Rabu, 08 Juli 2015

Different - Chapter 9




Warning: Jangan membaca jika anda tidak menyukai tulisan saya. Cerita ini murni dari otak saya tanpa ada satupun ide yang menjiplak dari orang lain, jadi di mohon untuk tidak meniru, menjiplak atau meng copy tulisan saya tanpa izin dari saya. Mohon maaf untuk banyaknya typo, tulisan yang tidak jelas, anehnya alur cerita dan kurang menariknya cerita. Semua kesalahan kembali lagi kepada saya yang hanya manusia biasa. Selamat menikmati cerita buatan saya ini.






            “Atau kau........... ‘Jatuh Cinta’ dengannya?”

***

            Summer tengah duduk termenung di kelas. Gadis itu telah melakukan kegiatan tersebut sejak pelajaran pertama membbuat Emma bingung. Sudah seminggu semenjak hari terakhir Summer bersama Justin dan sudah seminggu pula Summer merasa hidupnya hampa. Rasa rindu ingin bertemu lelaki itu terus datang dan datang tetapi logikanya berusaha menyadarkannya kalau ia bukan apa-apa di mata Justin, hanya seorang fans biasa.
            Hentakan di bahu membuat Summer tersadar dari lamunannya dan menatap kepada orang yang berada di sebelahnya, Emma.

            “Sam, tida kah kau mau bercerita kepada ku? Ada apa dengan mu? Seharian ini kamu terus melamun. Ah tidak! Bukan hari ini saja, tapi sudah seminggu ini kamu seperti ini. Ucap Emma yang di jawab gelengan lemah dari Summer. Ya, summer memang belum bahkan tidak akan bercerita kepada Emma. Summer tau kalau Ia dan Emma adalah sahabat tapi ia tidak mau terlihat bodoh dengan mengatakan kalau ia memiliki perasaan khusus kepada Justin. Itu bukan lah hal yang harus di ceritakan, tapi di lupakan bukan.

            “I’m Ok Emma. Aku hanya merasa sedikit tiadak enak badan” dusta Summer.
            “Apa kau mau ku bawa ke UKS? Kau bisa beristirahat di sana kalau memang kau sedang tidak enak badan”
            “Tidak usah, aku masih mau melanjutkan belajar.”
            “Atau kau mau ku bellikan makanan di kantin? Kau bahkan belum memakan apa pun sejak istirahat pertama. Ayolah, aku roti untuk mu ya?”
            Summer menghemuskan nafasnya, “Ya, aku fikir itu ide bagus. Tolong belikan aku roti coklat.” Setelah mendengar jawaban Summer tersebut Emma pun  tersnyum dan pamit pergi ke kantin untuk membelikan roti untuk Summer. Summer pun kembali melamun  sesaat setelah Emma pergi meninggalkannya.

            Kembali terngiang di ingatannya kejadian semalam saat ia kembali mendatangi pasar malam tempat di mana Justin mengajaknya waaktu itu. Tempat di mana ia bisa tertawa dan bercanda dengan Justin secara lepas. Ia memang sengaja mendatangi pasar malam itu untuk kembali mengenang memorinya dengan justin saat berada di sana. Ia menaiki semua wahana yang pernah ia naiki bersama Justin secara berurutan sama seperti saat itu. Malam itu ia berusaha tetap tersenyum layaknya wajah-wajah bahagia orang-orang di sekitarnya, tetapi pada akhirnya air matanya pun tumpah saat ia menginjakkan kakinya di bout tempat permainan menembak di mana Justin berhasil mendapatkan boneka panda untuknya, air mata itu tumpah sesaat setelah ia mendengar kata-kata dari penjaga bout permainan tersebut, kata-kata yang membuat logikanya berkerja keras untuk mengingatkan kalau ia hanya seorang fans dan Semua yang Justin lakukan bersamanya hanya sekedar karena ia memenangkan sebuah kuuis, tidak lebih!


Flash Back

            Angin malam yang cukup dingin di penghujung bulan february berhembus menghempas kulit wajah Summer yang telah dingin. Suara teriakan dan tawa bahagia terdengar menjadi background suasana di pasar malam yang Summer datangi malam itu, Pasar malam yang sama yang pernah ia datangi bersama Justin seminggu yang lalu. Summer memang sengaja datang ke tempat ini dan bahka tempat-tempat lain yang pernah ia datangi bersama Justin dengan tujuan mengenang semua memori kala itu sebelum pada akhirnya ia akan mencoba untuk melupakan semuanya. Senyum palsu terus terukir di bibirnya kala ia menaiki satu-persatu wahana di pasar malam itu dengan secara berurutan sama seperti di saat ia datang bersama Justin. Semua hal ia lakukan mirip seperti malam itu, yang membedakan hanyalah ia yang datang sendirian malam ini.
            Summer baru saja menghabiskan hotdog nya saat ia melihat bout permainan tembak di depannya. Sekilas terngiang di benaknya saat Justin dengan mati-matian berusaha mendapatkan boneka panda untuknya, padahal bisa saja lelaki itu membelikannya boneka tersebut di toko dengan uang yang ia miliki. Dengan langkah pelan Summer mendekat bout itu dan berdiri tepat di depan penjaga bout tersebut. Gadis itu mengeluarkan uangnya seharga satu kali permainan tembak tersebut dan memberikannya kepada penjaga tersebut yang kemudian menukarkannya dengan sebuh pistol laras panjang untuk menembak sasaran yang tersedia. Summer menatap sasaran satu persatu dan melihat hadiah apa yang akan ia dapat jika menembak sasara tersebut. Pandangan matanya jatuh kepada sebuah mug lucu bergambar panda tepat di belakang sasaran berukuran sedang. Summer pun mengangkat pistolnya dan mulai membidik sasaran tersebut. Suara letusan yang tidak begitu nyaring terdengar saat Summer menekan pelatuk, tapi kekecewaan datang saat melihat kalau ia gagal mengenai sasaran tersebut. Summer kembali menuju penjaga bout dan kembali mengeluarkan uang untuk bermain permainan itu. Penjaga tersebut pun mengeluarkan pistol baru untuk di gunakan oleh Summer. Summer telah siap kembali membidik sasaran yang sama tapi hasilnya pun tetap sama, ia tetap gagal mengenai sasaran tersebut. Lagi dan lagi summer mengeluarkan uangnya untuk bermain permainan itu demi mendapatkan mug tersebut hingga akhirnya pada permainannya yang ke 6 gadis itu berhasil mengenai sasaran tersebut. Dengan wajah bahagia Summer mendekati penjaga dan mengembalikan pistolnya dan meminta hadiahnya. Penjaga mngambilkan hadiah mug tersebut dan memberikannya kepada Summer sambil tersenyum.

            “Selamat kau berhasil mendapatkan mug bergambar panda ini. Aku rasa kau benar-benar menyukai panda ya. Seingatku minggu kemarin kau datang kemari bersama kekasih mu dan ia juga berhasil mendapatkan boneka panda untukmu. Apa malam ini dia tidak datang dengan mu? Jujur kalian pasangan yang sangat serasi. Datanglah lagi kesini dengan kekasih mu itu kapan-kapam dan aku akan memberikan kalian geratis bermainn di bout ini” Ucap Penjaga bout tersebut panjang lebar membuat Summer cukup terkejut dengan kata-kata ‘pasangan serasi’ yang di ucapkan penjaga tersebut. Pada akhirnya Summer hanya bisa membalas ucapan penjaga tersebut dengan senyuman panggu dan kemudia pergi meninggalkan bout permainan tersebut.

            Selangkah, dua langkah, tiga langkah. Air mata turun begitu saja melewati pipi puti Summer tanpa gadis itu sadari. Ia bahkan tidak mengerti mengapa ia menangis sekarang, tapi kemudian kata-kata penjafa bout tadi kembali terngiang.

            ‘kalian pasangan yang sangat serasi.’

            Benarkah kalau ia dan Justin Pasangan yangs serasi?dan apa kah ia dan Justi terlihat seperti sepasang kekasih saat berjalan berdua? Pertanyaan tersebut terus muncul menghantui Summer tetapi kemudian logika kembali menyadarkan Summer. Logika yang menyatakan kalau ia bukan siapa di mata Justin, logika kalau ia hanya sekedar fans sama seperti fans lelaki itu yang lainnya, logika kalau ia sesungguhnya tidak pantas bersanding bersama seorang Justin Bieber, artis papan atas.
            Air mata terus turun bahkan di saat gadis itu menaiki wahana terakhirnya, bianglala. Terngiang kembali kejadian di mana saat ia berada di bianglala bersama Justin, saat ia memandang pemandangan indah bersama dari puncak bianglala, saat ia terjatuh dan Justin mengangkatnya, saat Justn tersenyum untuknya, kejadia-kejadian yang tidak akan pernah terjadi lagi di dalam hidupnya. Hanya sekali itu saja, hanya kali itu saja.

Flash Back end

            Summer kembali sadar dari lamunannya saat mendengar Emma yang telah kembali dari kantin memanggil namanya. Dengan cepat Summer menghapus setitik air mata yanng keluar dari matanya saat mengingat kejadian semalam. Summer memasang senyum palsunya saat Emma duduk di sebelahnya dan memberikan rroti yang ia beli kepadanya.

            “Thanks Emm” ucap Summer yang di balas anggukan oleh Emma. Summer pun pada akhirnya membuka bungkus roti tersebut dan memakannya dengan perlahan hingga akhirnya roti tersebut habis tepat berbengan dengan bel tanda masu pelajaran yang berdering dengan nyaring.

***

            Angin laut di malam har berhembus dengan sangat kencang menera rambut panang Summer yang tengah terduduk di pinggir tebing curam di salah satu pantai yang ada di California. Ya, malam ini untuk yang kesekian kalinya Summer mendatangi tempat-tempat kenangan yang pernah ia datangi dengan Justin dan ini lah tempat terakhir yang belum ia datangi minggu ini, Tebing Pantai California tempat ia melihat matahari terbenam dan menatap langit malam berbintang. Summer baru saja melewaati sejanya dengan terduduk menatap matahari terbenam beberapa jam yang lalu dan kini gadis itu tengah terbaring di atas rumbut sambil menatap ke arah langit hitam yang penuh dengan gemerlap bintang-bintang. Summer mengangkat sebelah tangannya kudara dan dengan jari telunjuknya mencoba meyambungkan bintang-bintang di langit sesuai rasinya. Teringat dengan jelas di ingatan Summer nama-nama beberapa rasi bintang yang di sebut kan oleh Justin kala itu. Rasi Bintang Orion, Rasi bintang petunjuk arah Barat, Rasi Bintang Scorpion, rasi bintang petunjuk arah Tenggara/ Timur langir, juga ada Rasi bintang Andromeda, Rasi bintang Chepeus, dan masih banyak lagi.
Tidak terasa air mata kembali mengalir membasahi pipi Summer, membuat dengan cepat gadis itu menghapus air mata itu meski pun pada akhirnya hal itu menjadi percuma karena air mata itu terus turun dan turun lagi. Summer mulai meruntuki dirinya yang menjadi lemah karena Justin, padahal sebelum bertemu lelaki itu ia merasa hidupnya baik-baik saja meskipun telah terluka berkali-kali. Summer bahkan iangat kalau ia hanya menangis beberapa kali, yang pertama saat nenek dan kakeknya meninggal, saat ibunya sakit, saat melihat Kevin berciuman dengan gadis lain di sekolah, dan saat ia mengeluarkan seluruh perasaannya di depan Justin. Summer bukan lah gadis yang mudah menangis karena ia gadis yang tegar, tetapi setelah bersama denngan Justin selama seminggu ia sadar kalau ia bukan gadis yang setegar yang ia kira selama ini. ia hanya menahan untuk meangis karena takut akan terpuruk dengan kesedihannya, dan kini ketakutannya itu benar-benar terjadi. Ia jatuh terpuruk dengan kesedihannya terlalu dalam, membuatnya tidak dapat bangkit dan berhenti untuk bersedih. Selama ini Summer sadar kalau kisah cintanya tidak pernah indah, tetapi ia tetap mencoba dan membuat semuanya terasa indah untuk dirinya sendiri. tapi baru kali ini, baru kali ini ia merasa kalau ia merasa kalau ini adalah kisah cintanya yang paling buruk, ia tidak bisa  mencobanya meski hanya untuk mengatakan sekali pun, ia tidak bisa karena ia sadar ia akan gagal di kali pertama ia berusaha mencoba, ia tau kalau ia akan terluka bahkan sebelum mencobanya. seperti kali ini, ia jatuh cinta terlalu dalam kepada seseorang yanng bahkan tidak sanggup ia gapai. Ia bagaikan punguk yang merindukan bulan.

***

            Siang itu pelajaran olahraga tengah berlangsung. Para murid peremuan tengah bermain voli sedangkan para murid lelaki bermain basket. Summer terduduk sendirian di bangku penonton menatap para murid-murid yang tengah asyik bermain. Gadis itu menolak untuk ikut bermain dengan alasan tidak enak badan dan pada akhirnya memutuskan untuk menonton di bangku penonton. Saat tengah asyik termenung sambil menatap para perempuan yang tengah bermain voli Summer di kagetkan oleh seseorang yang dengan tiba-tiba duduk di sebelahnya. Lelaki itu dengan sopannya meminum air mineral milik Summer yang tergeletak di sebelah gadis itu. Tanpa bertanya Summer pun telah tau siapa itu. Hanya seorang saja yang bisa melakukan hal itu dengan santai, hanya seorang Kevin Road, mantan pacarnya.

            “Hei Sam. Tidak beragabung dengan yang lainnya?”, tanya Kevin dengan santai.
            Summer memalingkan mukanya menata ke arah Kevin, “Bagaimana yang kau liat?” jawab Summer dengan pertanyaan kembali. Kevin pun hanya menyengir kepada gadis itu.

            “Belakangan ini kau terlihat berbeda dengan biasanya.”
            “Berbeda?” tanya Summer sambil mengerutkan dahinya.
            “Ya. Kau terus melamun dan kau tidak terlihat seceria biasanya. Ada apa?”
            “Tidak ada apa-apa.” Jawab Summer singkat sambil matanya kembali menatap ke arah lapangan, Summer berusaha menghindari pertanyaan tersebut.
            “Aku yakin kau tidak baik-baik saja. Apa ini karena... Justin?” tanya Kevin dengan mengecilkan suaranya saat menyebutkan nama Justin tapi cukup membuat Summer kembali menatapnya.
            “Ah, aku rasa tebakan ku benar.” Ucap Kevin lagi sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

            “Berceritalah kepadaku. Aku—tau kalau kita pernah punya masalah dan membuat kau cukup canggung dengan ku, aku minta maaf karena itu. tapi aku tetap bisa menjadi pendengar yang setiap untukmu.” Summer terdiam tak bersuara.
            “Apa dia meyakitimu?” Summer masih terdiam.
            “Apa penggemarnya menyakiti mu?” Masih tetap tidak ada tanggapan dari Summer.
            “Kau sedih karena masa seminggu dengannya telah habis?” Masih tidak ada suara.
            “Atau kau........... ‘Jatuh Cinta’ dengannya?” Deg! Jantung Summer seakan berhenti sejenak saat Kevin mengatakan hal tersebut. Perubahan Ekspresi yang di tampilkan oleh Summer tersebut membuat Kevin tau kalau tebakannya yang terakhir tepat sasaran. Ya, tapi pada dasarnya lelaki tersebut telah menyadarinya tepat di hari Justin datang ke sekolahnya bersama Summer. Pandangan Summer kepada lelaki itu sama seperti pandangan gadis itu kepadanya saat ia masih berpacaran dengannya, pandangan cinta dan memuja, bukan pandangan kagum kepada seorang idola. Kevin sadar itu meskipun ia yakin kalau saat itu bahkan Summer pasti belum menyadari perasaannya kepada lelaki idolanya itu.

            “Tebakan ku yang terakhir betul bukan? Kau jatuh cinta padanya. Bukan cinta sebagai fans dengan idolanya tetapi cinta seorang gadis kepada seorang lelaki.” Ucapan kevin membuat Summer memubuang nafasnya berat dan kemudian mengangguk pelan.

            “Aku bodoh bukan? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada penyanyi terkenal seperti Justin. Seharusnya aku sadar siapa aku dan siapa Justin.” Summer berbicara dengan suara pelan tapi cukup terdengar oleh Kevin.
            “Menurutku kau tidak bodoh. Perasaan seperti itu wajar, terlebih kau sudah merasakan seminggu bersamanya dan mengenal lebih dekat bagaimana dia. Perasaan seperti itu tidak akan pernah bisa kita tahan, ia akan datang dan pergi dengan semaunya, membuat kita gila sendiri karenanya.”
            “Tetap saja aku bodoh Kev. Harusnya aku sadar kalau Justin itu hanya mencintai Selena, dan seluruh perhatiannya selama seminggu kemarin kepadaku semata-mata hanya karena aku pemenang kuis, tidak lebih!”
            “Tapi aku rasa pehatiannya kepadamu bukan kebohongan. Dia memang perduli kepadamu. Kalau dia tidak perduli dengan mu untuk apa dia capek-capek menantangku bermain basket? Untuk terlihat hebat di depan penggemarnya? Kurasa tidak, karena tanpa ia melakukan itu juga penggemarnya sudah tau kalau ia hebat. Untuk terlihat hebat di depan media? Aku rasa juga tidak. Karena apa kau lihat ada media yang menyorotnya? Tidak bukan. Itu semua ia lakukan karena dia peduli dengan mu.”
            “Mungkin dia hanya ingin mengetes kemampuannya bermain basket karena aku mengatakan padanya kalau kau pemain basket yang terhabat di sekolah ini.”
            “Aku rasa bukan karena itu juga. Kau tau apa yang ia katakan saat akan meninggalkan lapangan seusai mengalahkan ku?” Summer menggelengkan kepalanya.
           
“ ‘Aku harap setelah ini kau tidak mengganggu Summer lagi. Dia pantas mendapatkan kebahagia, dan aku yakin kamu tidak mampu memberikan hal itu padanya!’ Dia memperingati hal itu kepadaku agar aku tidak melukai mu lagi, jadi apakah itu bukan karena ia perhatian kepadamu?”
“Mungkin itu hanya karena—”
“Oh Come on Sam! Kau itu pintar! Gunakan logika mu dengan benar!” potong Kevin kesal dengan Summer yang terus menutupi kenyataan. Kevin memang masih memiliki perasaan kepada Summer tapi ia sadar kalau gadis itu lebih mencintai orang lain dari pada dirinya dan ia jauh lebih ingin melihat gadis itu bahagia terlepas dari dirinya yang pernah melukai gadis itu.

“Tapi logika ku selalu mengatakan kalau aku bukan siapa-siapa di matanya kev! Aku hanya seorang fans biasa dan perhatiannya hanya karena aku menang kuis! Dia mencintai selena dan aku tau itu dari matanya! Aku tidak sebanding jika harus bersaing dengan seorang Selena Gomez! Aku bukan apa-apa bila di bandingkan dengannya! Aku bahkan tidak cukup cantik dan menarik untuk membuatmu tetap bersama ku, apa lagi untuk Justin!” ucap Summer dengan nada suara yang di naikkan 1 oktaf.

Kevin terdiam sejenak dan membuang nafasnya, “Jujur untukku Kau cantik dan menarik, aku saja yang terlalu brengsek hingga melakukan semua itu pada mu. aku menyesal melakukan itu padamu karena pada  nyatanya aku masih mencintai mu sampai saat ini, tapi aku ingin melihat mu bahagia dengan orang yang kau cintai dan itu bukan lagi aku. Jadi bisa kah kau lebih percaya diri?! Aku yakin Justin juga menganggapmu demikian. Mungkin kau mengatakan kalau kau tidak sebanding dengan Selena, tetapi buatku kalian punya sisi cantik dan menarik yang berbeda dan itu membuat kalian sebanding untuk Justin. Kau hanya perlu lebih percaya diri.”
“Ma—maaf, aku tidak tau itu.” Summer cukup kaget dengan pengakuan Kevin.
“Tidak apa. Aku memang sengaja tidak mengatakannya, tapi kau memaksaku untuk mengatakannya.”

Summer terdiam selama beberapa saat dan kemudian kembali membuka suara, “Tapi aku tetap tidak sebanding dengan Justin.”
“Kau pantas dengan—”
“Kau tidak tau apa-apa Kev. Mungkin kau mengira aku pantas dengannya, tapi tidak baginya. Kau tau? Dia yang mengatakan sendiri ka—lau dia tidak bisa membuka hatinya untuk gadis lain. tidak untuk ku, atau pun untuk gadis lain di luar sana. Tidak ada kesempatan sejak awal Kev.” Potong Summer, gadis itu berbicara dengan nada bergetar karena menahan tangis.
“Sudah lah! Bisa kita membicarakan yang lain? aku tidak mau membicarakannya tentangnya. lebih baik aku pergi dari sini kalau kau masih mau membicarakannya.” sambung Summer lagi yang sukses membuat Kevin menutup mulutnya untuk tiak membahas Justin lagi.

“Ok, aku tidak akan membicarakannya lagi. Tapi—aku mau membicarakan tentang bagaimana hubungan kita selanjutnya.” Ucapan kevin tersebut sukses membuat summer bingung.
“Maksud mu?”
“Ya, jadi Sekarang aku bisa kembali memperbaiki hubunngan di antara kita lagi kan? Jadi sekarang kita—berteman kan?” tanya Kevin ragu-ragu yang kemudian membuat Summer terkekeh.
“Oh, ayolah Kev. Apa aku akan membicarakan tentang perasaan ku kepada orang lain yang tidak aku anggap sebagai teman ku?”
“Ya... mungkin saja.” Jawab Kevin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Tentu saja tidak mungkin bukan.”
“jadi sekarang kita berteman?” tanya Kevin lagi.
Summer tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya, “Ya, kita berteman.”
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar