Warning: Jangan
membaca jika anda tidak menyukai tulisan saya. Cerita ini murni dari otak saya
tanpa ada satupun ide yang menjiplak dari orang lain, jadi di mohon untuk tidak
meniru, menjiplak atau meng copy tulisan saya tanpa izin dari saya. Mohon maaf
untuk banyaknya typo, tulisan yang tidak jelas, anehnya alur cerita dan kurang
menariknya cerita. Semua kesalahan kembali lagi kepada saya yang hanya manusia
biasa. Selamat menikmati cerita buatan saya ini.
“Buatku, tersenyum adalah pilihan
yang terbaik dan aku yakin kamu pasti mampu melakukannya saat bertemu dia. You
are the strong girl i ever meet.”
***
Langit
biru telah menjadi pemandangan yang biasa Summer lihat dari balik kaca
kelasnya. Letak meja yang berada di pojok kaca membuat gadis itu dapat menatap
pemandangan langit biru dan dedaunan gugur dari pohon yang berada tidak jauh
dari gedung sekolahnya. Summer terdiam merenung di sela-sela pelajaran,
membiarkan seorang guru yang tengah sibuk menerangkan di depan kelas. Otak
Summer penuh dengan berbagai hal, terlebih setelah kejadian yang menimpahnya
kemarin. Kevin dan Justin. Dua nama lelaki yang berbeda yang mampu membuat
emosinya berubah-ubah dengan sangat cepat. Kevin yang kapan pun dan di manapun
bisa membuat Summer mesara sedih dan sakit dan Justin yang mampu merubah
perasaan Summer dari sangat sedih menjadi sangat senang. Ternyata memang benar
apa yang di katakan Beliebers lain selama ini kalau Justin mampu menjadi
pengubah Mood buruk yang sangat ampuh hanya dengan memikirannya. Justin bisa
menjadi apa pun. Penyemangat, penghibur, dan inspirasi. Banyak hal yang telah
Summer dapat semenjak mengidolakan Justin. Lelaki itu berhasil mengajarkannya
untuk menjadi diri sendiri, mengajarkannya untuk selalu percaya dan tidak
pernah menyerah, mengajarkan padanya kalau tidak ada yang tidak mungkin di
dunia ini. Dan sekarang giliran Summer untuk memberikan banyak pelajaran keada
Justin, pelajaran yang mungkin seharusnya juga ia dapat bersamaan dengan
Justin. Pelajaran kalau di dunia ini tidak hanya diri kita sendiri yang
menderita, masih banyak orang di luar sana yang memiliki hidup yang jauh lebih
berat. Dengan tetap percaya, jujur dan tersenyum kita pasti bisa melalui semua
itu. Tapi apa kah Summer mampu menghadapi Kevin sekarang? Menghadapi lelaki itu
ketika ia bertemu tatap. Ekspresi seperti apa yang harus ia tunjukan? Sedih?
Senang? Tersenyu? Diam? Atau hanya berjalan menunduk? Sesungguhnya Summer masih
belum sanggup jika harus melihat lelaki itu. Masih ada rasa cinta, penyesalan
dan sakit yang tertinggal di hatinya. Tapi hidup memang tidak perlu di sesali.
Kita hanya perlu menjalani hidup seperti apa yang telah di takdirkan tuhan.
Biarkan Waktu yang berperan.
Tidak
terasa bell Istirahat telah berbunyi yang membuat Summert tersadar dari
lamunannya. Summer pun segera membereskan semua buku dan alat tulis yang
tergeletak di atas mejanya. Saat tengah memasukkan buku, Summer melihat ada
pesan yang masuk ke Ihonenya yang sejak tadi di letakkan di tasnya. Terdapat
pesan masuk dari nomor yang tidak di kenal memuat Summer segera membuka pesan
tersebut. Senyum lebar terukir dari bibir gadis tersebut saat tau siapa
pengirim pesan itu. Seseorang yang tidak pernah dikiranya akan menyimpan
nomornya dan mengirim pesan padanya.
From: 1-452-XXX-YYYY
Hei. Whats up
baby? Oh ya, Kamu pulang sekolah jam berapa? :)
-Justin-
Summer
agak bingung dengan pertanyaan Justin itu sebenarnya. Untuk apa lelaki itu
menanyakan jam pulang sekolah Summer? Tapi Summer tidak begitu memikirkannya
dan hanya membalas pesan lelaki itu dengan gesit.
To: 1-452-XXX-YYYY
Hei. Aku tidak
mengira kalau kau benar-benar menympan nomorku dan mengirim pesan pada ku. Aku
senang sekali. :D kelas ku baru saja
usai dan sekarang jam stirahat. Aku
pulang jam 1 Siang.
Setelah
membalas pesan tersebut Summer pun menyimpan nomor Justin dengan nama ‘Mr. Cute
Smile’ sebagai nama contacnya. Summer pun menyimpan Iphonenya di kantong
blezernya dan berjalan keluar kelas menuju taman di belakang sekolah untuk
membaca buku novel yang telah ia bawa. Summer pun menghabiskan waktu
istirahatnya di sana sendirian, larut dengan cerita yang ia baca. Hingga
akhirnya bel masuk kembali berbunyi yang membuat Summer menghentikan bacaannya
dan kembali ke kelasnya.
Tidak
terasa jam telah menunjukkan angka 1 yang menandakan kalau sekolah telah usai.
Summer Segera merapihkan semua barang yang berserekan di mejanya dan mengenakan
tasnya. Gadis itu baru saja keluar kelas menuju lorong saat terdengar keributan
dan teriakan dari para gadis, beberapa dari mereka bahkan berlarian. Entah apa
yang terjadi yang membuat para gadis itu berteriak, tapi hal itu berhasil
memancing Summer untuk melihat juga ke arah yang di tuju para gadis itu. Para
gadis itu berleri menuju ke parkiran di depan sekolah, mengerubungi seseorang
dengan mobilnya. Summer tidak bisa melihat siapa orang itu karena para gadis
itu menghalangi sang pembuat ribut itu. Summer mencoba berjinjit dan melihat
dari sela-sela untuk melihat siapa orang yang berhasil membuat keributan di
depan sekolhanya itu. Mata Summer melebar saat tau siapa orang tersebut. Orang
yang sukses membuat gadis-gadis di sekolahnya berteriak kencang dan berebut
untuk melihat lelaki itu dari dekat. Justin Bieber datang ke sekolahnya.
Justin yang tengah di kerubungi
para gadis yang tengah mencoba menfotonya pun mencoba mencari gadis yang
sengaja ia kunjungi sekolahnya. Entah kenapa Justin ingin sekali datang ke
sekolah gadis itu dengan alasan untuk menjemputnya. Tapi Justin sebenarnya juga
penasaran dengan lelaki bernama Kevin yang berhasil membuat gadis itu menangis
kemarin.
Di sela puluhan gadis yang
mengelilinginya Justin melihat sosok Summer yang tengah berdiri kaku dengan
muka syoknya. Justin hanya bisa tersenyum melihat muka gadis itu yang telihat
sangat lulu saat terkejut. Justin pun bangkit dari posisinya yang duduk
menyender ke mobilnya untuk menghampiri
Summer. Agak susah membelah puluhan gadis tersebut tapi akhirnya dengan bantuan
para bodyguarnya Justin pun berhasil sampai tepat kedepan Summmer dan menyapa
gadis itu.
“Hei”, sapa lelaki itu dengan
entengnya.
“What are you doing here, Justin?”
Justin memasang senyum masnisnya
yang mampu membuat gadis-gadis lain menggila, tapi tidak dengan Summer yang
masih terkejut di depannya itu. “Of course to pick you up.”
“But, but...”, summer tidak bisa
mengeluarkan kata-kata. Ia terlalu terkejut dan tidak percaya dengan
pengelihatannya sekarang. Tidak pernah terfikirkan di otaknya kalau Justin akan
datang ke sekolahnya untuk menjemputnya. Kini ia mengerti alasan Justin
menanyakan jam pulang sekolahnya tadi.
“Haha... tau kah kamu kalau mukamu
saat ini sangat lucu.”, ledek Justin yang membuat Summer memayunkan bibirnya
yang Justru semakin membuat Justin tertawa.
Gadis-gadis lain yang tadi di sekitar mereka
hanya bisa terdiam dan sebagian lainnya merasa iri dengan kedekatan Summer dn
Justin. Beberaa di antara mereka sebenarnya sudah tau kalau Summer telah
memenangkan kuis seminggu bersama Justin, tapi tidak terfikirkan kalau Summer
akan sedekat itu dengan lelaki idola dunia itu. Mereka leih terlihat seperti
seseorang yang telah berteman lama dari pada penggemar dengan idolanya yang
baru bertemu berapa minggu.
Summer masih memasang wajah
cemberutnya saat dengan tiba-tiba Justin menggenggam tangannya, membuat para
gadis ddi sekeliling mereka berteriak histeris.
“Come on. Where you want to go
today?”, tanya Justin sambil menarik tangan Summer. Tapi kemudian Summer
menahan tangan Justin yang akan membawanya ke arah mobil saat teringat kalau
Novel miliknya masih tertinggal di kolong mejanya.
“Tunggu. Aku meninggalkan Novelku
di bawah kolong meja. Aku mau mengambilnya terlebih dauhulu di kelas. Kamu
tunggu saja di mobil Justin”
“No, i go with you.”
“Ok. Come on”, Summer pun kini yang
gantian menarik tanga Justin yang menggenggamnya untuk mengnikutinya masuk ke
dalam gedung sekolah.
Selama perjalanan menuju kelas
beberapa gadis ikut mengekori mereka berdua yang membuat beberapa orang lainnya
yang tidak bergabung di luar tadi jadi memperhatikan mereka, terlebih lagi
memperhatikan kaitan tangan yang terjadi di antara mereka. Summer dan Justin
jadi lebih terlihat seperti sepasang ke kasih sekarang.
Summer berusaha berjalan dengan
santai meski jantungnya sejak tadi tidak bisa diam. Summer ingin melepaskan
genggaman tangan Justin dari tangannya yang kini telah berkeringat tapi tangan
lelaki itu dengan erat menggenggam tangannya yang membuat ia tidak sanggup
untuk melepasnya. Sebenarnya Summer agak risih dengan hal tersebut, terlebih
lagi Justin melakukannya di depan anak-anak di sekolahnya. Apa kah ia akan jadi
sushi besok hari?
Summer dan Justin terus berjalan
hingga sampai di dalam kelas. Gadis itu segera megambil novelnya dan
memasukannya ke dalam tasnya. Baru saja Summer ingin mengajak Justin untuk
segera meninggalkan sekolahnya tai niat itu ia urungkan saat melihat lelaki itu
tampak tengah menikmati pemandangan sekolah. Summer tau kaau lelaki itu sudah
lama sekali tidak pernah bersekolah di sekolahan. Saat umur 13 tahun lelaki itu
memulai karirnya di dunia musik yang membuat ia tidak bisa bersekolah di sekolah biasa, terlebih
lagi jadwaknya yang semakin menumpuk dan harus tour berkeliling dunia yang
membuat ia harus mengambil Home schooling, tidak bisa di bilang home schooling
juga sih karena dia tidak berada di rumah. Justin pasti merindukan suasana
sekolah. Terlihat dari wajahnya yang tampak tersenyum dan ia yang tampak senang
saat duduk di salah satu kursi sambil menghadap ke depan papan tulis. Pada
akhirnya Summer mendapat ide baru untuk mengajak Justin mengelilingi
sekolahnya.
“Bagai mana kalau kita berkeliling
sekolah. Aku akan menunjukkan padamu beberapa temat indah yang biasa aku
gunakan untuk bersantai dan menenangkan diri sendirian.”, usul Summer yang
kemudian di setujui oleh lelaki itu.
Summer pun menunjukkan seluruh
bagian sekolahnya terutama taman belakang sekolahnya, tempat biasanya gadis itu
menghabiskan waktu untuk membaca novel saat istirahat. Summer mendudukkan diri
di bawah pohon rimbun dan menyenderkan badannya ke sana yang di ikuti oleh
Justin. Pada akhirnya mereka justru duduk terdiam berdua di bawah pohon rimbun
itu sambil menikmati angin yang berhembus. Summer menyenderkan kepalanya ke
atas bahu Justin dn memejamkan kedua matanya. Hening berkepanjangan terjadi di
antara mereka berdua meskipun samar-samar suara para gadis yang masih mengikuti
Justin terdengar menyebutkan nama lelaki itu dengan perlahan. Justin hanya
menanggapi dengan memberikan isyarat untuk tidak berisik dan para gadis itu
menurutinya dan Justru menberi ruang untuk Justin dan Summer.
“Äku menghindarinya hari ini”, ucap
Summer yang akhirnya membuka suara setelah hening yang berkepanjangan. Justin
hanya terdiam, memberikan luang untuk Summer melanjutkan ceritanya.
Summer membuka kedua matanya yang
yang sejak tadi ia pejamkan. “Aku belum siap untuk bertemu dengannya. Aku tidak
tau harus berekspersi seperti apa di depannya. Apa kah aku harus sedih,
tersenyum, atau aku harus menganggapnya tidak ada? Aku bingung Justin”, Justin
terdiam tampak berfikir. Kemudian lelaki itu mengangkat kepala gadis di
sebelahnya yang tengah menyender ke bahunya dan menatap Mata gadis itu
leka-lekat.
“Buatku, tersenyum adalah pilihan
yang terbaik dan aku yakin kamu pasti mampu melakukannya saat bertemu dia. You
are the strong girl i ever meet.”, kemudian mereka saling terdiam sambil saling
menatap satu sama lain.
“Bagai mana kalau kita pergi ke
suatu tempat malam ini”, usul Justin yang menghentikan aktifitas Summer yang
tenga menatap mata Hazel Justin.
Summer tersenyum kemudian
mengangguk. “Kemana pun dengan mu pasti menyenangkan”
“So, Let’s go!”
Justin dan Summer pun bangkit dari
posisi duduk mereka dan berjalan memasuki gedung sekolah untuk menuju Mobil
Justin yang
terparkir di depan gedung sekolah.
Saat berada di salah satu lorong Summer melihat sosok Kevin tengah berjalan
sendirian sambil menenteng tasnya. Sumer tau kalah hari ini lelaki itu memiliki
jam latihan basketnya dan pada jam-jam segini pula latihan itu usai, tapi tetap
saja Summer kaget saat bertemu dengan lelaki itu, terlebih lagi kini lelaki itu tengah menatapnya
yangtengah bersama Justin. Summer menggeratkan genggaman tangannya di tangan
Justin, mencoba mencari kekuatan pada tangan lelaki di sebelahnya. Hal itu
sontak membuat Justin sadar akan satu hal. Sadar kalau lelaki yang kini berada
di depan mereka adalah Kevin, mantan kekasih Summer.
Kevin berdiri terdiam memperhatikan
pasangan di depannya. Menatap dari atas hingga bawah dan matanya terhenti di
panggutan tangan kedua orang di depannya itu. Lelaki itu pun kini menatap
Summer lekat-lekat seakan menanyakan hubungan mereka berdua. Kevin memang tau
kalau Summer mengidolakan seorang Justin bieber, lelaki yang berdiri di
depannya sekarang. Tapi Kevin tidak pernah menyangka kalau gadis itu akan
sedekat itu dengan idolanya itu yang lelaki itu pikir sangat mustahil untuk
dianggap sekali pun. Tapi nyatanya, gadis yang pernah menjadi kekasihnya itu
tengah bergandengan tangan oleh lelaki idolanya. Mereka bahkan terlihat seperti
sepasang kekasih di mata Kevin dan entah kenapa hal itu Justru membuat sesuatu
di dalam diri Kevin terasa sakit. Apa ia cemburu? Apa iya menyesal telah berpisah
dengan gadis di depannya itu.
Summer yang melihat Kevin hanya
terdiam di depannya sambil menatapnya pun mencoba mencari kekuatan untuk tersenyum. Hingga akhirnya ia mampu melakukan itu.
Summer tersenyum manis kearah Kevin dan entah kenapa Summer tidak lagi
merasakan sakit di hatinya. Ini semua berkat kekuatan dari Justin.
“Hei Kev”, sapa gadis itu masih
dengan senyuman yang terukir di bibirnya.
Kevin cukup terkejut dengan sapaan
dari gadis itu. Yang lelaki itu tau kalau gadis itu masih mencintainya dan
mati-matian menghindarinya sejak pagi dan sekarang gadis itu tersenyum lepas
tampak tak mempunyai beban. Hal itu kembali membuat hati Kevin terasa sakit. Ia
menyesal.
Summer yang melihat kevin hanya
terdiam pun kembali membuka suara, “Baru selesai latihan Basket?” tanya Summer
yang kini mendapat tanggapan dari lelaki di depannyai tu.
“Ah—yeah begitu lah.”
Mendedengar kata latihan basket
membuat Justin tau kalau Kevin adalah seorang pemain basket. Sebuah ide keluar
di otaknya begitu saja untuk mengajak lelaki itu bertanding basket 1 lawan 1.
“Kau pemain basket?”
“Yeah”, jawab kevin agak kaget saat
di tanya oleh Justin.
“Mau bertanding dengan ku 1 lawan
1?”, tantang Justin sontak membuat Summer
terkejut dan menatap lelaki itu.
“Justin? Kau bilang kita mau pergi?
Kenapa kamu malah meminta Kevin untuk bertanding?”, tanya Summer dengan muka
tida terimanya.
“Ayolah. Hanya satu pertangdiangan
saja, tidak akan lama. Tidak apa kan?”
“Ta—tapi-”
“Ayo lah. Please Sam”, mohon Justin
yang membuat mau tidak mau summer mengikuti kemauan lelaki itu.
“huff… Ok. Tapi janji hanya satu pertandingan.”
“Ya, aku janji. Aku juga berjanji
setelah itu akan membawa mu kesebuah tepat yang akan kamu sukai”
Pada
akhirnya Jutin, Summer dan Kevin pun pergi menuju lapangan baket di sekolah
itu. Begitu sampai di lapangan, masih ada beberapa anak bakset yang belum
pulang dan agak kaget dengan kembalinya Kevin dan kedatangan Justin.
“Hei
kev! Kenapa kamu kembali lagi? Apa ada yang tertinggal?”, Tanya salah satu
teman satu klub Kevin.
“Tidak.
Aku hanya—ah lupakan, berikan aku bola!”
“Untuk
apa?”
“Lelaki
yang bersama Summer itu menantangku tanding 1 lawan 1. Mana bolanya?”
“Hah?
Woah! Penyanyi itu? Sepertinya akan seru. Ini bolanya”, bola di lemparkan ke
Kevin dan di tangkap dengn baik oleh lelaki itu.
“Kita
lihat saja. Ka jadi wasitnya, ok?”
“Ok!”
Kevin
pun meletakkan tas yang ia bawa di bangku penonton lalu mulai mendribe bola
basket yang iya pegang. Justin yang melihat Kevin telah siap pun melepas
genggaman tangannya dari Summer dan melepas jaket yang ia kenakan.
“kamu
serius akan bertanding 1 lawan satu dengan Kevin? Dia kapten basket Justin, di
jago dalam olahraga ini. Ah! Maksudku—aku tidak mengatakan kamu tidak hebat.
Aku tau kemampuan mu. Tapi apa kamu yakin?”
Justin
hanya tersenyum memnjawab pertanyaan Summer itu.
“Sudah
lah. Ini akan jadi pertandingan yang seru, jadi tonton aku dengan serius ok?”,
Justin mengedipkan sebelah matanya dan kemudian mengacak pelan rambut Summer
yang di balas mukan cemberut yang lucu oleh gadis itu. Justin pun berlari
menyusul Kevin ke tengah lapangan.
Kevin
dan Justi berdiri di tengah lapangan dan di tengah mereka terdapat Teman kevin
yang menjadi wasit tengah memegang bola dan bersiap melemparnya. Setelah
aba-aba peluwit dan lemparan bola ke atas, pertandingan pun di mulai dengan
Kevin yang berhasil merebut bola pertama kali. Pertandingan berjalan begitu
sengit. Bangku penonton yang tadinya hanya di isi oleh summer dan beberapa anak
klub basket yang menonton pun mulai ramai oleh beberapa orang yang kebanyakan
para gadis yang ingin menonton pertandingan seru antara Seorang penyanyi papan
atas dengan Kapten basket sekolah mereka. Saat ini pertandian telah di
menangkan oleh Justin yang berhasil memasukan satu bola ke ring. Hal tersebut
sontak membuat riuh lapangan tersebut oleh teriakan para gadis yang mendukung
Justin, sedangkan Kevin mendapat dukungan penuh oleh para teman satu klub nya.
Summer
masih setia duduk menonton setiap pertandingan dengan baik dari bangku
penonton, dalam hati gadis itu berharp kalau pertandingan menegangkan ini akan
segera usai. Ya, megangkan karena sekarang poin antara Justin dan Kevin telah
sama ya itu 3-3. Mereka benar-benar memiliki permainan basket yang seimbang.
Mereka sama-sama hebat dan berbakat dalam pertandingan ini. Tinggal beberapa
menit lagi waktu pertandingan akan berakhir dan skor masih saja menunjukkan
angka yang sama. Kedua orang tersebut masih tampak saling menjaga skor
masing-masing dan mencoba merebut satu angka. Tapi hal itu tampak mustahil di
lihat dari waktu dan ketangkasan mereka yang seimbang. Tapi pda akhirnya, di
menit-menit terakhir sebelum peluit berbunyi Justin berhasil memasukan bola ke
dalam ring. Pertandingan berakhir yang di iringi dengan sorak-sorak dari para
gadis yang mendukung Justin. Sebelum kembali ke bangku penonton untuk
menghampiri Summer Justin sempat sedikit berbicara dengan suara pelan kepada
Kevin.
“Pertandingan
yang seru, tapi aku harap setelah ini kau tidak mengganggu Sumer lagi. Dia pantas
mendapatkan kebahagia, dan aku yakin kamu tidak mampu memberikan hal itu
padanya.”
Ucapan
Justin tersebut cukup membuat Kevin terkejut dan sedikit kesal, tetapi omongan
lelaki itu juga tidak salah karena Kevin telah membuat Summer menderita selama
ini. Pada akhirnya Kevin hanya bisa menghembuskan nafas pasrah dan mengangguk.
Mereka berdua pun melakukan salam alam lelaki dan kembali ke bangku penonton
dengan Justin menuju Summer dan Kevin menuju teman-temannya.
Summer
menyambut kedatangan Justin dnegan senyuman senang karena lelaki itu berhasil
memenangkan pertandingan tersebut dan mengalahkan Kevin. Summer juga segera
memberikan sebuah handuk kecil kepada Justin yang telah ia minta dari manajer
basket yang memang telah di sediakan untuk para anak klub basket. Summer
sebenarnya telah cukup dekat dngan semua anggota basket dan manajernya karena
sering menemani Kevin saat latihan basket dulu ketika mereka masih berpacaran,
tapi semenjak putus Summer agak menjaga jarak dengan mereka semua. Jsutin pun
mendudukkan diri di samping Summer sambil mengelap keringatnya menggunakan
handuk yang di berikan Summer. Begitu Justin selesai mengelap keringatnya
Summer pun menyodorkan sebuah botol minuman dingin yang langsung di ambil dan
diminum oleh lelaki tersebut.
“Terimakasih”,
ucap Justin setelah selesai meneguk airnya.
“Sama-sama.
Tadi itu pertandingan yang sangat seru dan menegangkan. Aku kira pertandingan
tadi akan berakhir dengan skor yang sama, tapi ternyata kau berhasil memasukan
bola di detik-detik terakhir. Keren!!!”, pekik Summer di akhir kalimat yang
membuat Justin terkekeh karena tingkah gadis itu.
“Ok,
seperti janjiku kita akan pergi ke suatu tempat yang akan kamu sukai. Tapi
sebelumnya kamu harus mengganti seragam mu”
“Jadi
kita pulang ke rumah ku dulu?”
“Tidak”,
Jawaban Justin tersebut membuat Summer bingung sendiri tetapi lelaki itu hanya
diam sambil tersenyum penuh misteri sambil menarik tangan Summer untuk segera
pergi menuju mobil.
***
Summer tengah berada di kawasan
pusat perbelanjaan sekarang, mencoba beberapa baju yang telah di pilihkan oleh
Justin. Sebenarnya gadis itu telah menolak agar Justin tidak membelikannya
baju, tetapi lelaki itu tetap memaksa dan sekarang Justru memilihkan 3 baju
untuknya. Dengan terpaksa akhirnya Summer mencoba baju-baju tersebut dan
menunjukkannya kepada Justin. Seteyal seluruh baju telah di coba dan di rasa
cocok Summer pun memberikannya kepada penjaga toko yang segera di bawa ke meja
kasir dan di bayar oleh Justin. Setelah di bayar Justin pun menyuruh Summer
untuk mengganti baju seragamnya dengan salah satu baju yang telah ia beli itu.
Summer pun memilih salah satu baju yang cukup sederhana dan tidak terkesan
formal untuk ia kenakan sekarang. Gadis itu pun keluar dengan mengenakan baju
dress berwarna cream di atas lutuk di padukan dengan stoking hitam dan sepatu
boot hitam sebetis. Justin mengacungkan dua jemol kepada gadis itu begitu
melihat dandan gadis itu. Kemudian Justin pun kembali menggandeng summer dan
membawa gadis itu ke dalam mobil untuk menuju ketempat berikutnya.
Langit telah berganti menjadi malam
dan Summer masih terduduk di jok penumpang menunggu mereka sampai di tepat yang
Juti maksud. Setelah perjalanan beberapa menit itu akhirnya mobil Justin pun
terhendi di sebuah pasar malam yang cukup ramai. Summer yang melihat
pemandangan di luar mobil pun terkejut dan menatap lelaki di sampingnya tersebu
tidak mengerti.
“Pasar malam?”
“Ya, pasar malam. Kenapa? Kamu tidak
suka?”
“Tidak, bukan begitu. Hanya saja—kau
yakin akan aman jika kamu berjalan di sini? Tempat ini terlalu ramai dengan
orang-orang dan pasti banyak di antara merek yang mengenali mu.”
“aku sangat yakin. Dan tidak usah
mencemaskan hal itu, aka nada banyak bodyguard ku yang akan menjaga kita, jadi
nikmati saja malam hari ini di sini. Ayo!”
Justin pun keluar dari mobilnya dan
membukakan pintu untuk Summer. Mereka pun memasuki pasar alam itu. Baru
beberapa langkah dan benar saja, banyak para gadis di sana yang berteriak
histeris saat melihat Justin. Untung saja para bodyguar Justin yang berjumlah
banyak dengan sigap membuat brikade untuk menjaga Justin dengan ketat. Akhirnya
Justin dan Summer pun menghabiskan malam itu dengan bersenang-senang di pasar
malam tersebut. Dimulai dari menaiki beberapa wahana berputar, memasuki rumah
hantu dan rumah kaca, membeli beberapa jajanan seperti hot dog dan lainnya,
bermain tembak-tembakan dengan sasaran boneka panda besar, dan terakhir mereka
menaiki bianglala. Summer duduk tepat di samping Justin saat menaiki bianglala
dan hal itu cukup membuat jantung gadis itu berdetak dua kali lebih kencang
dari biasanya. Kencangnya detakan itu bukan di akibatkan oleh tegang karena
jujur saja Summer sudah terbiasa denan semua ini, hanya saja Summer merasakan
hal lain di perasaannya tetapi ia tidak tau apa itu.
Bianglala mulai berjalan berputar
secara perlahan. Naik, naik dan mulai menuju kepuncak tertinggi dari bianglala
tersebut. Dari atas sana Summer bisa melihat pemandangan lampu-lampu yang ada
di sekitar pasar malam itu dan bintang-bingtang di langit yang terlihat sangat
cantik. Summer bangkit dari duduknya dan mendekat ke pinggi kotak bianglala
yang mereka tempati untuk melihat pemandangan dengan jelas. Summer masih
berdiri dan berjalan tidak bisa diam di dalam kotak tersebut sampai di saat
bianglala kembali naik untuk putaran yang kedua Summer hampir saja terjatuh,
tapi dengan segera Justin menangkap gadis tersebut. Summer mendarat dengan
empuk di dalam pelukan hangat Justin yang membuat lagi-lagi jantungnya berdetak
kencang. Justin segera mendudukan kembali Summer di sebelahnya untuk
menyeimbangkan bianglala mereka.
“Terimakasih”, ucap Summer dengan
malu-malu karena sudah berbuat konyol dengan tidak bisa diam seperti anak kecil
yang baru menaiki bianglala. Justin hanya Membalas ucapan Summer dengan
senyuman yang begitu manis yang terlihat sangat jelas dari tempat Summer yang
berada di sebelah lelaki itu. Jarak muka mereka hanya beberama centi dan itu
membuat jantung Summer berpacu semakin kencang. Senyuman yang di berikan Justin
padanya itu juga berhasil membuat Summer merasakan seperti ada kupu-kupu yang
berterbangan di perutnya. Apa Summer telah jatuh cinta pada Justin Bieber
idolanya? Karena Summer sadar kalau perasaan yang ia rasakan pada Justin
sekarang sangat jauh berbeda degan perasaannya yang ia berikan untuk lelaki itu
selama ini. Bukan lagi perasaan kagum dan cinta ke pada idola biasa. Summer
jatuh cinta kepada Justin sebagai lelaki biasa dan itu adalah hal terburuk yang
pernah Summer rasakan dalam hidupnya.
Bianglala yang Justin dan Summer
naiki telah kembali sampai di bawah. Mereka pun segera turun dari bianglala
tersebut dan Justin mengajak Summer menuju tempat jajanan gula-gula sebelum
mereka akan pulang. Justin membelikan satu gula-gula kapas untuk Summer yang di
terima dengan senang hati oleh gadis itu. Setelah itu mereka pun berjalan
beririgan menuju mobil dengan keheningan. Summer sibuk dengan fikirannya
sendiri tentang perasaan Cinta yang ia rasakan untuk Justin, perasaan yang
seharusnya tidak hadir pada dirinya. Summer sadar kalau ia hanya seorang
penggear biasa yang sedang beruntung karena bisa bersama oleh Justin selama
seminggu, dan itu juga alas an kenapa Justin begitu baik dan perhatian padanya.
Justin tidak akan seperti ini jika ia tidak memenangkan kuis dan Summer tau
kalau semua kesenangan ini juga akan segera berakhi setelah waktu seminggu
miliknya berakhir. Ia akan kembali menjadi seorang peggemar biasa lagi seperti
yang lainnya, penggemar yang tidak mungkin dapat mendapatkan cinta dari
idolanya. Oleh karena itu Summer mencoba menekan perasaannya agar tidak mencinai Justin.
Selama perjaanan Summer terus
melamun dan hanya berbicara saat Justin menanyakan letak rumahnya. Hingga
akhirnya mereka pun sampai di depan rumah Summer. Justin seperti biasa
membukakan pintu untuk gadis tersebut layaknya lelak gentlemen.
“Emm.. Terimakasih untuk hari ini
dan terimakasih juga karena telah mengantarku sampai rumah” ucap Summer begitu
berada di luar mobil sabil memeluk boneka panda besarnya yang di dapat dari
pasar malam. Justin tersenyum dan mengangguk membalas ucapan Summer tersebut.
“Kamu mau mampir dulu?”, Tanya
Summer kembali agak canggung karena ini pertama kalinya Justin mengantarnya
hingga ke depan rumah.
“Emm… tidak, terimakasih. Sepertinya
aku akan langsung pulang saja, lagi pula kamu juga sudah lelah kan. Mungkin aku
bisa mampir lain kali”
“ok. Mampir kapan pun kamu mau,
rumah ku terbuka kapan pun untukmu.”
“kapan pun? Termaksud saat tengah
malam dan saat makan malam?”, ledek Justin yang membuat Summer tertawa.
“Ahaha.. tidak seperti itu juga.
Tapi untuk saat makan malam—kalau kau mau kau bisa mencoba makan malam di rumah
ku kapan-kapan. Masakan Mom ku tidak kalah enak dengan makan restoran di luar”
“Benar kah? Sepertinya menarik. Baik
lah, kapan-kapan aku akan berkunjung untuk ikut makan malam di rumah mu.
Tapi—aku jauh lebih ingin mencoba makan buatan mu.”
“Oh No. jangan makanan buatan ku.
Kau akan mati jika mencob masakan buatan ku. Asal kau tau saja, aku ini tidak
bisa memasak.”
“ahaha… Kalau begitu belajar lah.
Aku akan menjadi orang pertama yang akan mencicipi masakan buatan mu. Aku
tunggu ok.”, Justin mengedipkan sebelah matanya sambil teratwa kecil membuat
Summer ikut tertawa karena godaan dari lelaki itu.
“Baik
lah kalau itu mau mu. Kau janji kan akan mencoba masakan ku?”
“Ya,
aku janji. Tapi kau juga harus berjanji untuk tidak membunuh ku dengan makanan
mu. Aku masih mau hidup panjang.”, lagi-lagi Justin sukses membuat Summer
tertawa karena kata-katanya.
“Tenang
saja. Aku punya koki hebat di rumah ku yang akan mengajarkan aku memasak. Aku
tidak akan mengecewakan mu.”, Summer tersenyum manis keara Justin setelah
ucapan itu. Keheningan terjadi di antara mereka dengan Summer yang masih
tersenyum sedangkan Justin sibuk menatap kea rah gadis itu. Kemudian dengan
perlahan Jarak di anatar mereka semakin dekat dan Justin pun mendrtkan kecupan
di dahi gadis itu yang sukses membuat tubuh Summer kaku seperti patung.
Justin
hanya tertawa ketika melihat eksperi gadis tersebut dan kemudian mengacak lembut
rambut gadis tersebut.
“Ok,
aku harus pulang. Goodnight Sammy, have a nice dream.” Ucap Justin yang
memanggil Summer panggilan ‘Sammy’. Kontak hal tersebut membuat Summer tersadar
dang agak bingung dengan panggilan tersebut, tetapi gadis itu hanya diam saja.
Justin
pun memasuki mobilnya dan membunyikan klakson mobilnya sekali sebagai salam
perpisahan untuk Summer yang di balas lambaian tangan oleh gadis tersebut. Lalu mobil Justin pun segera menghilangan
dari hadapan Summer dalam hitungan menit. Summer pun segera melangkahkan kakiya
masuk kedalam rumah dengan Senyum yang terukir lebar di bibir gadis tersebut.
Sungguh hari yang indah. Tapi satu hal yang menjadi masalah besar. Perasaan
yang seharusnya tidak ada itu semakin lama justru semakin tumuh tanpa bisa
Summer hentikan.
Summer Di sekolah
Justin bermain basket dengan Kevin
Baju yang di pake Summer ke pasar malam
Boneka pada yang di dapat Summer di pasar malam. Lucu kan? Lucu dong. ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar