Justin, pelajaran yang mungkin seharusnya juga ia dapat bersamaan dengan Justin. Pelajaran kalau di dunia ini tidak hanya diri kita sendiri yang menderita, masih banyak orang di luar sana yang memiliki hidup yang jauh lebih berat. Dengan tetap percaya, jujur dan tersenyum kita pasti bisa melalui semua itu. Tapi apa kah Summer mampu menghadapi Kevin sekarang? Menghadapi lelaki itu ketika ia bertemu tatap. Ekspresi seperti apa yang harus ia tunjukan? Sedih? Senang? Tersenyu? Diam? Atau hanya berjalan menunduk? Sesungguhnya Summer masih belum sanggup jika harus melihat lelaki itu. Masih ada rasa cinta, penyesalan dan sakit yang tertinggal di hatinya. Tapi hidup memang tidak perlu di sesali. Kita hanya perlu menjalani hidup seperti apa yang telah di takdirkan tuhan. Biarkan Waktu yang berperan.
            Tidak terasa bell Istirahat telah berbunyi yang membuat Summert tersadar dari lamunannya. Summer pun segera membereskan semua buku dan alat tulis yang tergeletak di atas mejanya. Saat tengah memasukkan buku, Summer melihat ada pesan yang masuk ke Ihonenya yang sejak tadi di letakkan di tasnya. Terdapat pesan masuk dari nomor yang tidak di kenal memuat Summer segera membuka pesan tersebut. Senyum lebar terukir dari bibir gadis tersebut saat tau siapa pengirim pesan itu. Seseorang yang tidak pernah dikiranya akan menyimpan nomornya dan mengirim pesan padanya.

            From: 1-452-XXX-YYYY
Hei. Whats up baby? Oh ya, Kamu pulang sekolah jam berapa? :) 
-Justin-

            Summer agak bingung dengan pertanyaan Justin itu sebenarnya. Untuk apa lelaki itu menanyakan jam pulang sekolah Summer? Tapi Summer tidak begitu memikirkannya dan hanya membalas pesan lelaki itu dengan gesit.

            To: 1-452-XXX-YYYY
Hei. Aku tidak mengira kalau kau benar-benar menympan nomorku dan mengirim pesan pada ku. Aku senang sekali. :D  kelas ku baru saja usai dan sekarang  jam stirahat. Aku pulang jam 1 Siang.

            Setelah membalas pesan tersebut Summer pun menyimpan nomor Justin dengan nama ‘Mr. Cute Smile’ sebagai nama contacnya. Summer pun menyimpan Iphonenya di kantong blezernya dan berjalan keluar kelas menuju taman di belakang sekolah untuk membaca buku novel yang telah ia bawa. Summer pun menghabiskan waktu istirahatnya di sana sendirian, larut dengan cerita yang ia baca. Hingga akhirnya bel masuk kembali berbunyi yang membuat Summer menghentikan bacaannya dan kembali ke kelasnya.
            Tidak terasa jam telah menunjukkan angka 1 yang menandakan kalau sekolah telah usai. Summer Segera merapihkan semua barang yang berserekan di mejanya dan mengenakan tasnya. Gadis itu baru saja keluar kelas menuju lorong saat terdengar keributan dan teriakan dari para gadis, beberapa dari mereka bahkan berlarian. Entah apa yang terjadi yang membuat para gadis itu berteriak, tapi hal itu berhasil memancing Summer untuk melihat juga ke arah yang di tuju para gadis itu. Para gadis itu berleri menuju ke parkiran di depan sekolah, mengerubungi seseorang dengan mobilnya. Summer tidak bisa melihat siapa orang itu karena para gadis itu menghalangi sang pembuat ribut itu. Summer mencoba berjinjit dan melihat dari sela-sela untuk melihat siapa orang yang berhasil membuat keributan di depan sekolhanya itu. Mata Summer melebar saat tau siapa orang tersebut. Orang yang sukses membuat gadis-gadis di sekolahnya berteriak kencang dan berebut untuk melihat lelaki itu dari dekat. Justin Bieber datang ke sekolahnya.
           
Justin yang tengah di kerubungi para gadis yang tengah mencoba menfotonya pun mencoba mencari gadis yang sengaja ia kunjungi sekolahnya. Entah kenapa Justin ingin sekali datang ke sekolah gadis itu dengan alasan untuk menjemputnya. Tapi Justin sebenarnya juga penasaran dengan lelaki bernama Kevin yang berhasil membuat gadis itu menangis kemarin.
Di sela puluhan gadis yang mengelilinginya Justin melihat sosok Summer yang tengah berdiri kaku dengan muka syoknya. Justin hanya bisa tersenyum melihat muka gadis itu yang telihat sangat lulu saat terkejut. Justin pun bangkit dari posisinya yang duduk menyender ke mobilnya  untuk menghampiri Summer. Agak susah membelah puluhan gadis tersebut tapi akhirnya dengan bantuan para bodyguarnya Justin pun berhasil sampai tepat kedepan Summmer dan menyapa gadis itu.

“Hei”, sapa lelaki itu dengan entengnya.
“What are you doing here, Justin?”
Justin memasang senyum masnisnya yang mampu membuat gadis-gadis lain menggila, tapi tidak dengan Summer yang masih terkejut di depannya itu. “Of course to pick you up.”
“But, but...”, summer tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Ia terlalu terkejut dan tidak percaya dengan pengelihatannya sekarang. Tidak pernah terfikirkan di otaknya kalau Justin akan datang ke sekolahnya untuk menjemputnya. Kini ia mengerti alasan Justin menanyakan jam pulang sekolahnya tadi.

“Haha... tau kah kamu kalau mukamu saat ini sangat lucu.”, ledek Justin yang membuat Summer memayunkan bibirnya yang Justru semakin membuat Justin tertawa.
 Gadis-gadis lain yang tadi di sekitar mereka hanya bisa terdiam dan sebagian lainnya merasa iri dengan kedekatan Summer dn Justin. Beberaa di antara mereka sebenarnya sudah tau kalau Summer telah memenangkan kuis seminggu bersama Justin, tapi tidak terfikirkan kalau Summer akan sedekat itu dengan lelaki idola dunia itu. Mereka leih terlihat seperti seseorang yang telah berteman lama dari pada penggemar dengan idolanya yang baru bertemu berapa minggu.

Summer masih memasang wajah cemberutnya saat dengan tiba-tiba Justin menggenggam tangannya, membuat para gadis ddi sekeliling mereka berteriak histeris.

“Come on. Where you want to go today?”, tanya Justin sambil menarik tangan Summer. Tapi kemudian Summer menahan tangan Justin yang akan membawanya ke arah mobil saat teringat kalau Novel miliknya masih tertinggal di kolong mejanya.

“Tunggu. Aku meninggalkan Novelku di bawah kolong meja. Aku mau mengambilnya terlebih dauhulu di kelas. Kamu tunggu saja di mobil Justin”
“No, i go with you.”
“Ok. Come on”, Summer pun kini yang gantian menarik tanga Justin yang menggenggamnya untuk mengnikutinya masuk ke dalam gedung sekolah.

Selama perjalanan menuju kelas beberapa gadis ikut mengekori mereka berdua yang membuat beberapa orang lainnya yang tidak bergabung di luar tadi jadi memperhatikan mereka, terlebih lagi memperhatikan kaitan tangan yang terjadi di antara mereka. Summer dan Justin jadi lebih terlihat seperti sepasang ke kasih sekarang.
Summer berusaha berjalan dengan santai meski jantungnya sejak tadi tidak bisa diam. Summer ingin melepaskan genggaman tangan Justin dari tangannya yang kini telah berkeringat tapi tangan lelaki itu dengan erat menggenggam tangannya yang membuat ia tidak sanggup untuk melepasnya. Sebenarnya Summer agak risih dengan hal tersebut, terlebih lagi Justin melakukannya di depan anak-anak di sekolahnya. Apa kah ia akan jadi sushi besok hari?

Summer dan Justin terus berjalan hingga sampai di dalam kelas. Gadis itu segera megambil novelnya dan memasukannya ke dalam tasnya. Baru saja Summer ingin mengajak Justin untuk segera meninggalkan sekolahnya tai niat itu ia urungkan saat melihat lelaki itu tampak tengah menikmati pemandangan sekolah. Summer tau kaau lelaki itu sudah lama sekali tidak pernah bersekolah di sekolahan. Saat umur 13 tahun lelaki itu memulai karirnya di dunia musik yang membuat ia tidak  bisa bersekolah di sekolah biasa, terlebih lagi jadwaknya yang semakin menumpuk dan harus tour berkeliling dunia yang membuat ia harus mengambil Home schooling, tidak bisa di bilang home schooling juga sih karena dia tidak berada di rumah. Justin pasti merindukan suasana sekolah. Terlihat dari wajahnya yang tampak tersenyum dan ia yang tampak senang saat duduk di salah satu kursi sambil menghadap ke depan papan tulis. Pada akhirnya Summer mendapat ide baru untuk mengajak Justin mengelilingi sekolahnya.

“Bagai mana kalau kita berkeliling sekolah. Aku akan menunjukkan padamu beberapa temat indah yang biasa aku gunakan untuk bersantai dan menenangkan diri sendirian.”, usul Summer yang kemudian di setujui oleh lelaki itu.

Summer pun menunjukkan seluruh bagian sekolahnya terutama taman belakang sekolahnya, tempat biasanya gadis itu menghabiskan waktu untuk membaca novel saat istirahat. Summer mendudukkan diri di bawah pohon rimbun dan menyenderkan badannya ke sana yang di ikuti oleh Justin. Pada akhirnya mereka justru duduk terdiam berdua di bawah pohon rimbun itu sambil menikmati angin yang berhembus. Summer menyenderkan kepalanya ke atas bahu Justin dn memejamkan kedua matanya. Hening berkepanjangan terjadi di antara mereka berdua meskipun samar-samar suara para gadis yang masih mengikuti Justin terdengar menyebutkan nama lelaki itu dengan perlahan. Justin hanya menanggapi dengan memberikan isyarat untuk tidak berisik dan para gadis itu menurutinya dan Justru menberi ruang untuk Justin dan Summer.

“Äku menghindarinya hari ini”, ucap Summer yang akhirnya membuka suara setelah hening yang berkepanjangan. Justin hanya terdiam, memberikan luang untuk Summer melanjutkan ceritanya.

Summer membuka kedua matanya yang yang sejak tadi ia pejamkan. “Aku belum siap untuk bertemu dengannya. Aku tidak tau harus berekspersi seperti apa di depannya. Apa kah aku harus sedih, tersenyum, atau aku harus menganggapnya tidak ada? Aku bingung Justin”, Justin terdiam tampak berfikir. Kemudian lelaki itu mengangkat kepala gadis di sebelahnya yang tengah menyender ke bahunya dan menatap Mata gadis itu leka-lekat.

“Buatku, tersenyum adalah pilihan yang terbaik dan aku yakin kamu pasti mampu melakukannya saat bertemu dia. You are the strong girl i ever meet.”, kemudian mereka saling terdiam sambil saling menatap satu sama lain.

“Bagai mana kalau kita pergi ke suatu tempat malam ini”, usul Justin yang menghentikan aktifitas Summer yang tenga menatap mata Hazel Justin.
Summer tersenyum kemudian mengangguk. “Kemana pun dengan mu pasti menyenangkan”
“So, Let’s go!”

Justin dan Summer pun bangkit dari posisi duduk mereka dan berjalan memasuki gedung sekolah untuk menuju Mobil Justin yang terparkir di depan gedung sekolah. Saat berada di salah satu lorong Summer melihat sosok Kevin tengah berjalan sendirian sambil menenteng tasnya. Sumer tau kalah hari ini lelaki itu memiliki jam latihan basketnya dan pada jam-jam segini pula latihan itu usai, tapi tetap saja Summer kaget saat bertemu dengan lelaki itu, terlebih lagi kini lelaki itu tengah menatapnya yangtengah bersama Justin. Summer menggeratkan genggaman tangannya di tangan Justin, mencoba mencari kekuatan pada tangan lelaki di sebelahnya. Hal itu sontak membuat Justin sadar akan satu hal. Sadar kalau lelaki yang kini berada di depan mereka adalah Kevin, mantan kekasih Summer.
Kevin berdiri terdiam memperhatikan pasangan di depannya. Menatap dari atas hingga bawah dan matanya terhenti di panggutan tangan kedua orang di depannya itu. Lelaki itu pun kini menatap Summer lekat-lekat seakan menanyakan hubungan mereka berdua. Kevin memang tau kalau Summer mengidolakan seorang Justin bieber, lelaki yang berdiri di depannya sekarang. Tapi Kevin tidak pernah menyangka kalau gadis itu akan sedekat itu dengan idolanya itu yang lelaki itu pikir sangat mustahil untuk dianggap sekali pun. Tapi nyatanya, gadis yang pernah menjadi kekasihnya itu tengah bergandengan tangan oleh lelaki idolanya. Mereka bahkan terlihat seperti sepasang kekasih di mata Kevin dan entah kenapa hal itu Justru membuat sesuatu di dalam diri Kevin terasa sakit. Apa ia cemburu? Apa iya menyesal telah berpisah dengan gadis di depannya itu.

Summer yang melihat Kevin hanya terdiam di depannya sambil menatapnya pun mencoba mencari kekuatan untuk tersenyum. Hingga akhirnya ia mampu melakukan itu. Summer tersenyum manis kearah Kevin dan entah kenapa Summer tidak lagi merasakan sakit di hatinya. Ini semua berkat kekuatan dari Justin.

“Hei Kev”, sapa gadis itu masih dengan senyuman yang terukir di bibirnya.

Kevin cukup terkejut dengan sapaan dari gadis itu. Yang lelaki itu tau kalau gadis itu masih mencintainya dan mati-matian menghindarinya sejak pagi dan sekarang gadis itu tersenyum lepas tampak tak mempunyai beban. Hal itu kembali membuat hati Kevin terasa sakit. Ia menyesal.

Summer yang melihat kevin hanya terdiam pun kembali membuka suara, “Baru selesai latihan Basket?” tanya Summer yang kini mendapat tanggapan dari lelaki di depannyai tu.

“Ah—yeah begitu lah.”

Mendedengar kata latihan basket membuat Justin tau kalau Kevin adalah seorang pemain basket. Sebuah ide keluar di otaknya begitu saja untuk mengajak lelaki itu bertanding basket 1 lawan 1.

“Kau pemain basket?”
“Yeah”, jawab kevin agak kaget saat di tanya oleh Justin.
“Mau bertanding dengan ku 1 lawan 1?”, tantang Justin sontak membuat Summer terkejut dan menatap lelaki itu.

“Justin? Kau bilang kita mau pergi? Kenapa kamu malah meminta Kevin untuk bertanding?”, tanya Summer dengan muka tida terimanya.
“Ayolah. Hanya satu pertangdiangan saja, tidak akan lama. Tidak apa kan?”
“Ta—tapi-”
“Ayo lah. Please Sam”, mohon Justin yang membuat mau tidak mau summer mengikuti kemauan lelaki itu.
huff… Ok. Tapi janji hanya satu pertandingan.”
“Ya, aku janji. Aku juga berjanji setelah itu akan membawa mu kesebuah tepat yang akan kamu sukai

Pada akhirnya Jutin, Summer dan Kevin pun pergi menuju lapangan baket di sekolah itu. Begitu sampai di lapangan, masih ada beberapa anak bakset yang belum pulang dan agak kaget dengan kembalinya Kevin dan kedatangan Justin.

“Hei kev! Kenapa kamu kembali lagi? Apa ada yang tertinggal?”, Tanya salah satu teman satu klub Kevin.
“Tidak. Aku hanya—ah lupakan, berikan aku bola!”
“Untuk apa?”
“Lelaki yang bersama Summer itu menantangku tanding 1 lawan 1. Mana bolanya?”
“Hah? Woah! Penyanyi itu? Sepertinya akan seru. Ini bolanya”, bola di lemparkan ke Kevin dan di tangkap dengn baik oleh lelaki itu.
“Kita lihat saja. Ka jadi wasitnya, ok?”
“Ok!”

Kevin pun meletakkan tas yang ia bawa di bangku penonton lalu mulai mendribe bola basket yang iya pegang. Justin yang melihat Kevin telah siap pun melepas genggaman tangannya dari Summer dan melepas jaket yang ia kenakan.

“kamu serius akan bertanding 1 lawan satu dengan Kevin? Dia kapten basket Justin, di jago dalam olahraga ini. Ah! Maksudku—aku tidak mengatakan kamu tidak hebat. Aku tau kemampuan mu. Tapi apa kamu yakin?”

Justin hanya tersenyum memnjawab pertanyaan Summer itu.

“Sudah lah. Ini akan jadi pertandingan yang seru, jadi tonton aku dengan serius ok?”, Justin mengedipkan sebelah matanya dan kemudian mengacak pelan rambut Summer yang di balas mukan cemberut yang lucu oleh gadis itu. Justin pun berlari menyusul Kevin ke tengah lapangan.
Kevin dan Justi berdiri di tengah lapangan dan di tengah mereka terdapat Teman kevin yang menjadi wasit tengah memegang bola dan bersiap melemparnya. Setelah aba-aba peluwit dan lemparan bola ke atas, pertandingan pun di mulai dengan Kevin yang berhasil merebut bola pertama kali. Pertandingan berjalan begitu sengit. Bangku penonton yang tadinya hanya di isi oleh summer dan beberapa anak klub basket yang menonton pun mulai ramai oleh beberapa orang yang kebanyakan para gadis yang ingin menonton pertandingan seru antara Seorang penyanyi papan atas dengan Kapten basket sekolah mereka. Saat ini pertandian telah di menangkan oleh Justin yang berhasil memasukan satu bola ke ring. Hal tersebut sontak membuat riuh lapangan tersebut oleh teriakan para gadis yang mendukung Justin, sedangkan Kevin mendapat dukungan penuh oleh para teman satu klub nya.
Summer masih setia duduk menonton setiap pertandingan dengan baik dari bangku penonton, dalam hati gadis itu berharp kalau pertandingan menegangkan ini akan segera usai. Ya, megangkan karena sekarang poin antara Justin dan Kevin telah sama ya itu 3-3. Mereka benar-benar memiliki permainan basket yang seimbang. Mereka sama-sama hebat dan berbakat dalam pertandingan ini. Tinggal beberapa menit lagi waktu pertandingan akan berakhir dan skor masih saja menunjukkan angka yang sama. Kedua orang tersebut masih tampak saling menjaga skor masing-masing dan mencoba merebut satu angka. Tapi hal itu tampak mustahil di lihat dari waktu dan ketangkasan mereka yang seimbang. Tapi pda akhirnya, di menit-menit terakhir sebelum peluit berbunyi Justin berhasil memasukan bola ke dalam ring. Pertandingan berakhir yang di iringi dengan sorak-sorak dari para gadis yang mendukung Justin. Sebelum kembali ke bangku penonton untuk menghampiri Summer Justin sempat sedikit berbicara dengan suara pelan kepada Kevin.

“Pertandingan yang seru, tapi aku harap setelah ini kau tidak mengganggu Sumer lagi. Dia pantas mendapatkan kebahagia, dan aku yakin kamu tidak mampu memberikan hal itu padanya.”

Ucapan Justin tersebut cukup membuat Kevin terkejut dan sedikit kesal, tetapi omongan lelaki itu juga tidak salah karena Kevin telah membuat Summer menderita selama ini. Pada akhirnya Kevin hanya bisa menghembuskan nafas pasrah dan mengangguk. Mereka berdua pun melakukan salam alam lelaki dan kembali ke bangku penonton dengan Justin menuju Summer dan Kevin menuju teman-temannya.
Summer menyambut kedatangan Justin dnegan senyuman senang karena lelaki itu berhasil memenangkan pertandingan tersebut dan mengalahkan Kevin. Summer juga segera memberikan sebuah handuk kecil kepada Justin yang telah ia minta dari manajer basket yang memang telah di sediakan untuk para anak klub basket. Summer sebenarnya telah cukup dekat dngan semua anggota basket dan manajernya karena sering menemani Kevin saat latihan basket dulu ketika mereka masih berpacaran, tapi semenjak putus Summer agak menjaga jarak dengan mereka semua. Jsutin pun mendudukkan diri di samping Summer sambil mengelap keringatnya menggunakan handuk yang di berikan Summer. Begitu Justin selesai mengelap keringatnya Summer pun menyodorkan sebuah botol minuman dingin yang langsung di ambil dan diminum oleh lelaki tersebut.

“Terimakasih”, ucap Justin setelah selesai meneguk airnya.
“Sama-sama. Tadi itu pertandingan yang sangat seru dan menegangkan. Aku kira pertandingan tadi akan berakhir dengan skor yang sama, tapi ternyata kau berhasil memasukan bola di detik-detik terakhir. Keren!!!”, pekik Summer di akhir kalimat yang membuat Justin terkekeh karena tingkah gadis itu.
“Ok, seperti janjiku kita akan pergi ke suatu tempat yang akan kamu sukai. Tapi sebelumnya kamu harus mengganti seragam mu”
“Jadi kita pulang ke rumah ku dulu?”
“Tidak”, Jawaban Justin tersebut membuat Summer bingung sendiri tetapi lelaki itu hanya diam sambil tersenyum penuh misteri sambil menarik tangan Summer untuk segera pergi menuju mobil.

***


            Summer tengah berada di kawasan pusat perbelanjaan sekarang, mencoba beberapa baju yang telah di pilihkan oleh Justin. Sebenarnya gadis itu telah menolak agar Justin tidak membelikannya baju, tetapi lelaki itu tetap memaksa dan sekarang Justru memilihkan 3 baju untuknya. Dengan terpaksa akhirnya Summer mencoba baju-baju tersebut dan menunjukkannya kepada Justin. Seteyal seluruh baju telah di coba dan di rasa cocok Summer pun memberikannya kepada penjaga toko yang segera di bawa ke meja kasir dan di bayar oleh Justin. Setelah di bayar Justin pun menyuruh Summer untuk mengganti baju seragamnya dengan salah satu baju yang telah ia beli itu. Summer pun memilih salah satu baju yang cukup sederhana dan tidak terkesan formal untuk ia kenakan sekarang. Gadis itu pun keluar dengan mengenakan baju dress berwarna cream di atas lutuk di padukan dengan stoking hitam dan sepatu boot hitam sebetis. Justin mengacungkan dua jemol kepada gadis itu begitu melihat dandan gadis itu. Kemudian Justin pun kembali menggandeng summer dan membawa gadis itu ke dalam mobil untuk menuju ketempat berikutnya.


            Langit telah berganti menjadi malam dan Summer masih terduduk di jok penumpang menunggu mereka sampai di tepat yang Juti maksud. Setelah perjalanan beberapa menit itu akhirnya mobil Justin pun terhendi di sebuah pasar malam yang cukup ramai. Summer yang melihat pemandangan di luar mobil pun terkejut dan menatap lelaki di sampingnya tersebu tidak mengerti.

            “Pasar malam?”
            “Ya, pasar malam. Kenapa? Kamu tidak suka?”
            “Tidak, bukan begitu. Hanya saja—kau yakin akan aman jika kamu berjalan di sini? Tempat ini terlalu ramai dengan orang-orang dan pasti banyak di antara merek yang mengenali mu.”
            “aku sangat yakin. Dan tidak usah mencemaskan hal itu, aka nada banyak bodyguard ku yang akan menjaga kita, jadi nikmati saja malam hari ini di sini. Ayo!”

            Justin pun keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Summer. Mereka pun memasuki pasar alam itu. Baru beberapa langkah dan benar saja, banyak para gadis di sana yang berteriak histeris saat melihat Justin. Untung saja para bodyguar Justin yang berjumlah banyak dengan sigap membuat brikade untuk menjaga Justin dengan ketat. Akhirnya Justin dan Summer pun menghabiskan malam itu dengan bersenang-senang di pasar malam tersebut. Dimulai dari menaiki beberapa wahana berputar, memasuki rumah hantu dan rumah kaca, membeli beberapa jajanan seperti hot dog dan lainnya, bermain tembak-tembakan dengan sasaran boneka panda besar, dan terakhir mereka menaiki bianglala. Summer duduk tepat di samping Justin saat menaiki bianglala dan hal itu cukup membuat jantung gadis itu berdetak dua kali lebih kencang dari biasanya. Kencangnya detakan itu bukan di akibatkan oleh tegang karena jujur saja Summer sudah terbiasa denan semua ini, hanya saja Summer merasakan hal lain di perasaannya tetapi ia tidak tau apa itu.
            Bianglala mulai berjalan berputar secara perlahan. Naik, naik dan mulai menuju kepuncak tertinggi dari bianglala tersebut. Dari atas sana Summer bisa melihat pemandangan lampu-lampu yang ada di sekitar pasar malam itu dan bintang-bingtang di langit yang terlihat sangat cantik. Summer bangkit dari duduknya dan mendekat ke pinggi kotak bianglala yang mereka tempati untuk melihat pemandangan dengan jelas. Summer masih berdiri dan berjalan tidak bisa diam di dalam kotak tersebut sampai di saat bianglala kembali naik untuk putaran yang kedua Summer hampir saja terjatuh, tapi dengan segera Justin menangkap gadis tersebut. Summer mendarat dengan empuk di dalam pelukan hangat Justin yang membuat lagi-lagi jantungnya berdetak kencang. Justin segera mendudukan kembali Summer di sebelahnya untuk menyeimbangkan bianglala mereka.

            “Terimakasih”, ucap Summer dengan malu-malu karena sudah berbuat konyol dengan tidak bisa diam seperti anak kecil yang baru menaiki bianglala. Justin hanya Membalas ucapan Summer dengan senyuman yang begitu manis yang terlihat sangat jelas dari tempat Summer yang berada di sebelah lelaki itu. Jarak muka mereka hanya beberama centi dan itu membuat jantung Summer berpacu semakin kencang. Senyuman yang di berikan Justin padanya itu juga berhasil membuat Summer merasakan seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Apa Summer telah jatuh cinta pada Justin Bieber idolanya? Karena Summer sadar kalau perasaan yang ia rasakan pada Justin sekarang sangat jauh berbeda degan perasaannya yang ia berikan untuk lelaki itu selama ini. Bukan lagi perasaan kagum dan cinta ke pada idola biasa. Summer jatuh cinta kepada Justin sebagai lelaki biasa dan itu adalah hal terburuk yang pernah Summer rasakan dalam hidupnya.
            Bianglala yang Justin dan Summer naiki telah kembali sampai di bawah. Mereka pun segera turun dari bianglala tersebut dan Justin mengajak Summer menuju tempat jajanan gula-gula sebelum mereka akan pulang. Justin membelikan satu gula-gula kapas untuk Summer yang di terima dengan senang hati oleh gadis itu. Setelah itu mereka pun berjalan beririgan menuju mobil dengan keheningan. Summer sibuk dengan fikirannya sendiri tentang perasaan Cinta yang ia rasakan untuk Justin, perasaan yang seharusnya tidak hadir pada dirinya. Summer sadar kalau ia hanya seorang penggear biasa yang sedang beruntung karena bisa bersama oleh Justin selama seminggu, dan itu juga alas an kenapa Justin begitu baik dan perhatian padanya. Justin tidak akan seperti ini jika ia tidak memenangkan kuis dan Summer tau kalau semua kesenangan ini juga akan segera berakhi setelah waktu seminggu miliknya berakhir. Ia akan kembali menjadi seorang peggemar biasa lagi seperti yang lainnya, penggemar yang tidak mungkin dapat mendapatkan cinta dari idolanya. Oleh karena itu Summer mencoba menekan perasaannya agar  tidak mencinai Justin.

           
            Selama perjaanan Summer terus melamun dan hanya berbicara saat Justin menanyakan letak rumahnya. Hingga akhirnya mereka pun sampai di depan rumah Summer. Justin seperti biasa membukakan pintu untuk gadis tersebut layaknya lelak gentlemen.

            “Emm.. Terimakasih untuk hari ini dan terimakasih juga karena telah mengantarku sampai rumah” ucap Summer begitu berada di luar mobil sabil memeluk boneka panda besarnya yang di dapat dari pasar malam. Justin tersenyum dan mengangguk membalas ucapan Summer tersebut.
            “Kamu mau mampir dulu?”, Tanya Summer kembali agak canggung karena ini pertama kalinya Justin mengantarnya hingga ke depan rumah.
            “Emm… tidak, terimakasih. Sepertinya aku akan langsung pulang saja, lagi pula kamu juga sudah lelah kan. Mungkin aku bisa mampir lain kali”
            “ok. Mampir kapan pun kamu mau, rumah ku terbuka kapan pun untukmu.”
            “kapan pun? Termaksud saat tengah malam dan saat makan malam?”, ledek Justin yang membuat Summer tertawa.
            “Ahaha.. tidak seperti itu juga. Tapi untuk saat makan malam—kalau kau mau kau bisa mencoba makan malam di rumah ku kapan-kapan. Masakan Mom ku tidak kalah enak dengan makan restoran di luar”
            “Benar kah? Sepertinya menarik. Baik lah, kapan-kapan aku akan berkunjung untuk ikut makan malam di rumah mu. Tapi—aku jauh lebih ingin mencoba makan buatan mu.”
            “Oh No. jangan makanan buatan ku. Kau akan mati jika mencob masakan buatan ku. Asal kau tau saja, aku ini tidak bisa memasak.”
            “ahaha… Kalau begitu belajar lah. Aku akan menjadi orang pertama yang akan mencicipi masakan buatan mu. Aku tunggu ok.”, Justin mengedipkan sebelah matanya sambil teratwa kecil membuat Summer ikut tertawa karena godaan dari lelaki itu.
           
“Baik lah kalau itu mau mu. Kau janji kan akan mencoba masakan ku?”
“Ya, aku janji. Tapi kau juga harus berjanji untuk tidak membunuh ku dengan makanan mu. Aku masih mau hidup panjang.”, lagi-lagi Justin sukses membuat Summer tertawa karena kata-katanya.
“Tenang saja. Aku punya koki hebat di rumah ku yang akan mengajarkan aku memasak. Aku tidak akan mengecewakan mu.”, Summer tersenyum manis keara Justin setelah ucapan itu. Keheningan terjadi di antara mereka dengan Summer yang masih tersenyum sedangkan Justin sibuk menatap kea rah gadis itu. Kemudian dengan perlahan Jarak di anatar mereka semakin dekat dan Justin pun mendrtkan kecupan di dahi gadis itu yang sukses membuat tubuh Summer kaku seperti patung.

Justin hanya tertawa ketika melihat eksperi gadis tersebut dan kemudian mengacak lembut rambut gadis tersebut.

“Ok, aku harus pulang. Goodnight Sammy, have a nice dream.” Ucap Justin yang memanggil Summer panggilan ‘Sammy’. Kontak hal tersebut membuat Summer tersadar dang agak bingung dengan panggilan tersebut, tetapi gadis itu hanya diam saja.
Justin pun memasuki mobilnya dan membunyikan klakson mobilnya sekali sebagai salam perpisahan untuk Summer yang di balas lambaian tangan oleh gadis tersebut. Lalu mobil Justin pun segera menghilangan dari hadapan Summer dalam hitungan menit. Summer pun segera melangkahkan kakiya masuk kedalam rumah dengan Senyum yang terukir lebar di bibir gadis tersebut. Sungguh hari yang indah. Tapi satu hal yang menjadi masalah besar. Perasaan yang seharusnya tidak ada itu semakin lama justru semakin tumuh tanpa bisa Summer hentikan.



Summer Di sekolah

Justin bermain basket dengan Kevin

Baju yang di pake Summer ke pasar malam

Boneka pada yang di dapat Summer di pasar malam. Lucu kan? Lucu dong.  ;)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar