Warning: Jangan
membaca jika anda tidak menyukai tulisan saya. Cerita ini murni dari otak saya
tanpa ada satupun ide yang menjiplak dari orang lain, jadi di mohon untuk tidak
meniru, menjiplak atau meng copy tulisan saya tanpa izin dari saya. Mohon maaf
untuk banyaknya typo, tulisan yang tidak jelas, anehnya alur cerita dan kurang
menariknya cerita. Semua kesalahan kembali lagi kepada saya yang hanya manusia
biasa. Selamat menikmati cerita buatan saya ini.
“Atau
kau........... ‘Jatuh Cinta’ dengannya?”
***
Summer
tengah duduk termenung di kelas. Gadis itu telah melakukan kegiatan tersebut
sejak pelajaran pertama membbuat Emma bingung. Sudah seminggu semenjak hari
terakhir Summer bersama Justin dan sudah seminggu pula Summer merasa hidupnya
hampa. Rasa rindu ingin bertemu lelaki itu terus datang dan datang tetapi
logikanya berusaha menyadarkannya kalau ia bukan apa-apa di mata Justin, hanya
seorang fans biasa.
Hentakan
di bahu membuat Summer tersadar dari lamunannya dan menatap kepada orang yang
berada di sebelahnya, Emma.
“Sam,
tida kah kau mau bercerita kepada ku? Ada apa dengan mu? Seharian ini kamu
terus melamun. Ah tidak! Bukan hari ini saja, tapi sudah seminggu ini kamu
seperti ini. Ucap Emma yang di jawab gelengan lemah dari Summer. Ya, summer
memang belum bahkan tidak akan bercerita kepada Emma. Summer tau kalau Ia dan
Emma adalah sahabat tapi ia tidak mau terlihat bodoh dengan mengatakan kalau ia
memiliki perasaan khusus kepada Justin. Itu bukan lah hal yang harus di
ceritakan, tapi di lupakan bukan.
“I’m
Ok Emma. Aku hanya merasa sedikit tiadak enak badan” dusta Summer.
“Apa
kau mau ku bawa ke UKS? Kau bisa beristirahat di sana kalau memang kau sedang
tidak enak badan”
“Tidak
usah, aku masih mau melanjutkan belajar.”
“Atau
kau mau ku bellikan makanan di kantin? Kau bahkan belum memakan apa pun sejak
istirahat pertama. Ayolah, aku roti untuk mu ya?”
Summer
menghemuskan nafasnya, “Ya, aku fikir itu ide bagus. Tolong belikan aku roti
coklat.” Setelah mendengar jawaban Summer tersebut Emma pun tersnyum dan pamit pergi ke kantin untuk
membelikan roti untuk Summer. Summer pun kembali melamun sesaat setelah Emma pergi meninggalkannya.
Kembali
terngiang di ingatannya kejadian semalam saat ia kembali mendatangi pasar malam
tempat di mana Justin mengajaknya waaktu itu. Tempat di mana ia bisa tertawa
dan bercanda dengan Justin secara lepas. Ia memang sengaja mendatangi pasar
malam itu untuk kembali mengenang memorinya dengan justin saat berada di sana.
Ia menaiki semua wahana yang pernah ia naiki bersama Justin secara berurutan
sama seperti saat itu. Malam itu ia berusaha tetap tersenyum layaknya
wajah-wajah bahagia orang-orang di sekitarnya, tetapi pada akhirnya air matanya
pun tumpah saat ia menginjakkan kakinya di bout tempat permainan menembak di
mana Justin berhasil mendapatkan boneka panda untuknya, air mata itu tumpah
sesaat setelah ia mendengar kata-kata dari penjaga bout permainan tersebut,
kata-kata yang membuat logikanya berkerja keras untuk mengingatkan kalau ia
hanya seorang fans dan Semua yang Justin lakukan bersamanya hanya sekedar
karena ia memenangkan sebuah kuuis, tidak lebih!
Flash Back
Angin malam yang cukup dingin di penghujung
bulan february berhembus menghempas kulit wajah Summer yang telah dingin. Suara
teriakan dan tawa bahagia terdengar menjadi background suasana di pasar malam
yang Summer datangi malam itu, Pasar malam yang sama yang pernah ia datangi
bersama Justin seminggu yang lalu. Summer memang sengaja datang ke tempat ini
dan bahka tempat-tempat lain yang pernah ia datangi bersama Justin dengan
tujuan mengenang semua memori kala itu sebelum pada akhirnya ia akan mencoba
untuk melupakan semuanya. Senyum palsu terus terukir di bibirnya kala ia
menaiki satu-persatu wahana di pasar malam itu dengan secara berurutan sama
seperti di saat ia datang bersama Justin. Semua hal ia lakukan mirip seperti
malam itu, yang membedakan hanyalah ia yang datang sendirian malam ini.
Summer baru saja menghabiskan hotdog
nya saat ia melihat bout permainan tembak di depannya. Sekilas terngiang di
benaknya saat Justin dengan mati-matian berusaha mendapatkan boneka panda
untuknya, padahal bisa saja lelaki itu membelikannya boneka tersebut di toko
dengan uang yang ia miliki. Dengan langkah pelan Summer mendekat bout itu dan
berdiri tepat di depan penjaga bout tersebut. Gadis itu mengeluarkan uangnya
seharga satu kali permainan tembak tersebut dan memberikannya kepada penjaga
tersebut yang kemudian menukarkannya dengan sebuh pistol laras panjang untuk
menembak sasaran yang tersedia. Summer menatap sasaran satu persatu dan melihat
hadiah apa yang akan ia dapat jika menembak sasara tersebut. Pandangan matanya
jatuh kepada sebuah mug lucu bergambar panda tepat di belakang sasaran
berukuran sedang. Summer pun mengangkat pistolnya dan mulai membidik sasaran
tersebut. Suara letusan yang tidak begitu nyaring terdengar saat Summer menekan
pelatuk, tapi kekecewaan datang saat melihat kalau ia gagal mengenai sasaran
tersebut. Summer kembali menuju penjaga bout dan kembali mengeluarkan uang
untuk bermain permainan itu. Penjaga tersebut pun mengeluarkan pistol baru
untuk di gunakan oleh Summer. Summer telah siap kembali membidik sasaran yang
sama tapi hasilnya pun tetap sama, ia tetap gagal mengenai sasaran tersebut.
Lagi dan lagi summer mengeluarkan uangnya untuk bermain permainan itu demi
mendapatkan mug tersebut hingga akhirnya pada permainannya yang ke 6 gadis itu
berhasil mengenai sasaran tersebut. Dengan wajah bahagia Summer mendekati
penjaga dan mengembalikan pistolnya dan meminta hadiahnya. Penjaga mngambilkan
hadiah mug tersebut dan memberikannya kepada Summer sambil tersenyum.
“Selamat kau berhasil mendapatkan
mug bergambar panda ini. Aku rasa kau benar-benar menyukai panda ya. Seingatku
minggu kemarin kau datang kemari bersama kekasih mu dan ia juga berhasil
mendapatkan boneka panda untukmu. Apa malam ini dia tidak datang dengan mu?
Jujur kalian pasangan yang sangat serasi. Datanglah lagi kesini dengan kekasih
mu itu kapan-kapam dan aku akan memberikan kalian geratis bermainn di bout ini”
Ucap Penjaga bout tersebut panjang lebar membuat Summer cukup terkejut dengan
kata-kata ‘pasangan serasi’ yang di ucapkan penjaga tersebut. Pada akhirnya
Summer hanya bisa membalas ucapan penjaga tersebut dengan senyuman panggu dan
kemudia pergi meninggalkan bout permainan tersebut.
Selangkah, dua langkah, tiga
langkah. Air mata turun begitu saja melewati pipi puti Summer tanpa gadis itu
sadari. Ia bahkan tidak mengerti mengapa ia menangis sekarang, tapi kemudian
kata-kata penjafa bout tadi kembali terngiang.
‘kalian pasangan yang sangat
serasi.’
Benarkah kalau ia dan Justin
Pasangan yangs serasi?dan apa kah ia dan Justi terlihat seperti sepasang
kekasih saat berjalan berdua? Pertanyaan tersebut terus muncul menghantui
Summer tetapi kemudian logika kembali menyadarkan Summer. Logika yang
menyatakan kalau ia bukan siapa di mata Justin, logika kalau ia hanya sekedar
fans sama seperti fans lelaki itu yang lainnya, logika kalau ia sesungguhnya
tidak pantas bersanding bersama seorang Justin Bieber, artis papan atas.
Air mata terus turun bahkan di saat
gadis itu menaiki wahana terakhirnya, bianglala. Terngiang kembali kejadian di
mana saat ia berada di bianglala bersama Justin, saat ia memandang pemandangan
indah bersama dari puncak bianglala, saat ia terjatuh dan Justin mengangkatnya,
saat Justn tersenyum untuknya, kejadia-kejadian yang tidak akan pernah terjadi
lagi di dalam hidupnya. Hanya sekali itu saja, hanya kali itu saja.
Flash Back end
Summer
kembali sadar dari lamunannya saat mendengar Emma yang telah kembali dari
kantin memanggil namanya. Dengan cepat Summer menghapus setitik air mata yanng
keluar dari matanya saat mengingat kejadian semalam. Summer memasang senyum
palsunya saat Emma duduk di sebelahnya dan memberikan rroti yang ia beli
kepadanya.
“Thanks
Emm” ucap Summer yang di balas anggukan oleh Emma. Summer pun pada akhirnya
membuka bungkus roti tersebut dan memakannya dengan perlahan hingga akhirnya
roti tersebut habis tepat berbengan dengan bel tanda masu pelajaran yang
berdering dengan nyaring.
***
Angin
laut di malam har berhembus dengan sangat kencang menera rambut panang Summer
yang tengah terduduk di pinggir tebing curam di salah satu pantai yang ada di
California. Ya, malam ini untuk yang kesekian kalinya Summer mendatangi
tempat-tempat kenangan yang pernah ia datangi dengan Justin dan ini lah tempat
terakhir yang belum ia datangi minggu ini, Tebing Pantai California tempat ia
melihat matahari terbenam dan menatap langit malam berbintang. Summer baru saja
melewaati sejanya dengan terduduk menatap matahari terbenam beberapa jam yang
lalu dan kini gadis itu tengah terbaring di atas rumbut sambil menatap ke arah
langit hitam yang penuh dengan gemerlap bintang-bintang. Summer mengangkat sebelah
tangannya kudara dan dengan jari telunjuknya mencoba meyambungkan
bintang-bintang di langit sesuai rasinya. Teringat dengan jelas di ingatan
Summer nama-nama beberapa rasi bintang yang di sebut kan oleh Justin kala itu.
Rasi Bintang Orion, Rasi bintang petunjuk arah Barat, Rasi Bintang Scorpion,
rasi bintang petunjuk arah Tenggara/ Timur langir, juga ada Rasi bintang
Andromeda, Rasi bintang Chepeus, dan masih banyak lagi.
Tidak terasa air mata kembali
mengalir membasahi pipi Summer, membuat dengan cepat gadis itu menghapus air
mata itu meski pun pada akhirnya hal itu menjadi percuma karena air mata itu
terus turun dan turun lagi. Summer mulai meruntuki dirinya yang menjadi lemah
karena Justin, padahal sebelum bertemu lelaki itu ia merasa hidupnya baik-baik
saja meskipun telah terluka berkali-kali. Summer bahkan iangat kalau ia hanya
menangis beberapa kali, yang pertama saat nenek dan kakeknya meninggal, saat
ibunya sakit, saat melihat Kevin berciuman dengan gadis lain di sekolah, dan
saat ia mengeluarkan seluruh perasaannya di depan Justin. Summer bukan lah
gadis yang mudah menangis karena ia gadis yang tegar, tetapi setelah bersama
denngan Justin selama seminggu ia sadar kalau ia bukan gadis yang setegar yang
ia kira selama ini. ia hanya menahan untuk meangis karena takut akan terpuruk
dengan kesedihannya, dan kini ketakutannya itu benar-benar terjadi. Ia jatuh
terpuruk dengan kesedihannya terlalu dalam, membuatnya tidak dapat bangkit dan
berhenti untuk bersedih. Selama ini Summer sadar kalau kisah cintanya tidak
pernah indah, tetapi ia tetap mencoba dan membuat semuanya terasa indah untuk
dirinya sendiri. tapi baru kali ini, baru kali ini ia merasa kalau ia merasa
kalau ini adalah kisah cintanya yang paling buruk, ia tidak bisa mencobanya meski hanya untuk mengatakan
sekali pun, ia tidak bisa karena ia sadar ia akan gagal di kali pertama ia
berusaha mencoba, ia tau kalau ia akan terluka bahkan sebelum mencobanya.
seperti kali ini, ia jatuh cinta terlalu dalam kepada seseorang yanng bahkan
tidak sanggup ia gapai. Ia bagaikan punguk yang merindukan bulan.
***
Siang
itu pelajaran olahraga tengah berlangsung. Para murid peremuan tengah bermain
voli sedangkan para murid lelaki bermain basket. Summer terduduk sendirian di
bangku penonton menatap para murid-murid yang tengah asyik bermain. Gadis itu
menolak untuk ikut bermain dengan alasan tidak enak badan dan pada akhirnya
memutuskan untuk menonton di bangku penonton. Saat tengah asyik termenung
sambil menatap para perempuan yang tengah bermain voli Summer di kagetkan oleh
seseorang yang dengan tiba-tiba duduk di sebelahnya. Lelaki itu dengan sopannya
meminum air mineral milik Summer yang tergeletak di sebelah gadis itu. Tanpa
bertanya Summer pun telah tau siapa itu. Hanya seorang saja yang bisa melakukan
hal itu dengan santai, hanya seorang Kevin Road, mantan pacarnya.
“Hei
Sam. Tidak beragabung dengan yang lainnya?”, tanya Kevin dengan santai.
Summer
memalingkan mukanya menata ke arah Kevin, “Bagaimana yang kau liat?” jawab
Summer dengan pertanyaan kembali. Kevin pun hanya menyengir kepada gadis itu.
“Belakangan
ini kau terlihat berbeda dengan biasanya.”
“Berbeda?”
tanya Summer sambil mengerutkan dahinya.
“Ya.
Kau terus melamun dan kau tidak terlihat seceria biasanya. Ada apa?”
“Tidak
ada apa-apa.” Jawab Summer singkat sambil matanya kembali menatap ke arah
lapangan, Summer berusaha menghindari pertanyaan tersebut.
“Aku
yakin kau tidak baik-baik saja. Apa ini karena... Justin?” tanya Kevin dengan
mengecilkan suaranya saat menyebutkan nama Justin tapi cukup membuat Summer
kembali menatapnya.
“Ah,
aku rasa tebakan ku benar.” Ucap Kevin lagi sambil mengangguk-anggukan
kepalanya.
“Berceritalah
kepadaku. Aku—tau kalau kita pernah punya masalah dan membuat kau cukup
canggung dengan ku, aku minta maaf karena itu. tapi aku tetap bisa menjadi
pendengar yang setiap untukmu.” Summer terdiam tak bersuara.
“Apa
dia meyakitimu?” Summer masih terdiam.
“Apa
penggemarnya menyakiti mu?” Masih tetap tidak ada tanggapan dari Summer.
“Kau
sedih karena masa seminggu dengannya telah habis?” Masih tidak ada suara.
“Atau
kau........... ‘Jatuh Cinta’ dengannya?” Deg! Jantung Summer seakan berhenti
sejenak saat Kevin mengatakan hal tersebut. Perubahan Ekspresi yang di
tampilkan oleh Summer tersebut membuat Kevin tau kalau tebakannya yang terakhir
tepat sasaran. Ya, tapi pada dasarnya lelaki tersebut telah menyadarinya tepat
di hari Justin datang ke sekolahnya bersama Summer. Pandangan Summer kepada
lelaki itu sama seperti pandangan gadis itu kepadanya saat ia masih berpacaran
dengannya, pandangan cinta dan memuja, bukan pandangan kagum kepada seorang
idola. Kevin sadar itu meskipun ia yakin kalau saat itu bahkan Summer pasti
belum menyadari perasaannya kepada lelaki idolanya itu.
“Tebakan
ku yang terakhir betul bukan? Kau jatuh cinta padanya. Bukan cinta sebagai fans
dengan idolanya tetapi cinta seorang gadis kepada seorang lelaki.” Ucapan kevin
membuat Summer memubuang nafasnya berat dan kemudian mengangguk pelan.
“Aku
bodoh bukan? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada penyanyi terkenal seperti Justin.
Seharusnya aku sadar siapa aku dan siapa Justin.” Summer berbicara dengan suara
pelan tapi cukup terdengar oleh Kevin.
“Menurutku
kau tidak bodoh. Perasaan seperti itu wajar, terlebih kau sudah merasakan
seminggu bersamanya dan mengenal lebih dekat bagaimana dia. Perasaan seperti
itu tidak akan pernah bisa kita tahan, ia akan datang dan pergi dengan
semaunya, membuat kita gila sendiri karenanya.”
“Tetap
saja aku bodoh Kev. Harusnya aku sadar kalau Justin itu hanya mencintai Selena,
dan seluruh perhatiannya selama seminggu kemarin kepadaku semata-mata hanya
karena aku pemenang kuis, tidak lebih!”
“Tapi
aku rasa pehatiannya kepadamu bukan kebohongan. Dia memang perduli kepadamu.
Kalau dia tidak perduli dengan mu untuk apa dia capek-capek menantangku bermain
basket? Untuk terlihat hebat di depan penggemarnya? Kurasa tidak, karena tanpa
ia melakukan itu juga penggemarnya sudah tau kalau ia hebat. Untuk terlihat
hebat di depan media? Aku rasa juga tidak. Karena apa kau lihat ada media yang
menyorotnya? Tidak bukan. Itu semua ia lakukan karena dia peduli dengan mu.”
“Mungkin
dia hanya ingin mengetes kemampuannya bermain basket karena aku mengatakan
padanya kalau kau pemain basket yang terhabat di sekolah ini.”
“Aku
rasa bukan karena itu juga. Kau tau apa yang ia katakan saat akan meninggalkan
lapangan seusai mengalahkan ku?” Summer menggelengkan kepalanya.
“ ‘Aku harap setelah ini kau tidak
mengganggu Summer lagi. Dia
pantas mendapatkan kebahagia, dan aku yakin kamu tidak mampu memberikan hal itu
padanya!’ Dia memperingati hal
itu kepadaku agar aku tidak melukai mu lagi, jadi apakah itu bukan karena ia
perhatian kepadamu?”
“Mungkin itu hanya karena—”
“Oh Come on Sam! Kau itu pintar!
Gunakan logika mu dengan benar!” potong Kevin kesal dengan Summer yang terus
menutupi kenyataan. Kevin memang masih memiliki perasaan kepada Summer tapi ia
sadar kalau gadis itu lebih mencintai orang lain dari pada dirinya dan ia jauh
lebih ingin melihat gadis itu bahagia terlepas dari dirinya yang pernah melukai
gadis itu.
“Tapi logika ku selalu mengatakan
kalau aku bukan siapa-siapa di matanya kev! Aku hanya seorang fans biasa dan
perhatiannya hanya karena aku menang kuis! Dia mencintai selena dan aku tau itu
dari matanya! Aku tidak sebanding jika harus bersaing dengan seorang Selena
Gomez! Aku bukan apa-apa bila di bandingkan dengannya! Aku bahkan tidak cukup
cantik dan menarik untuk membuatmu tetap bersama ku, apa lagi untuk Justin!”
ucap Summer dengan nada suara yang di naikkan 1 oktaf.
Kevin terdiam sejenak dan membuang
nafasnya, “Jujur untukku Kau cantik dan menarik, aku saja yang terlalu brengsek
hingga melakukan semua itu pada mu. aku menyesal melakukan itu padamu karena
pada nyatanya aku masih mencintai mu
sampai saat ini, tapi aku ingin melihat mu bahagia dengan orang yang kau cintai
dan itu bukan lagi aku. Jadi bisa kah kau lebih percaya diri?! Aku yakin Justin
juga menganggapmu demikian. Mungkin kau mengatakan kalau kau tidak sebanding
dengan Selena, tetapi buatku kalian punya sisi cantik dan menarik yang berbeda
dan itu membuat kalian sebanding untuk Justin. Kau hanya perlu lebih percaya
diri.”
“Ma—maaf, aku tidak tau itu.”
Summer cukup kaget dengan pengakuan Kevin.
“Tidak apa. Aku memang sengaja
tidak mengatakannya, tapi kau memaksaku untuk mengatakannya.”
Summer terdiam selama beberapa saat
dan kemudian kembali membuka suara, “Tapi aku tetap tidak sebanding dengan
Justin.”
“Kau pantas dengan—”
“Kau tidak tau apa-apa Kev. Mungkin
kau mengira aku pantas dengannya, tapi tidak baginya. Kau tau? Dia yang
mengatakan sendiri ka—lau dia tidak bisa membuka hatinya untuk gadis lain.
tidak untuk ku, atau pun untuk gadis lain di luar sana. Tidak ada kesempatan
sejak awal Kev.” Potong Summer, gadis itu berbicara dengan nada bergetar karena
menahan tangis.
“Sudah lah! Bisa kita membicarakan
yang lain? aku tidak mau membicarakannya tentangnya. lebih baik aku pergi dari
sini kalau kau masih mau membicarakannya.” sambung Summer lagi yang sukses
membuat Kevin menutup mulutnya untuk tiak membahas Justin lagi.
“Ok, aku tidak akan membicarakannya
lagi. Tapi—aku mau membicarakan tentang bagaimana hubungan kita selanjutnya.”
Ucapan kevin tersebut sukses membuat summer bingung.
“Maksud mu?”
“Ya, jadi Sekarang aku bisa kembali
memperbaiki hubunngan di antara kita lagi kan? Jadi sekarang kita—berteman
kan?” tanya Kevin ragu-ragu yang kemudian membuat Summer terkekeh.
“Oh, ayolah Kev. Apa aku akan
membicarakan tentang perasaan ku kepada orang lain yang tidak aku anggap
sebagai teman ku?”
“Ya... mungkin saja.” Jawab Kevin
sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Tentu saja tidak mungkin bukan.”
“jadi sekarang kita berteman?”
tanya Kevin lagi.
Summer tersenyum dan kemudian
menganggukkan kepalanya, “Ya, kita berteman.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar